MALAM PERTAMA.
God damn it! Lucas menggerutu dalam hatinya, sebenarnya gadis macam apa yang telah ia nikahi ini? Kenapa Ivory yang justru sangat tergesa-gesa dalam hubungan mereka apa Ivory sama sekali tak merasa takut jika malam ini Lucas membunuhnya?
"Jangan mimpi kau!" desis Lucas dan menoyor kepala Ivory hingga membuat gadis itu membelalakkan matanya tak terima dengan perlakuan Lucas.
Mereka seakan sibuk dalam dunianya sendiri dan para tamu hanyalah patung yang tak ada harganya sama sekali. Meski Lucas terus menerus memberikan kata-kata pedasnya pada Ivory tapi Ivory tak merasa jera dengan yang ia lakukan pada Lucas. Gadis itu masih terus saja mengganggu Lucas dengan berbagai pertanyaan tak masuk akal yang semakin membuat Lucas merasa sangat tak berharga karena tak dapat menangani spesies seperti Ivory ini.
Tepat setelah semua rangkaian acara telah selesai dan kini tinggal pesta Ivory justru tengah sibuk memakan pasta yang tersaji di salah satu meja yang ada di tengah ballroom hotel yang mewah.
Sementara di sisi kiri ballroom, Lucas yang tengah menyesap wine dari botolnya langsung pun menggelengkan kepalanya saat menatap Ivory yang jauh sekali dari kesan mempelai wanita. Ivory ini sebenarnya wanita seperti apa? Kenapa ia dengan tenang memakan pasta dengan porsi yang banyak tanpa memperdulikan berbagai tatapan yang dilayangkan oleh para tamu padanya. "Luc?" Lucas menolehkan kepalanya ke belakang saat merasakan sentuhan di bahunya dan panggilan dari arah belakang tubuhnya.
"Arnold?" Lucas memanggil Arnold saat menyadari bahwa orang yang memanggil namanya adalah sang asisten. Arnold dan Lucas adalah teman sejak mereka di universitas, kepintaran Arnold membuat Lucas mempercayakan tugasnya yang sensitif pada pria itu dan terbukti Arnold tak pernah mengecewakannya. Tapi hebatnya Arnold adalah ia bis mengendalikan keformalannya pada Lucas. Karena disaat di depan para anak buah ia akan hormat dan taat pada Lucas tapi di waktu yang hanya ada dirinya dan Lucas maka ia akan memposisikan diri sebagai temannya.
"Ada apa Luc?" tanya Arnold tapi Lucas hanya diam dengan sorot matanya yang tak juga teralihkan dari posisi Ivory berada. "Jangan menatapnya seperti itu Lucas, kau tau dengan benar kita bahkan tak memberikan ia makanan sejak kita menangkapnya dan memerangkapnya seperti ini," ucap Arnold seraya menuangkan vodka dari botol ke gelasnya dan Arnold pun meminumnya dengan perlahan.
"Aku tak mengerti dengan otak gadis itu, apa dia tak punya malu?" gumam Lucas membuat Arnold kembali menatap Ivory yang masih sibuk dalam acara makannya yang nikmat, bagaimana bisa nikmat karena semua makanan yang tersaji adalah makanan dari chef berkompeten dan dari hotel yang mewah jadi sudah pasti rasanya tak di ragukan lagi, jadi kapan lagi Ivory bisa merasakan kenikmatan dunia ini?
"Dia hanya makan, Luc. Tak ada salah sama sekali," balas Arnold dengan senyuman manisnya tapi Lucas justru berdecak.
"Ck! Dia itu tak punya malu, harusnya dia bertingkah anggun seperti mempelai wanita pada umumnya!" rutuk Lucas kesal ia kembali menyalurkan rasa kesalnya dengan menegak wine di tangannya.
"Jangan marah padanya Lucas, bukankah lapar adalah hal yang wajar?"
"Aish sudahlah terserah saja!" Lucas yang tak bisa lagi membahas Ivory pun memilih menatap Arnold dengan tatapan serius.
"Oke here we go, kau mau tanyakan hal serius pada ku kan?" tanya Arnold yang sudah mengerti dengan jelas jika Lucas sudah menunjukkan wajah seriusnya maka pembahasan mereka tak lagi main-main.
"Yap," balas Lucas singkat.
"Apa?" tanya Arnold.
"Apa ada masalah di markas? Kenapa sampai sekarang aku tak dapat laporan apapun?" tanya Lucas di sambut anggukan oleh Arnold tanda bahwa pria itu paham kemana arah pembicaraan Lucas berikutnya.
"Tak ada masalah yang penting, hanya saja dua hari yang lalu hacker kita melaporkan ada beberapa basis data yang berusaha membobol keamanan kita mencuri beberapa data yang penting untuk misi kita dua bulan kedepan," terang Arnold menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini.
"Dan kau tak katakan hal sepenting ini padaku Arnold?" tanya Lucas dengan alis yang terangkat satu, tak seperti biasanya Arnold menyembunyikan hal yang cukup penting seperti ini darinya.
"Bagaimana bisa aku membebani mu dengan urusan ini sementara kau tengah berbagai dengan Nona Moonlight? Aku tak bisa mengganggu mu, Luc."
Lucas terdiam tapi kepalanya terus berpikiran, kini ia akan menyisikan sebentar urusannya dengan Moonlight dan Bright karena yang jadi prioritas utamanya saat ini adalah menemukan siapa yang berusaha membobol sistem keamanan datanya. "Apa hacker kita bisa melacak dari mana para penyerang itu berasal?" tanya Lucas dibalas gelengan dari Arnold.
"Sayangnya sampai detik ini ia tak bisa melacaknya Luc, menurutnya ada satu alat yang bisa menyembunyikan lokasi dari si penyerang, dan alat itu sudah musnah tak akan bisa digunakan lagi bahkan sampelnya saja sudah tak ada, dari yang aku dengar sampelnya sudah di musnahkan empat tahun yang lalu oleh pihak FBI," terang Arnold memberitahukan apa yang diucapkan oleh hacker mereka saat membahas perihal penyerangan ini.
"Jadi?"
"Mungkin kita akan semakin memperkuat keamanan sistem kita dan kita tak boleh lengah karena sepertinya ada seseorang yang berusaha membentuk kita menjadi rival yang empuk, kau tau kan maksudku Lucas? FBI sudah meminta bantuan kita dan kita sudah meminta waktu berpikir selama dua bulan jadi dua bulan ini kau harus bisa putuskan apa yang akan menjadi keputusanmu," tutur Arnold diangguki oleh Lucas.
"Rasanya aku tak akan mengambil misi itu," ucap Lucas setelah ia meminum wine dari tangannya dan menatap Arnold kembali yang sudah menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Why?"
"Kau tak lihat apa yang terjadi hari ini? Aku bahkan sudah terjebak dengan gadis aneh itu!" desis Lucas seraya menunjuk Ivory yang sekali lagi masih sibuk dalam acara makannya.
"Hahahaha ayolah kawan jangan anggap ini sebagai beban untukmu, kurasa Ivory juga gadis yang baik dan ia cantik."
"Ya tapi juga gila!" timpal Lucas dengan rasa kesal yang membuncah begitu saja.
"Sudahlah jangan seperti itu Luc, terima saja mungkin Tuhan memang memberikan kau Ivory sebagai jodohmu, terima saja aku yakin kau bisa bahagia dengannya," bisik Arnold dan pergi meninggalkan Lucas yang masih setia dalam diamnya.
Lucas menatap tajam pada Ivory yang masih sibuk memakan makannya dan Lucas berucap dalam hatinya. "Jodoh? Tuhan pasti bercanda Arnold dan dia tak akan mungkin menjadi jodoh ku, karena dia hanya tawanan bagiku,"