Eyrin terbangun oleh rasa haus yang mencekik lehernya. Tetapi gelas air putih yang biasa disediakan pelayan di nakas sudah habis. Ia pun turun dari kasur dan berjalan keluar kamar. Sekembalinya dari lantai satu, sejenak ia menatap Edgar yang masih berbaring memunggunginya dengan selimut di pinggang. Eyrin pun menarik selimut tersebut hingga menutupi pundak. “Ini tidak benar, Sel.” Gerakan Eyrin terhenti. Wajahnya bergerak menatap Edgar yang masih memejamkan mata. Membeku selama beberapa saat, sampai kemudian tiba-tiba tangan Edgar meraih tangannya dan menggumamkan kata yang seketika menghancurkan hati Eyrin. “Jangan pergi, Selly.” Mata Eyrin berkaca, menarik tangannya dengan keras. Bahkan dalam tidur pun, Edgar memanggil nama wanita lain. Apa pria itu juga memikirkan wanita lain sa