Syahla pun diantarakan Margaretha untuk pergi ke sekolah untuk pertama kalinya. Jantung Syahla berdegup dengan kencang. Syahla benar-benar merasa senang karena dia bisa kembali bisa menyicipi bangku sekolah.
“Wah, Ibune, eh maksudnya Mama. Banyak cowok gantengnya ya?” kata Syahla sambil terkekeh.
Margaretha yang mendengar apa yang dikatakan oleh Syahla langsung terkekeh, “Iyalah. Di kampung tidak ada yang tampan-tampan seperti itu kan?” tanya beliau.
Syahla langsung terkekeh dan mengangguk, “Iya, ndak ada, Ma.” Katanya.
“Tapi Masmu lebih tampankan?” tanya Margaretha.
“Masku?” tanya Syahla yang bingung, pasalnya dia tidak memiliki kakak laki-laki.
“Marco, Anak Mama, Abangmu.” Kata Margaretha.
“O iya, Syahla sampai lupa.” Kata Syahla langsung terkekeh.
Sebelum keluar dari mobil, Margaretha pun langsung membetulkan penampilan Syahla agar tidak terlihat kampungan. Beliau bahkan memberikan bedak tipis untuk Syahla.
“Ibune, eh salah. Mama. Emang sekolah harus dandan ya?” tanya Syahla.
“Jelas, dong. Kalau dandan nanti kamu cantik, banyak yang akan suka sama kamu.” Kata Margaretha.
“Wah, kalau cantik nanti cepat dapat pacar.” kata Syahla.
Margaretha tertawa lagi. Dia memang tidak memiliki anak perempuan, dua hanya memiliki Marco selama ini, padahal beliau sangat ingin memiliki anak perempuan, dan sejak kedatangan Syahla, Margaretha merasa kalau doanya seakan terkabulkan.
“Bagus dong.” Kata Margaretha.
“Boleh pacaran, ibune?” tanya Syahla.
“Hayo …” kata Margaretha.
“Tadi mau ngomong Mama ibune. Eh, Mama.” Kata Syahla sambil nyengir lebar.
“Boleh. Asal jangan sampai hamil.” Kata Margaretha.
“Astaghfirullah Mama.” Kata Syahla terkejut.
Melihat bagaiamana ekspresi Syahla membuat Margaretha tertawa.
“Nah, selesai, ayo keluar!” kata Margaretha mengajak Syahla.
Syahla pun mengangguk menurut. Dia melirik kaca spion dan mengamati wajahnya yang kini sudah tersapu oleh make up.
Syahla dan Margaretha pun keluar dari mobil dan mereka berjalan menuju ruang kepala sekolah.
“Tante!” seru seseorang.
Margaretha menghentikan langkahnya dan tersenyum menatap seoranng siswa yang berjalan ke arah beliau. Beliau sangat mengenal siswa tersebut yang bukan lain adalah teman anaknya.
“Halo, Syahla.” Kata temannya Marco tersebut.
“Halo, Mas Devan.” Kata Syahla sambil membaca name tag milik Devan yang ada di seragam Devan di d**a.
“Syahla sekolah di sini, Tante?” tanya Devan atusias.
Margaretha pun menganggukkan kepalanya, sambil terkekeh.
“Iya, Nak. Kamu jagain anak tante ya?” kata Margaretha.
“Siap, Tante.” Kata Devan.
“Kita masuk dulu.” Kata Margaretha.
“Iya, silakan, Tan. Bye Syahla.” Kata Devan.
Syahla sejujurnya merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Devan namun dia merasa kalau dirinya harus membalas apa yang dikatakan oleh Devan.
Setelah berbincang dengan kepala sekolah, selanjutnya Syahla diantarkan oleh wali kelasnya ke kelasnya. Syahla benar-benar senang saat ini. Dia terus tersenyum bahagia.
“Mas-e Mbak-ne…” kata Syahla menyapa beberapa siswa yang lewat.
“Kamu sedang apa, Syahla?” tanya Guru Syahla yang bernama Bu Reni.
“Oh, ini Ibu Guru lagi sapa teman-teman.” Kata Syahla dengan tampang tanpa dosa.
Bu Reni hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, Syahla hanya nyengir saja. Sebelumnya, Bu Reni juga pernah mengajar Marco dan jika dilihat dari bagaimana Syahla bersikap, beliau sepertinya merasa tidak ada kemiripan antara Syahla dan Marco.
Tak lama kemudian, Syahla pun sampai di kelasnya, Bu Reni meminta Syahla untuk ikut masuk ke dalam kelas bersama dengan beliau. Semua orang memerikan salam kepada Bu Reni.
Syahla mentap teman-temannya dengan binar mata kebahagiaan. Dia sangat merindukan suasana sekolah meski semua temannya yang kini ada di hadapannya tergolong orang baru dan tidak ada yang dia kenal satupun. Bu Reni pun langsungmenjawab salam dari semua muridnya.
Hampir semua siswa laki-laki di kelas Syahla menatap Syahla penuh minat. Syahla memag sangat cantik, jadi tidak hern kalau teman-teman baru Syahla terus memandang Syahla.
“Hari ini kalian punya teman baru. Ayo, perkenalkan diri kamu, Syahla.” Kata Bu Reni.
“Wahhh, cantik Bu.” Celetuk salah satu siswa yang duduk di pojok.
Kini semua siwa laki-laki langsung memuji. Suasana seketika gaduh sebentar karena para lak-laki. Namun, Bu Reni dengn mudah bisa mengendalikan segalanya.
Siswa laki-laki kini mulai menjadikan Syahla primadona di hati mereka masing-masing. Tak bisa dipungkiri kalau semua laki-laki memang menyukai seorang perempuan berparas cantik. Berbeda dengan laki-laki, teman-teman Syahla yang perempuan langsung menunjukkan keirian mereka karena Syahla
Syahla tersenyum dan mengangguk, “Terima kasih. Bu Guru.” Kata Syahla.
Semua orang pun menunggu Syahla memperkenalkan diri, “Halo, semuanya, namane nyong. Maksud saya, nama saya Syahla Fitriyani Haura. Biasa dipanggi, Syahla.” Kata Syahla. “Semoga Mbakne sama Mas-e bisa menerima saya.” Kata Syahla.
Seketika semua orang tercengang. Terlebih para laki-laki yang awalnya menganggap Syahla seperti bidadari. Kali ini mendengar apa yang dikatakan oleh Syahla semua orang menjadi tertawa. Bu Reni bahkan sampai tidak bisa menyembunyikan tawanya.
Syahla menatap teman-temannya dan Bu Reni bergantian mencoba mencari apa yang lucu. Dia tidak tahu kalau kadar keperfekannya Syahla kini sudah menurun sangat jauh karena suara medoknya dan campuran Bahasa ngapak yang cukup mengocok perut.
“Hahahaha, nyong lucu ya teman-teman?” kata Syahla yang memilih untuk tertawa.
Semua orang menjadi tambah tertawa lagi mendengar apa yang dikatakan oleh Syahla.
“Ya ampun, baru pengen gue puji bidadari.” Celetuk salah satu siswa laki-laki.
Semua orang pun menimpali hingga kondisi kelas sangat gaduh dan riuh. Melihat keadaan kelas yang tidak kondusif, akhirnya Bu Reni pun mengambil tindakan.
“Ayo, cukup anak-anak. Cukup untuk perkenalannya. Kamu duduk di samping Vanny ya, Syahla?” kata Bu Reni sambil menunjuk bangku kosong di barisan dua dari belakang. Di sana sudah ada gadis berambut pendek yang duduk di sana.
Syahla mengangguk, “Terima kasih, Bu Guru.” Katanya.
Bu Reni menganggukkan kepalanya. Beliau memang sedikit merasa asing dengan sebutan yang diberikan Syahla kepada dirinya. Syahla memang benar-benar lain dari pada yang lain.
Syahla pun langsung berjalan menuju tempat duduknya. Sesampainya di sana dia pun mengatakan sesuatu, “Permisi, Mbak-ne.” kata Syahla.
Di sampingnya kini sudah ada seorang gadis berambut pendek yang bernama Vanny, dia hanya mengangguk saja tidak berniat untuk mengatakan sesuatu lebih lanjut. Dia malas berbicara.
“Nyong Syahla.” Kata Syahla sambil menyodorkan tangannya.
“Vanny.” Jawab Vanny cuek namun dia membalas uluran tangan Syahla.
Syahla langsung menoleh ke depan, di depannya sudah ada dua laki-laki yang mengamati gerak-gerik Syahla. Syahla pun nyengir lebar, “Nyong Syahla. Mas-mas ganteng ini siapa namanya?” tanya Syahla.
“Anjirrr gue dibilang Mas.” Kata salah satu diantara mereka. Mereka bedua pun tertawa.
“Yang penting ganteng pele.” Kata salah satunya.
“Oalah, cakep-cakep namanya Pele.” Jawab Syahla.
Semua anak-anak kelas pun langsung tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Syahla, orang yang dikenalkan Syahla sebagai pele hanya cemberut saja namun tak lama kemudian ikut-ikutan tertawa.