Empat Tahun Kemudian.
Didaerah selatan Bandung Raya, tepatnya di Kabupaten Bandung sekitaran daerah Banjaran yang merupakan salah satu Kawasan industry di Kabupaten Bandung. Disebuah rumah kontrakan petak, seorang Wanita cantik tengah menjak bermain seorang anak berusia sekitar tiga tahun lebih, anak laki – laki yang lucu imut dan tampan
" Assalamualaikum, Risma,” sapa seorang Wanita berusia sekitar empat puluh delapan tahunan sambil membuka pintu pagar dan berjalan menghampiri perempuan yang tiada lain adalah Risma, mantan istrinya Raditya.
“ Waalaikum Salam, umi. Kapan pulang dari Ciamis?” sahut Risma sambil balik bertanya pada Wanita paruh baya itu yang bernama Sondari.
“ Kemarin,” jawab umi Sondari sambil duduk disamping Risma. “ Kamu gak kerja, Ris?” tanyanya.
“ Lagi off umi, soalnya Alkema tidak ada yang jaga,” jawab Risma sambil memberikan mainan pada putranya yang bernama Alkema Putra Nalendra.
Risma sengaja memakai nama belakang Raditya, karena walau bagaimana pun juga, Raditya adalah ayahnya Alkema.
“ Apa tidak sebaiknya kamu menikah lagi?” Umi Sondari bertanya. “ Alkema membutuhkan sosok seorang ayah, Risma. Sebaiknya kamu segera mencari pengganti dari mantan suamimu itu,” ucap umi Sondari sambil memandang Risma yang sedang mengelus rambut putranya yang duduk dipangkuannya.
Bagi Risma, kehadiran Alkema adalah pengobat kerinduan pada mantan suaminya yang sudah mencampakannya secara kejam empat tahun yang lalu, melontarkan tuduhan – tuduhan yang sangat tidak berdasar padanya, menjatuhkan talak tepat setelah dirinya menyerahkan satu – satunya barang yang paling berharga, sebagai ungkapan perasaan cintanya pada Raditya. Dan jujur saja, sampai saat ini pun rasa cinta Risma masih sangat besar pada Raditya. Karena Risma tahu kalau Raditya hanya termakan hasutan yang menyebarkan Fitnah padanya, dan tentu saja itu adalah Marghareta mamah tirinya Raditya yang sama sekali tidak pernah menginginkan Risma menjadi menantunya.
“ Entahlah, Umi. Sampai saat ini Risma belum kepikiran untuk mencari pengganti dari ayahnya Alkema. Mungkin rasa sakit yang pernah dirasakan Risma, membuat Risma merasa takut kalau sampai menikah lagi dan hal itu terulang lagi,” jawab Risma berbohong, padahal yang sebenarnya Risma memang tidak pernah bisa melupakan perasaan cintanya pada Raditya.
“ Masa lalu biarlah menjadi cerminan hidup, tapi jangan sama ratakan semua laki – laki dengan suamimu. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan, siapa tahu yang sekarang ini akan membawa kebahagiaan buat kamu dan Alkema,” ucap umi Sondari.
“ Insyaallah umi, Risma akan memikirkan semua itu,” jawab Risma. “ Besok umi jualan lagi kan dikantin pambrik?” tanyanya.
“ Tentu saja, Risma. Umi sudah tiga hari tidak dagang, sayang kalau harus tutup terus.” Umi Sondari tersenyum sambil menjawab pertanyaan Risma, “ Besok kamu kerja?” Rimsa mengangguk
“ Iya umi, kan sudah ada umi. Jadi Risma bisa nitip Alkema dikantin umi nanti,” jawan Risma.
Umi Sondari hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu berdiri. “ Ya udah, kalau begitu Umi pergi dulu, soalnya mau belanja kepasar buat dagang besok.” Pamitnya sambil langsung berjalan keluar dari kontrakan Risma. Diantar senyum dan tatapan Risma, dan terlintas kembali bayangan masa lalu, disaat dirinya tidak bisa menentukan arah sekitar enam belas bulan yang lalu, saat usia kandungannya sudah memasuki bulan ke tujuh.
Umi Afijah Hasanah Maurah, yang selalu dipanggil dengan sebutan umi Sondari yang menolongnya tiga setengah tahun yang lalu. Saat itu, kondisi Risma tengah terpuruk, ditalak suami tanpa alasan yang kuat, pergi dalam kondisi hamil, tidak tahu harus kemana lagi mencari tambatan hidup, hingga membuat Risma hampir kehilangan akal sehat, dan mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Dan pada saat itulah umi Sondari datang sebagai dewa penolong.
Dengan begitu lembut umi Sondari mencoba untuk menyadarkan Risma yang sudah gelap mata karena frustasi dengan keadaan hidupnya. Umi Sondarilah yang terus memberikan kekuatan pada Risma, hingga akhirnya Risma mampu kembali bangkit dan berdiri kembali dengan kedua kakinya dan mampu melahirkan Alkema tanpa bantuan mantan suaminya, sesuai janji Risma disaat malam itu, yang tidak akan pernah meminta biaya sepeser pun pada Raditya ayahnya Alkema, sekaligus mantan suaminya.
“ Hai Tampan, lagi main ya?” sapa seorang laki – laki yang usianya lebih tua dua tahun dari Raditya.
Risma hanya tersenyum melihat kedatangan laki – laki itu, laki – laki yang memang setiap hari berkunjung kekontrakan Risma, katanya sih mau bertemu Alkema.
“ Tumben, sudah pulang?” tanya Risma sambil tetap matanya mengawasi Alkema yang sedang bermain.
“ Iya, kamu sendiri kenapa gak masuk kerja?” jawab laki – laki itu sambil balik bertanya.
“ Alkema gak ada yang jaga, mas. Umi sondari baru saja kembali dari Ciamis,” jawab Risma sambil matanya terus memandang putranya yang mirip sekali dengan Raditya.
“ Risma, usia Alkema sudah tiga tahun dua bulan. Jadi, bagaimana dengan tawaranku?” tanya laki – laki itu sambil berjalan mendekati Risma yang duduk diteras rumah kontrakannya.
“ Apa kamu gak kasihan sama Alkema, dia perlu sosol yang bisa dipanggilnya papah, atau apapun, dan aku sudah siap menjadi ayahnya,” ucap laki – laki itu terus terang.
“ Aku belum bisa mas, masa laluku masih menghantuiku. Dan mas Damar adalah laki – laki yang baik, masih bujangan, dan mapan. Tidak pantas mendapatkan janda beranak satu macam aku, mas,” jawab Risma tanpa melepaskan pandangannya dari Alkeman, anak laki – laki yang baru berusia tiga tahun dua bulan itu.
Laki – laki yang dipanggil Damar hanya bisa menarik nafas panjang. Sudah lama memang Damar mengatakan perasaannya pada Risma, namun jawabannya tetap sama. Risma tetap menolak dengan alasan masih trauma dengan masa lalunya.
“ Risma, jangan pernah menyamaratakan semua laki – laki dengan mantan suamimu. Aku bukan tife laki – laki seperti itu, aku sungguh mencintaiku apa adanya, dan aku akan menjaga, menyayangi kalian berdua. Setidaknya, kamu tidak perlu bekerja lagi jika menikah denganku, dan Aku akan menganggap Alkema layaknya anak kandungku,” bujuk Damar mencoba untuk meluluhkan hati Risma yang memang sangat sukar di luluhkannya.
Risma hanya tersenyum lalu berkata, “ Sekali lagi aku belum bisa, mas. Maafkan aku, rasa sakit yang aku rasakan Ketika itu masih terasa. Biarlah aku menjalani hidup berdua dengan Alkema seperti ini. aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi dan membesarkan Alkema.”
“ Baiklah kalau begitu, aku pamit dulu ya. Sampai ketemu lagi Alkema, jangan nakal, ya. Jaga bundanya buat ayah,” ucap Damar sambil menculi hidung Alkema yang hanya nyengir memperlihatkan giginya yang berderet putih bersih.
Tentu saja hal itu sangat menggemaskan bagi Damar. Ingin rasanya Damar berlama – lama tinggal disana, tapi sayang harus segera pulang, karena malam nanti harus segera berangkat ke Bekasi untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya besok. Tadinya Damar ingin mengajak Risma, sekalian memperkenalkannya dengan keluarga Damar, kalau Rismalah calon istrinya. Tapi sayang, Risma masih menolak untuk menjadikan Damar ayah dari Alkema.
Damar adalah seorang laki – laki yang lahir dari keluarga berada. Bahkan pendidikannya pun sangat tinggi, dia lulusan terbaik S2 di luar Negeri. Bukan itu saja, Damar juga memiliki wajah yang tampan, walau pun masih kalah tampan jika dibandingkan dengan Raditya mantan suami Risma. Sehingga banyak gadis – gadis cantik yang tebar pesona untuk mencoba mengetuk pintu hatinya, namun sayang. Sampai saat ini Damar tidak tertarik dengan gadis – gadis tersebut, justru dia lebih tertarik dengan Risma yang satusnya janda beranak satu.
Selain dari tampan, jabatan Damar juga cukup tinggi dipabrik garment tempat Risma bekerja, Damar adalah Manager produksi yang selalu berhubungan langsung dengan Risma sebagai operator mesin jahit.
“ Lihat tuh, sijanda gatel. Masih saja ganggu calon suami orang,” ucap seorang Wanita yang juga tinggal di rumah kontrakan bersebelahan dengan Risma, Namanya Yulia. Dia tinggal Bersama ibunya bernama Rohaeti yang setiap hari dagang nasi kuning di pinggir jalan dekat pasar Banjaran. Sementara Yulia sendiri bekerja ditempat yang sama dengan Risma, sama – sama operator mesin jahit, dan berada satu len namun beda grup.
“ Kamu jangan mau mengalah dengan janda anak satu itu. kamu harus terus kejar Damar jangan sampai keduluan sama si Risma. Kamu itu canti dan lebih cantik dari janda itu,” sahut Rohaeti sambil mendelik kearah Risma yang sama sekali tidak pernah mau menanggapi kedua tetangga rese itu.
Memang sudah biasa Yulia dan ibunya itu satu paket. Sama – sama suka mengaku – ngaku barang punya orang lain, terlalu yakin dan selalu memiliki hayalan tingkat tinggi. Yulia sudah mengakui kalau Damar itu adalah calon suaminya. Bahkan bukan hanya dikontrakan, di pabrik pun seperti itu. Yulia selalu melabrak siapa saja yang mencoba mendekati Damar. Yulia sudah menganggap kalau Damar itu adalah benar – benar calon suaminya. Padahal kenyataanya tidak demikian, Damar sama sekali tidak pernah menunjukan rasa suka sedikit pun pada Yulia. Justru sebaliknya, Damar tetap berharap kalau Risma mau menerima lamarannya.