(B)ART 13 – Perihal Nama

1156 Kata
Syahla pun keluar setalah menggunakan pakaian yang diberikan oleh majikannya itu. Dan saat dia keluar. Margaretha tersenyum kepada Syahla.   “Ibune, ini roke kayaknya kekecilan.” Kata Syahla dengan gugup. Padahal panjang rok itu sampai di bawah lututnya.   “Tidak, itu sangat bagus, pas sekali sama kamu. Ayo, ikut saya, kita tunjukin ke Marco kalau kamu tidak jelek.” Kata Margaretha.   Mendengar keisengan yang dibuat oleh majikannya itu, Syahla pun langsung berbinar, dia sudah lama tidak menjahili orang sebab dia tidak mungkin menjahili Margaretha bukan?   Margaretha dan Syahla pun berjalan menuju ruang tamu dan seketika keenam teman Marco yang semuanya laki-laki yang memusatkan pandangannya ke arah Syahla.   “Wah, siapa nih, Tan?” tanya seseorang diantaranya.   Marco yang awalnya sibuk dengan ponselnya karena sedang bermain ponsel langsung mendongak dan dia langsung terkejut melihat Syahla yang udah berdandan cantik di samping ibunya, namun Marco tidak luluh begitu saja. Dia justru kesal karena dia sudah memperingati Syahla untuk tidak menampakkan diri.   Pada saat Marco menatap Syahla, Syahla hanya bisa memberikan senyum kemenangan ke arah Marco.   Margaretha tertawa mendengar pertanyaan salah satu teman dari Marco tersebut, “Oh, ini Adiknya Marco.” Jawab beliau.   Syahla seketika menghilangkan senyumannya, dia mengira kalau ibunya Marco akan mengisengi Marco dan membuat lelucon, namun apa yang terjadi saat ini sama sekali tidak lucu. Syahla ingin membantah namun dia tidak berani. Di tempatnya Marco sudah menatap tajam ke arah Syahla.   “Loh, Co, lo punya ade?” tanya teman-teman Marco kepada Marco.   Marco pun  langsung mengepalkan tangan karena dia tidak mau memiliki adik seperti Syahla, “Enggk … bukan … bukan … gue nggak punya ade.” Kata Marco.   “Maaf ya, Marco ini belum bisa nerima kenyataan, Syahla ini adiknya yang tinggal di desa jadi dia mungkin belum bisa menerimanya. Marco, Mama titip Syahla ya. Mama mau ke pasar dulu. Kalian semua, Tante nitip anak tante dulu ya?” kata Margaretha.   Semua pun menganggukkan kepala. Syahla berjalan mendekat ke arah Marco. Margaretha pun pergi, “Mas Marco …” kata Syahla menepuk punggung Marco.   Marco langsung menggeser tempat duduknya agar menjauh dari Syahla. Syahla pun langsung mencolek pipi Marco, “Mas Marco …” panggil Syahla.   “Ahela, sono masuk kamar!” kata Marco.   Syahla mengerucutkan bibir.   “Nggak boleh gitu ege lo sama adeknya.” Kata salah satu teman Marco.   “Mas ganteng namanya siapa?” tanya Syahla. Kini matanya berbinar-binar.   Syahla kini tidak lagi memusingkan Marco yang terlihat ogah-ogahan berdekatan dengan dirinya Syahla pun langsung menatap teman-teman Marco. Dan jujur, ini kali kedua Syahla mendapati cowok-cowok ganteng selain Marco di Jakarta.   Ternyata benar apa yang dikatan oleh orang-orang kalau laki-laki di Jakarta tampan-taman. Syahla yang baru melihat cowok tampan pun langsung menatap teman-teman Marco penuh minat.   Teman-teman Marco pun tertawa mendengar suara Syahla. Marco yang tak tahan langsung berdiri dan menarik Syahla menjauh dari teman-temannya, “Eh, Mas Marco … ma uke mana?” tanya Syahla yang bingung.   “Ikut gue!” seru Marco.   Kini mereka berdua ada di dekat kolam renang, cukup jauh dari teman-teman Marco. Marco tidak mau citranya buruk di hadapan teman-temannya.   “Maksud lo apa dandan begini?” tanya Marco, “Kan gue bilang kalo lo nggak boleh keluar, kenapa sekarang lo malah nyuruh nyokap gue bilang kalo lo adek gue?” Marco sangatlah kesal.   Syahla mengerucutkan bibir sebentar lalu dia tersenyum kepada Marco, “Nyong ndak pernah nyuruh ibune bilang begitu. Nyong cuma diperintah sama ibune. Ibune mau sendiri.” Kata Syahla.   Marco memijit pelipis. Apa yang akan dipikirkan oleh teman-temannya kalau dia memiliki adik yang ngomong saja menggunakan ‘nyong-nyong’. Dia tenti tidak mau dipermalukan oleh siapapun terlebih oleh Syahla.   “Nyokap gue nggak akan mungkin …” kata Marco belum selesai Marco mengatakan banyak kata-k********r lagi tiba-tiba ibunya datang dan menjewer telinga Marco.   “Aduh, duh, Ma. Sakit.” Kata Marco.   Syahla tersenyum melihat Marco kesakitan, lalu dengan refleks tangannya terulur dan menjewer telinga Marco yang satu lagi. Marco melotot kepada Syahla. Syahla hanya tertawa.   Marco pun meloloskan diri. “Kamu jangan bentak-bentar Syahla.” Kata Margaretha.   “Tapi, Ma … kenapa Mama bilang kalau Syahla adik Marco?” tanya Marco.   “Suka-suka mama dong. Lagi pula mulai hari ini Syahla jadi adik kamu.” Kata Margaretha.   Syahla terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia sebetulnya tidak mau menjadi adik Marco. Namun, dia berharap kalau majikannya itu hanya berbohong saja. Dia berharap kalau Margaretha tidak menginginkannya menjadi anaknya. Tapi setelah dipikir-pikir, Syahla merasa tidak mungkin kalau Margaretha bersungguh-sungguh sebab majikannya itu tahu bahwa asal-usul Syahla tidak jelas.   “M-maksudnya bagaimana ya, Ibune?” tanya Syahla.   Margaretha menoleh ke arah Syahla. “Mulai hari ini kamu jadi anak saya. Kamu panggil saya Mama ya? Kamu akan jadi adiknya Marco.” Kata Margaretha.   Syahla tercengang, Marco merasa tidak terima dengan keputusan yang diambil oleh ibunya. Bagi Marco ibunya belakangan sudah keterlaluan, sebab ibunya tersebut selalu mengambil keputusan sendiri.   Pada saat Syahla datang pertama kali contohnya. Ibunya mengangkat Syahla yang asal usulnya tidak jelas menjadi asisten rumah tangga di rumahnya. Dan meski Marco sudah mengatakan berkali-kali kepada ibunya untuk memberhentikan Syahla, ibunya tidak mau mengabulkan permintaan Marco tersebut.   “Tapi, Ibune …”   “Tapi, Ma …”   Syahla dan Marco hendak memprotes apa yang dikatakan oleh ibunya Marco namun ibunya Marco tidak mau mendengarkan.   “Udah, pokoknya Mama mau ke pasar dulu. Kalian yang akur di rumah.” Kata Ibunya Marco.   Margaretha pun pergi meninggalkan Syahla dan Marco. Sepeninggal Margaretha, Syahla pun terdiam. Ntah mengapa dirinya merasa takut kalau apa yang dikatakan oleh Margaretha benar adanya. Syahla sudah diangkat menjadi anak oleh orang tuanya di kampung. Dan mungkin karena Syahla hanyalah seorang anak pungut sehingga orang tuanya merasa kalau orang tuanya bisa semena-mena kepada dirinya.   Diam-diam Syahla merasa takut kalau hal tersebut sampai terjadi lagi. Dulu, Syahla masih ingat kalau orang tua angkatnya memang baik, namun lama-kelamaan kebaikan itu mulai berubah.   “Dengerin gue!” kata Marco yang sukses memutus lamunan Syahla.   Syahla tidak lagi berniat untuk mendebat anak majikannya itu. Syahla pun mendongak mencoba mengetahui apa yang hendak anak majikannya itu katakan.   “Siapa nama lo?” tanya Marco.   “Ani.” Jawab Syahla lemas.   “Nama panjang.” Kata Marco.   “Syahla Fitriyani Haura.” Jawab Syahla.   “Syahla.” Jawab Marco.   Syahla menatap Marco dengan tatapan bingung. “Maksud-e, Mas?” tanya Syahla yang mulai bingung dengan maksud Marco.   “Iya, nama lo Syahla mulai hari ini.” Kata Marco.   “Moh, Ani bae.” Kata Syahla sambil menggelengkan kepalanya karena dia sudah terlanjut nyaman dipanggil Ani.   “Nama lo kampungan. Pokoknya nama lo Syahla.” Kata Marco.   “Nama Mas aja kayak bedak jerawat.” Celetuk Syahla tidak mau kalah.   Marco melotot ke arah Marco.   “Mark.” Kata Syahla sambil nyengir lebar.   Marco langsung menjitak kepala Syahla karena kesal, “Awww …” Ringis Syahla.   “Nama lo noh pacarnya roma irama.” Kata Marco.   “Nggakpapalah dari pada bedak jerawat bukan manusia. Tul-tul-tul …” kata Syahla mengesalkan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN