13.

1256 Kata
Jimmy. Suara gadis itu kembali terdengar semakin membuat Jimmy memfokuskan pendengarannya dan mempercepat langkah kakinya, melaju ke arah asal suara tersebut di tengah-tengah tebalnya kabut putih di sekitarnya. Satu langkah dua langkah tiga langkah kaki Jimmy maju ke depan dengan kedua tangan yang merentang dan meraba di sekitarnya. Mirip seperti orang buta. Jimmy! Suara Elena semakin terdengar lebih dekat. Pria serigala itu semakin mempercepat kedua langkah kakinya menuju ke asal suara tersebut sambil menyerukan nama gadis itu. "Elena! Kau dimana, sayang? Mate?!" seru Jimmy lebih keras dan lebih keras lagi memanggil nama gadis itu, gadis yang telah ditakdirkan untuk menjadi belahan jiwanya. Gadis yang telah dilepasnya untuk menjadi kekasih pria lain yang memang telah memiliki hatinya lebih dulu. Mengingat kembali hal itu membuat laju langkah pria serigala itu mulai perlahan hingga berhenti di tempat. Jimmy telah melupakan kenyataan penting yang harusnya selalu diingatnya itu. Dirinya telah sendiri saat ini. Tidak ada lagi soulmate yang akan bersanding dengannya dan menjalani hidup bersamanya. Tidak ada lagi mimpi indah untuknya. Jimmy merundukkan kepalanya menyadari kenyataan yang sebenarnya. Hingga tiba-tiba sebuah suara kembali terdengar lebih kencang dari sebelumnya. JIMMY! Pria serigala itu menoleh ke arah belakang dimana asal suara tersebut berada. Di dalam kabut putih itu terlihat satu sosok gadis bertubuh kecil tengah berdiri. Meski keadaan di sekitar sepenuhnya tertutup kabut putih namun Jimmy bisa menduga bahwa gadis itu tengah memandangnya. Siapa dia? Elena? Tapi sosok tubuhnya terlihat begitu berbeda dengan Elena, dan Jimmy pikir Elena tidak sependek itu bukan. Jimmy berusaha memusatkan penglihatan matanya lebih fokus lagi, namun tiba-tiba tanah yang dipijaknya meluruh jatuh membuat keseimbangan tubuh Jimmy goyah. Lalu pria serigala itu baru bisa melihat sekitarnya yang tiba-tiba terlihat lebih jelas di saat kabut putih itu berkurang. Jimmy tengah berada di ujung jurang dan dirinya kini tengah berada di detik-detik dimana tubuhnya akan jatuh ke dalam jurang yang begitu gelap di bawahnya. Jimmy begitu terkejut dibuatnya. Kedua tangannya berusaha meraih sesuatu di sekitarnya untuk mendapatkan pegangan namun tidak ada yang bisa dipakai untuk membantunya menyelamatkan diri. Tiba-tiba suara itu kembali terdengar memanggil namanya. “JIMMY!" Kini pria serigala itu menoleh kembali ke arah dimana gadis itu berada. Gadis itu terlihat mengulurkan tangannya untuk Jimmy. Mungkinkah suara yang tengah didengar Jimmy sebenarnya adalah suara gadis itu? Melihat uluran tangan gadis itu membuat tangan Jimmy mulai terangkat dan mulai mengulurkan tangan ke arah gadis itu juga. Namun waktu tidak mendukung mereka. Jimmy terlanjur jatuh ke bawah ke dalam jurang yang begitu gelap. Dalam perjalanan jatuhnya ke bawah, Jimmy bisa melihat kepala gadis itu yang melongok ke arahnya dengan rambut panjang yang terulur ke bawah dari atas sana sebelum pandangan pria serigala itu semuanya kembali menggelap. Gelap! Gelap! Semua menjadi gelap dalam hidupku. Tidak ada yang benar, semua salah. Moon Goddes, apa yang tengah kau rencanakan ini? Apa sebenarnya kesalahan yang telah kulakukan hingga aku menerima ketidak pastian dalam hidupku. Apa aku masih kurang baik di depan matamu? Apa yang harus kulakukan agar aku bisa memperbaiki semuanya? Aku bingung. Benak pria serigala itu tidak henti bertanya-tanya dan berharap Moon Goddes bisa menjawab pertanyaannya itu. Jimmy. Lagi-lagi suara yang begitu lembut itu terdengar di telinga Jimmy, membuat pria serigala itu kembali membuka kedua matanya. Langit biru yang terlihat begitu cerah dan luas langsung terlihat di pandangan matanya. Seekor kupu-kupu yang sangat cantik terlintas terbang melewati wajahnya. Pandangan mata Jimmy sempat mengikuti ke arah mana kupu-kupu itu pergi sebelum kemudian arah matanya menyebar ke samping dimana kini tubuhnya berada di tengah-tengah hamparan taman bunga yang sangat indah. Wangi bunga begitu semerbak tercium di indra penciumannya. Kedua mata Jimmy masih memerhatikan lingkungan sekitarnya dengan pandangan heran sekaligus bingung. Bukankah sebelum ini dirinya telah jatuh dari atas tebing yang begitu tinggi. Sebelumnya dirinya berada di tempat asing yang penuh dengan kabut putih yang begitu tebal, lalu sekarang? Apakah dirinya masih berada dalam alam mimpi? Benak pria serigala itu dipenuhi tanda tanya yang begitu besar. Sebenarnya apa yang sedang dilakukannya saat ini? Jimmy. Lagi-lagi suara itu kembali memanggilnya. Begitu dekat dan begitu jelas. Jimmy memejamkan kedua matanya lelah untuk mulai mencari kembali asal suara tersebut. Apakah suara itu milik seorang gadis yang ditemuinya di tengah hutan berkabut tadi? Jimmy. Suara itu kembali terdengar memanggil namanya. Jimmy menghirup napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. Haruskah dirinya kembali mencari asal suara tersebut? Karena sebenarnya pria serigala itu sudah merasa lelah, dan merasa pencarian yang dilakukannya sudah menjadi sia-sia. Toh dirinya sudah mengingat bahwa belahan jiwanya, Elena, sudah menjadi milik orang lain sekarang. Apa yang harus dilakukannya ah bukan, maksudnya apa lagi yang harus dilakukan pria serigala itu jika nanti berhasil menemukan gadis itu setelah menelusuri suara itu. Jimmy menggigit bibirnya kesal. Hati dan pikirannya tidak bekerja dengan benar. Pikirannya bekerja secara logis namun hatinya berkhianat. Jimmy sangat ingin menemui gadis itu lagi, meski hanya sekedar melihatnya dari jauh Jimmy rasa itu sudah cukup untuknya. “Jimmy!” Kini suara itu cukup mengagetkan Jimmy yang masih berada dalam lamunannya karena gadis itu kini telah berada di sebelahnya, ikut berbaring di sebelah tubuh Jimmy dengan santai. Ya, gadis itu Elena, gadisnya, belahan jiwanya. Jimmy membolakan kedua matanya terkejut melihat sosok Elena yang ikut terbaring di sebelahnya kini tengah melempar senyum manis ke arahnya. "Elena?!" suara pria serigala itu terdengar begitu tertahan karena Jimmy juga menahan napasnya saking tidak percayanya dengan keberadaan gadis itu di sebelahnya. Elena melebarkan senyum manisnya ke arah Jimmy sebelum bergerak menoel hidung mancung pria serigala itu dengan jemari lentiknya. "Apa yang tengah kau pikirkan Jimmy? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya gadis itu. Kedua mata bulatnya menatap Jimmy dengan lekat membuat pria serigala itu meneguk ludahnya kasar. "Kau ada di sini, mate?" hanya itu yang bisa diucapkan pria serigala kesepian kita. Membuat gadis itu terkikik geli, membuat Jimmy lagi-lagi terpaku terpesona karenanya. d**a Jimmy berdesir kuat hingga membuatnya panas dan nyeri sekaligus saking senangnya perasaan pria serigala itu kembali dipertemukan dengan soulmate yang dikasihinya meski hanya sekedar lewat mimpi semata. Ya, nampaknya akal sehat pria serigala itu masih bekerja dengan baik. Bagaimanapun juga pria serigala itu masih menyadari kenyataan yang sebenarnya bahwa gadis itu sudah bukan menjadi miliknya lagi. Tapi bolehkah Jimmy menikmati saat-saat ini? Mungkin Moon Goddess sedang berbaik hati dengan memberikannya waktu bersama dengan gadis yang dikasihinya ini selama menunggu hari akhirnya. Terima kasih. Jimmy mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada Moon Goddes karena telah mengabulkan satu keinginannya ini. Elena bergerak semakin mendekat dan meletakkan dengan manja kepalanya di atas d**a bidang Jimmy, dan pria serigala itu tentunya tidak akan menolak sikap manja Elena yang sangat disukainya itu. Dengan mantap Jimmy mendekap erat tubuh Elena dan semakin menempelkan tubuh mereka. Sesekali pria serigala itu mengusakkan kepalanya ke dalam ceruk leher dan kepala gadis itu hanya untuk sekedar menghirup aroma rambut juga tubuh Elena dengan khitmad meski sebenarnya aroma gadis itu sudah tidak seharum dulu, ketika gadis itu masih resmi menjadi soulmatenya. Tentu saja aroma Elena sudah tidak bisa membuat pria serigala itu mabuk kepayang seperti sebelumnya, karena Jimmy sudah melakukan reject terhadapnya. Elena sudah bukan soulmatenya lagi. Dia sudah menjadi milik pria lain dan Jimmy yang tidak bisa menemukan aroma memabukkan dalam diri Elena itu adalah hal yang wajar. Meski begitu, Jimmy tetap menghirup aroma tubuh Elena dan menikmati sisa-sisa aroma soulmate yang masih melekat dalam tubuh gadis itu. Meski tidak sekuat sebelumnya namun itu sudah cukup bagi Jimmy. Jimmy bahagia. Dan lebih bahagia lagi ketika bisa melihat tawa renyah gadis itu lagi. Elena! Elena! Elena! Hanya nama itu yang kini memenuhi benak dan pikiran Jimmy saat ini. Sekali lagi Jimmy bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN