Janji Bertemu dengan wanita itu

1642 Kata
Ponsel di tangan Niswa berdering, nama seorang laki-laki tertulis di layar ponselnya. Namanya Arman dia adalah sepupu Febi yang sudah selama tiga hari ini membuntuti Ibram di segala aktivitasnya, tapi selama itu pula Arman sama sekali tidak pernah melaporkan aktivitas mencurigakan yang Ibram lakukan selama di luar rumah. Laki-laki itu hanya menghabiskan waktunya di kantor, keluar untuk makan siang bersama teman-temannya dan dari semua temannya pun tidak ada yang terlihat memiliki interaksi istimewa dengan laki-laki itu. Namun, kali ini telepon yang tidak biasanya Arman lakukan membuat jantung Niswa berdebar lebih cepat Apakah sepupu Febi itu akan melaporkan jika ia melihat sesuatu? "Halo," ucap Niswa begitu mengangkat panggilan dari Arman. "Halo Mbak Niswa," jawab Arman memastikan jika wanita yang sedang dihubunginya sudah benar-benar mendengarkannya yang akan mulai berbicara. "Iya, gimana? kamu lihat sesuatu?" tanya Niswa penasaran, memang biasanya Arman akan melaporkan hasil akhir mengikuti Ibram selama seharian ini ketika sore hari saat Ibram sudah dalam perjalanan menuju rumahnya karena Arman selalu mengikuti laki-laki itu sampai ke depan gerbang komplek perumahan karena Arman tidak bisa memasuki gerbang komplek perumahan itu dengan bebas. Niswa dan Ibram tinggal di sebuah komplek perumahan mewah yang mana siapapun tamu yang memasuki komplek itu harus meninggalkan identitas dan harus jelas bertamu ke rumah siapa tentu saja Arman tidak ingin para security curiga lalu melaporkan hal itu kepada Ibram. "Mas Ibram mampir ke sebuah restoran buat ketemu seseorang," jawab Arman, Niswa mendengarkan dengan hati begitu cemas dan penasaran siapa yang suaminya temui, "tapi kayaknya itu bukan selingkuhan Mas Ibram, karena perempuan itu datang sama laki-laki lain Mbak. Mereka ngobrol santai nggak terlalu serius tapi Mas Ibram mengasih amplop ke mereka." Mungkin Arman memang tidak memergoki Ibram berduaan dengan seorang wanita tapi tetap saja apa yang pemuda itu ceritakan membuat Niswa merasa penasaran. Pasalnya selama ini apapun yang sedang Ibram lakukan pasti akan lelaki itu ceritakan pada sang istri, tapi belakangan ini Ibram tidak pernah menceritakan apapun dan amplop yang Ibram berikan pada kedua orang yang dia temui juga membuat Niswa penasaran apa isinya. "Kamu ada foto mereka?" tanya Niswa pada Arman, wanita itu ingin melihat siapa yang ditemui sang suami barangkali dirinya juga mengenal mereka. "Tadi aku ambil foto mereka Mbak, bahkan video pas Mas Ibram ngasih amplop ke mereka juga aku punya. nanti aku kirim ke mbak Niswa ya, kalau sekarang Mas Ibram udah keluar dari restoran dan kayaknya mau pulang," jawab Arman, Niswa tersenyum ternyata benar apa yang Febi katakan kalau sepupunya itu memang bisa diandalkan. "Ya udah, makasih ya. jangan lupa langsung kirim foto sama video itu," kata Niswa sebelum menutup teleponnya. "Iya Mbak, aku langsung kirim," pungkas Arman lalu terputuslah sambungan telepon itu. Tidak berapa lama kemudian ponsel Niswa kembali berbunyi, ternyata Arman mengirimkan beberapa foto dan satu buah video padanya, Niswa langsung mengunduh foto-foto dan video itu dengan jantung berdebar-debar. "Siapa mereka? dan amplop apa yang Mas Ibram kasih?" gumam Niswa saat melihat foto dan menonton video itu karena perempuan dan laki-laki yang terlihat bersama suaminya itu sama sekali tidak Niswa kenali. Wanita itu langsung menyimpan foto dan video tersebut di galeri tersembunyi agar tidak dilihat oleh sang suami. Niswa kembali mencoba menelepon nomor misterius yang waktu itu mengirim pesan sayang pada sang suami setelah selama tiga hari ini dia tidak melakukan hal itu Dan memasrahkan semua penyelidikan kepada Arman, tapi entah mengapa sekarang hatinya begitu ingin kembali menelepon nomor tersebut. Kedua mata indah wanita cantik itu spontan terbelalak ketika mendengar sebuah nada sambung bukan suara operator seperti biasanya, nomor itu aktif hanya saja sang pemilik tidak kunjung mengangkat panggilannya. "Waktu itu nomornya nggak terdaftar, terus nggak aktif, sekarang aktif, mungkin perempuan itu ngira kalau aku udah enggak berusaha hubungi dia," gumam Niswa, wanita itu kembali berusaha menghubungi nomor itu tapi tetap saja tidak di jawab. "Ayo angkat dong," gerutu Niswa saat ponsel yang ada di telinganya tetap mengeluarkan suara nada sambung hingga kemudian terdengar suara operator yang menyatakan panggilannya tidak terjawab dan terhubung dengan kotak suara. Niswa berdecak kesal lalu mengakhiri panggilan bertepatan dengan itu ia mendengar suara mobil sang suami memasuki garasi, Niswa langsung menghapus semua jejak panggilan dan chatting-nya dengan Arman maupun dengan nomor misterius itu. Niswa meletakkan ponselnya di atas meja, wanita itu sedikit heran karena Ibram tidak juga memasuki rumah hingga Ia memutuskan untuk menyusul sang suami ke depan. "Eh, ada Jihan," kata Niswa saat ia melihat Ibram sedang mengobrol dengan sang tetangga di depan garasi. "Iya Mbak, aku nganterin Kama pulang. dia langsung minta pulang waktu melihat mobil ayahnya lewat," jawab Jihan dengan senyum manisnya, Niswa tersenyum melihat Sang putra yang saat ini sedang bergelayut manja di lengan sang ayah. "Tuh kan Kama jadi ngerepotin tante Jihan," kata Niswa sambil menatap Sang putra yang hanya tersenyum mendengar ucapannya. "Nggak ngerepotin kok Mbak, aku nggak tega ngebiarin Kama nyebrang jalan sendirian jadinya aku anterin pulang," jawab Jihan dengan senyum cerianya, "Ya udah kalau gitu aku pulang dulu ya." "Iya Jihan terima kasih banyak ya," ucap Niswa pada perempuan yang sedang melambaikan tangannya pada Kama, Ibram hanya tersenyum manis pada perempuan itu. Niswa mengantar Jihan sampai depan pagar lalu kembali mendekati sang suami dan Putra mereka setelah kembali menutup pintu pagar. "Masuk yuk udah waktunya mandi, udah sore," ajak Niswa pada suami dan Putra mereka. "Ayah aku mandi sama ayah ya," kata Kama pada sang ayah, saat mereka bertiga berjalan memasuki rumah. "Iya Sayang, ayo kita mandi bareng," sahut Ibram, laki-laki itu lalu memberikan tas kerjanya kepada Niswa untuk ia taruh di meja kerja seperti biasanya. "Mas, mau aku bikinin teh atau kopi?" tanya Niswa pada sang suami. "Nggak usah deh Sayang, Mas sudah terlalu banyak kafein hari ini. Mas mandi dulu sama Kama, ya," jawab Ibram, laki-laki itu mencium pipi sang istri sebelum melanjutkan langkah menuju lantai atas untuk mandi. Tentu saja Ibram sudah banyak mengkonsumsi kafein hari ini, karena sebelum pulang tadi ia sudah meminum kopi bersama kedua orang yang ia temui, tapi Niswa tahu sepertinya sang suami tidak berniat menceritakan hal itu padanya. Niswa hanya diam menatap sang suami meniti anak tangga sambil bercanda dengan Kama, wanita itu semakin yakin jika memang Ibram sengaja menyembunyikan sesuatu darinya, jika tidak pasti Ibram akan bercerita kalau sebelum pulang tadi dia ngopi dulu dengan temannya. Wanita itu langsung berjalan ke ruang kerja sang suami membawa tas kerja sang laki-laki tercinta dan menyimpannya di sana, Niswa sudah hafal betul di mana sang suami biasa menaruh ponsel hingga tangan wanita itu langsung terulur merogoh tas berbahan kulit berwarna hitam itu. Niswa langsung memeriksa daftar blokir kontak aplikasi telekomunikasi sang suami, dan ternyata nomor misterius itu masih terblokir di sana. Wanita itu langsung memeriksa semua chat room sang suami dan tidak mendapati chat room yang membicarakan tentang pertemuan Ibram dengan seseorang sore tadi, membuat pertemuan Ibram dengan kedua orang itu terasa semakin mencurigakan. Apa mungkin Ibram melakukan perjanjian itu dengan nomor misterius yang sekarang masih terblokir atau sudah kembali Ibram blokir? *** "Bunda jadi mau ke rumah tante Febi?" tanya Kama pada sang ibu yang sedang fokus menyetir mobil untuk mengantarkannya ke sekolah. "Iya Sayang, Bunda udah janjian sama tante Febi buat bikin kue bareng. nanti bunda bawain kuenya buat Kama, ya," jawab Niswa, Sang putra mengangguk sambil tersenyum. Niswa memang ingin menemui Febi dan menceritakan semua hasil penyelidikan sang sepupu, juga ingin mendengar pendapat sang sahabat tentang semua itu hingga setelah mengantarkan Kama ke sekolah Niswa langsung menuju apartemen Febi. "Tapi kalau emang perempuan itu selingkuhannya mas Ibram Kenapa mereka nggak ketemuan berdua ya, Arman juga nggak ngelaporin gerak-gerik mencurigakan," kata Niswa saat Febi yang mengungkapkan kecurigaannya jika perempuan itu adalah selingkuhan Ibram. "Ya bisa aja mereka emang lagi ada keperluan sama cowok itu, mereka juga kan nggak mungkin mesra-mesraan di tempat umum. Mas Ibram tuh pintar ya menghapus semua jejak tapi aku tuh curiga kalau Mas Ibram itu sebenarnya udah curiga sama kamu Nis, makanya dia lebih hati-hati sekarang," jawab Febi, Niswa mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan apa yang sahabatnya katakan. Niswa menatap ponselnya yang berbunyi, terlihat sang suami meminta panggilan video dan wanita cantik itu langsung mengangkatnya. "Sayang kamu bisa tolong Mas? eh kamu lagi nggak di rumah ya?" kata Ibram karena menyadari sang istri sedang berada di tempat lain. "Iya Mas, aku lagi di rumah Febi lagi ngajarin dia bikin kue. mas Ibram mau minta tolong apa?" tanya Niswa pada sang suami yang terlihat berada di dalam mobil. "Ada berkas-berkas Mas yang ketinggalan di ruang kerja, tadinya Mas mau minta tolong kamu buat ambilin dan bawa ke depan kompleks tapi karena kamu lagi nggak di rumah Ya udah nggak apa-apa Mas ambil sendiri di rumah, soalnya mas udah deket juga sih mau ke rumah," jawab Ibram. "Ya udah Mas, pulang aja dulu ke rumah. maaf ya aku nggak bisa bantuin Mas," jawab Niswa dengan senyum manisnya. "Iya sayang, kamu bikin kue aja yang enak, bye ... sampai ketemu nanti sore," ucap Ibram lalu mengakhiri panggilan setelah memberikan ciuman ke udara seolah sedang mencium sang istri, Niswa tertawa kecil karenanya. Tidak lama kemudian Niswa menerima sebuah pesan dari Arman yang memberitahukan jika suaminya itu kembali pulang ke rumah, Ibram memang tidak berbohong. "Coba deh kamu coba telepon lagi nomor cewek itu," kata Febi pada sang sahabat, perempuan itu tengah sibuk dengan margarin yang baru selesai dia lelehkan. Niswa langsung menuruti ide sang sahabat ia menelepon nomor misterius itu, kembali nada dering yang terdengar tanda jika nomor itu aktif. "Halo." Niswa sedikit terkejut tidak menyangka jika panggilannya dijawab oleh wanita itu, Febi langsung meminta sang sahabat untuk menekan tombol loudspeaker agar dia juga bisa mendengar pembicaraan mereka. "Halo, maaf bisa kita bicara sebentar," kata Niswa dengan suara tenang. "Ini siapa ya?" tanya seorang wanita di seberang sana. "Saya Niswa, istrinya Mas Ibram. Bisa kita ketemu? ada hal yang ingin saya bicarakan." tanya Niswa, Febi hanya diam mendengarkan. "Oh istrinya Mas Ibram," jawab wanita itu dengan begitu santai, "boleh deh hari Minggu kita ketemu ya, Aku juga pengen tahu kayak apa istrinya Mas Ibram."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN