(B)ART 16 – Sebuah Pengakuan

1093 Kata
Kehadiran Syahla di kelasnya membuat warna tersendiri di kelas tersebut, terlebih untuk siswa-siswa. Meski beberapa siswi justru menatap Syahla dengan tatapan tidak suka. Contohnya Vanny teman sebangku Syahla yang terlihat ‘ogah’ untuk berdekatan dengan Syahla.   Bel istirahat pun berbunyi, keadaan kelas Syahla yang baru sangatlah berbeda dengan keadaan kelas Syahla di kampung dulu. Kini ia pun melihat kalau teman-temannya sudah keluar dari kelas. Yang perempuan semuanya main dengan gengnya dan laki-laki-laki juga bergerombol hendak mau ke kantor.   “Syahla, ikut kantin ayo?” Ajak Aris, teman Syahla yang sebelumnya disebut pele oleh Syahla.   “Oh, ayo, Mas Pele.” Kata Syahla.   Syahla pun berjalan mengikuti Aris. Namun, belum genap Syahla keluar dari kamar seseorang datang dan menyembulkan kepalanya di pintu.   “Syahla! Syahla!” seru laki-laki yang name tagnya bernama Ricky.   “Kenapa Mas-e?” tanya Syahla.   “Lo adiknya Bang Marco?” tanya Ricky.   Semua orang yang ada di kelas pun langsung tekejut dengan apa yang dikatakan oleh Ricky. Kini tatapan demi tatapan mulai menghujani Syahla.   Syahla menganggukkan kepalanya.   “Lo boong kan ya? Boong kan?” tanya Ricky.   “Ya ndak toh, Mas-e. Nyong emang adiknya Mas Marco.” Kata Syahla.   “Tapi nggak mungkin Syahla, lo ama Bang Marco kan beda.” Kata Aris.   “Kenapa? Karena aku jelek gitu? Huh, yaudah nyong jalan sendiri aja.” Kata Syahla.   Syahla jadi teringat kata-kata Marco saat dia di rumah. Marco memang sering mengatakan kalau dirinya jelek, hingga Marco bahkan menyembunyikan keberadaan Syahla dan meminta Syahla untuk bersembunyi.   “Eh, nggak Syahla nggak. Nggak gitu kok. Lo cantik banget asli!” kata Aris mengejar Syahla.   Ricky pun tak mau kalah. Mereka tentu tidak berani berurusan dengan Marco. Yang ada di dalam pikiran mereka saat ini adalah mereka tidak mau kalau Syahla sampai mengatakan kepada Marco bahwa mereka berdua telah mengusik keberadaan Syahla. Bagaimana pun Marco adalah salah satu kakak kelas yang mereka segani.   Syahla tersenyum simpul. Namun, dia tidak mau terlihar tertawa, sebuah ide jahil kini terlintas di benaknya.   “Ah, bohong. Nyong gak percaya.” Kata Syahla.   Aris dan Ricky langsung berjalan di sebelah kanan dan kiri Syahla, mereka berdua merasa takut kalau sampai Syahla mengatakan kepada Marco yang tidak-tidak.   “Yah, janganlah. Kamu mau apa Syahla? Nanti kita beliin.” Kata Ricky.   “Bener?” tanya Syahla.   “Iya, bener.” Kata Richy. “Yaudah kita duduk dulu, duduk dulu, biar lo bisa milih makanan dengan gampang.” Sambungnya.   Ricky dan Aris pun langsung berjalan ke tempat gerombolan mereka dan langsung meminta kepada teman-temannya untuk memberikan tempat duduk untuk Syahla.   “Woi, pindah lo!” kata Ricky pada seorang temannya.   “Ngapain lo ngusir gue anjir!” seru temannya yang dia usir.   “Dia adiknya Bang Marco.” Bisik Ricky.   Meski Ricky mengatakannya dengan cara berbisik namun Syahla masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Syahla mencoba mengamati apa yang terjadi, dia pun langsung berpikir kalau sepertinya mereka semua sangat takut kepada Marco. Hal tersebut pun tambah membuat dirinya tersenyum.   “Eh, serius lo?” tanya laki-laki tersebut.   “Keburu dia marah. Abis kita anjir!” seru Ricky.   Laki-laki itu pun berdiri dan tersneyum kepada Syahla, “Duduk-duduk. Eh, siapa namanya?” tanyanya.   “Bang Pele, kok dia ndak tau namane nyong yah?” tanya Syahla.   Laki-laki itu syok mendengar apa yang terucap dari bibir Syahla. Laki-laki itu bukanlah teman kelas Syagla, melainkan anak kelas lain.   “Eh, Syahla, namanya Syahla.” Kata Aris kepada laki-laki tersebut.   Kini Syahla diperlakukan seorang ratu, dia ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat ini, namun dia belum mendapatkan apa yang dia mau. Dia ingin merasakan traktiran. Makan gratis tentu membuat dirinya merasa senang bukan?   “Syahla mau apa? Bakso, mi ayam, nasi goreng, stik ayam atau apa?” tanya Aris.   “Duh, gimana ya, Mas. Aku mau mi ayam tapi mau bakso juga.” Kata Syahla sambil memasang wajah sedih.   “Nah, dua-duanya aja.” Kata Aris.   Syahla menganggukkan kepalanya. Aris pun langsung melesat pergi memesan Mie Ayam dan Bakso untuk Syahla.   “Minumannya apa? Mau es jeruk, es teh masis, jus atau apa?” tanya Ricky.   “Es jeruk deh.” Kata Syahla.   Lalu Ricky pun langsung melesat pergi. Semua pun langsung menyapa Syahla dan mengajak Syahla mengobrol. Syahla pun menanggapi semua perkatakan teman-teman barunya itu dengan seadanya. Meski perbedaan gaya bicara mereka berbeda ternyata Syahla masih bisa menyeimbangkan percakapan.   Tak lama kemudian, Aris dan Ricky pun datang dan langsung meletakkan apa yang mereka bawa di depan Syahla. Syahla pun langsung menatap makanan di depannya dengan berbinar.   “Aduh, banyak banget. Bagaimana cara mengaduknya ini?” tanya Syahla.   “Eh, sini biar gue yang adukin. Lo campurin saos sama sambelnya aja dulu.” Kata Aris.   Syahla pun menurut dan langsung memberikan saos sedikit dan sambel sedikit di atas Mie Ayamnya. Lalu, dengan sigap Aris langsung mengadukkan mie ayam tersebut.   Tak lama kemudian ada seorang perempuan cantik yang datang dengan penuh emosi kepada Syahla.   BRAK!   Meja makan Syahla digebrak. Mie ayam yang sudah diaduk oleh Aris kini tumpah sedikit, begitu juga dengan air es jeruk. Syahla langsung berdiri dan menghindari air tumphan. Dia tidak mau kalau bajunya kotor.   “Lo apa-apaan sih?” seru Aris.   “Diem kamu!” seru gadis tersebut, dia bernama Donita. “Lo apa-apaan hah? Maksud lo apa?” tanya Donita kepada Syahla.   “Mbak-e ngomong apa sih? Datang kok marah-marah?” kata Syahla dengan kesal karena acara makannya harus terganggu oleh seorang wanita yang sangat menjengkelkan di matanya tersebut.   BYUR!   Donita menyiramkan air es jeruk ke baju Syahla. Syahla pun terkejut setengah mati. Kini dia menatap Donita dengan kesal.   “Lo ngapain ngebudakin Aris cowok gue? Lo kira lo siapa? Jangan mentang-mentang lo cantik, lo bisa nyuruh-nyuruh cowok gue seenak jidat lo ya!” seru Donita.   Donita memang sedari tadi mengamati gerak-gerik pacarnya dari jarak jauh yang terlihat sangat memanjakan Syahla.   “Anjir, jangan malu-maluin gue, Donita!” seru Aris kepada pacarnya.   “Kamu marahin aku, Beb? Yang harusnya marah itu aku!” seru Donita.   “Apaan sih, gue yang mau. Jangan lebay dah jadi orang.” Kata Aris.   “Mbak-e ini kenapa sih? Seragame nyong jadi kotor mbak-e.” kata Syahla sambil membersihkan pakaiannya dengan menggunakan tisu.   “Heh, udik! Jamet! Lo masih tanya kenapa?” tanya Donita yang kini benar-benar berada di puncaknya.   Donita pun hendak meraih sisa air jeruk yang hendak ia gunakan untuk mengotori baju Syahla. Namun, untungnya seseorang tiba-tiba datang dan langsung mengambil gelas itu dan meletakkannya di atas meja.   “Apa-apaan l- …” belum sempat Donita melanjutkan kata-katanya.   Dia melihat Marco menatapnya dengan tatapan dingin. “Lo apain adik gue?” cecarnya menakutkan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN