Chapter 21 : Makin Cantik

775 Kata
Sam melihat dirinya di cermin dan menemukan orang yang sama sekali tidak dikenalnya di sana. Orang itu cantik, lehernya jenjang, dan sangat feminin seperti patung manekin yang terpampang di etalase toko. Benarkah itu bayangan dirinya? Benarkah ia bisa secantik itu?             “Ayo, kita keluar,” bisik Fifi sambil membuka pintu kamar Sam.             Sam berjalan keluar dengan membawa tas dan memakai sepatu barunya.   “Adiiii, keluar Di. Lihat putri cantik kita,” seru Fifi.   Adi keluar dari kamarnya dengan mengenakan setelan jasnya, sambil menyisir rambutnya dengan minyak rambut. Sementara, bagian bawahnya masih mengenakan celana rumah.             “Wow...” desah Adi menelan ludah.   Cewek tomboy yang sehari-hari menghuni kamar sebelah hilang lenyap. Adi sama sekali tidak bisa mengenali Sam. Di depannya seorang wanita tinggi semampai, dengan keanggunan bak peragawati, dan kecantikan wajah seperti foto model berdiri dengan malu-malu.   Andaikan ia pertama kali bertemu Sam dalam kondisi seperti ini, pastilah ia spontan jatuh cinta. Berani dijamin. Ingin rasanya ia memeluk wanita di hadapannya dan menjadikan miliknya sekarang juga.             “Hebat...” kata Adi seperti orang linglung. “Ehem...” gumam Fifi terbatuk dengan sengaja.             Namun mata Adi masih tidak henti-hentinya memandangi Sam dengan tatapan memuja.             “Hehehehe... ternyata gue emang cakep, ya?” kata Sam cengengesan dengan suara beratnya. Ia berjalan ke arah Adi dengan langkah lebar yang sama sekali tidak anggun. Dalam sekejap, fantasi Adi langsung buyar.             “Busyet, deh! Ini baru Sam yang gue kenal,” kata Adi tergelak, sementara Fifi geleng-geleng kepala.             “Kenapa?” tanya Sam bingung.   “Cara jalan elo. Dandanan sih oke, tapi kalo cara jalannya kayak orang mau bersihin got, percuma aja,” kata Adi, buru-buru masuk kembali ke dalam kamarnya sebelum Sam ngamuk.   “Reseh lo,” seru Sam.   “Udah, masih ada waktu. Kita belajar jalan. Ikutin cara aku jalan. Kaki dirapatkan, dagu lurus ke depan, jalan perlahan dalam satu garis,” kata Fifi sambil mencontohkan.             Akhirnya setelah setengah jam berlatih cara jalan, Sam akhirnya bisa mengubah cara jalannya sedikit lebih baik. Meski tak banyak bedanya.             “Lumayan, lah. Daripada tadi,” kata Fifi setengah pasrah. “Oke, deh. Berangkat! Nanti telat. Tahu kan, jalanan macet. Mana pernah sepi sih jalanan di Jakarta?” kata Fifi sambil menepuk-nepuk bahu Sam.             Adi keluar dari kamarnya. Ia benar-benar sudah siap sekarang. “Kunci mobil mana?” tanya Adi. “Udah, gue yang nyetir,” kata Sam. “Sam, mana ada cewek yang nyetir kalo ada cowoknya?” tanya Adi mulai jengkel. “Kan, mobil gue,” kilah Sam.   “Bener, memang mobil elo, tapi kesannya kayak gue nebeng mobil elo aja. Loe mau kelihatan kita pacaran nggak sih?” tanya Adi tidak sabaran. “Oh iya. Bener juga. Ya, udah elo yang nyetir, HONEY,” kata Sam tertawa ngakak. “Nggak lucu. Udah cepet naik,” kata Adi sambil membukakan pintu untuk Sam. Sam berusaha naik dengan anggun, namun tidak berhasil. “Awas, pelan-pelan, nanti gaunnya robek,” kata Adi memperingatkan.             Setelah semuanya beres, mobil pun akhirnya siap berangkat. “Thanks, ya Fi,” kata Sam melambaikan tangan.             “Sama-sama. Udah bawa kunci rumah, kan? Nanti aku pergi. Have fun, ya,” balas Fifi.             Adi membawa mobil kijang tua milik Sam dengan mulus. Mereka sampai di Balai Sudirman tepat waktu. Selesai memarkir mobil, Adi membukakan Sam pintu mobil dan membantunya turun. Benar-benar layaknya seorang gentleman. Adi meraih tangan Sam dan menyelipkannya ke balik lengannya.   “Apaan sih, lo?” bisik Sam terkejut.   “Udah, nurut aja. Malam ini elo pura-pura jadi cewek gue kan? Namanya pasangan musti mesra dikit, tau. Lagian kalo lo pegangan sama gue, bisa mencegah lo jatuh. Lo nggak mau kan, jatuh kepleset pake baju beginian?” bisik Adi jengkel. Ia menatap ke sekelilingnya dan menebar senyum ramah.   “Iya, deh. Iya,” keluh Sam mengalah.             Sam melangkah menuju tempat resepsi diadakan. Semakin dekat tempatnya, semakin tegang pula perasaan Sam. Langkahnya jadi kaku dan kikuk. Sama sekali tidak ada bagus-bagusnya.             “Lo jalan jangan kayak anggota paskibra mau ngerek bendera, dong. Kan tadi udah latihan?” bisik Adi.             “Diem lo. Lo pikir gue mau jalan kayak pinokio begini? Ntar lama-lama gue kerek juga lo ke atas tiang,” bisik Sam jengkel.             “Ya, udah. Terserah. Pokoknya kalem sedikit. Sebentar lagi kita masuk ke ruang resepsi,” kata Adi sambil menepuk-nepuk bahu Sam dengan lembut.             Tepukan Adi membuat Sam jadi lebih nyaman. Cewek itu menarik napas dalam-dalam beberapa kali, lalu mulai berjalan perlahan, sambil berusaha tersenyum.             “Nah, gitu dong, sweetheart. Kamu cantik sekali,” bisik Adi di telinga Sam dengan nada mesra.             Telinga Sam jadi terasa panas. Perasaannya melambung. Ia tersenyum senang, lalu mempererat genggamannya di lengan Adi. Untuk malam ini saja... biarkan ia menjadi putri cantik...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN