Kusaksikan adik bungsuku menikah, dengan pria yang pernah mengunjungiku di lapas. Virgo. Rupanya, Anis memilih dia. Kugenggam tangan ayah, membisikkan kalimat - kalimat syahadah. Menuntunnya mengucapkan syahadat dengan benar sebelum Virgo memasangkan cincin ke jari manis adikku. Virgo mencium punggung tangan ayah dan berbisik. Genggaman tangan itu menguat, di sisi yang kupegang. Lalu melemah di waktu yang sama. Kemudian, pelupuk mata ayah perlahan menutup dan tangis histeris ibu juga adikku menjadi tanda bahwa ada ruh yang baru saja pergi meninggalkan jasadnya. "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un." Anis memelukku dan menumpahkan tangisnya. Namun yang kutahu pasti, ayah pergi dengan hati yang lega. Jiwa yang bahagia. Kukatakan padanya juga, bahwa aku tidak pernah membunuh siapa - siap