PENGECUT.
Bella terdiam dan pandangan matanya tertuju pada Ivory, ia tak salah dengar kan? Telinganya masih berfungsi dengan baik kan? Lalu apa yang tadi sahabatnya itu katakan? Kenapa Ivory berbicara melantur seperti ini? Apa Ivory tengah mabuk?
"Bella?" panggil Ivory sebab sahabatnya itu hanya diam dan menatapnya dengan tatapan yang aneh dan sulit di artikan.
"Em ya?" Bella tampak masih begitu terkejut dengan yang Ivory katakan, ia masih belum bisa fokus hingga akhirnya Ivory meraih kedua bahu Bella dan menatap wajah Bella.
"Hei Bella kau dengar aku tidak?" tanya Ivory tapi Bella masih terus menerus diam dan membuat Ivory semakin kesal karena Bella tak memberikan respon apapun mengenai apa yang ia ucapkan, kurang menggemparkan bagaimana dengan nasibnya sampai-sampai Bella tampak biasa saja?
"Bella kau dengar aku? Aku sudah menjadi istri!" sentak Ivory dan akhirnya sentakan itu berhasil membuat Bella tersadar akan lamunan panjangnya mengenai sang sahabat, dan Bella meneliti wajah Ivory sejenak sebelum ia bertindak anarkis.
"Kya!! Dasar sahabat kurang ajar!" Bella menepuk beberapa kali lengan atas Ivory bermaksud memukul tapi ia juga tak tega jadi Bella hanya menepuk sedikit keras bahu Ivory menyalurkan kekesalannya yang mendalam.
"Bella, Bella apa maksud mu?!" sentak Ivory sebab Bella tiba-tiba bertindak anarkis tanpa ia ketahui apa penyebabnya.
"Bisa-bisanya kau pergi di pagi hari dan meninggalkan aku seharian ini kemudian kembali bersama dengan pria yang bahkan aku sendiri tak kenal, lalu kau dengan tenangnya mengatakan kau sudah jadi seorang istri! Kau memang sahabat yang kurang ajar!!" amuknya, dan sepertinya Ivory menarik kata-katanya tentang berita yang menggemparkan hingga Bella baik-baik saja. Karena nyatanya Bella hanya bersiap mengumpulkan kemarahan dan menyalurkannya di waktu bersamaan kepada Ivory.
"Bella aku juga tak percaya sekarang statusku berubah!"
Bella menggelengkan kepalanya tak percaya dengan yang diucapkan oleh Ivory. Menurutnya tak mungkin Ivory tak mengerti dengan apa yang terjadi di hidupnya sendiri, buktinya Bella bahkan meninggalkannya selama seharian ini dan ia hanya menghubungi Bella satu kali, itu pun tidak mengatakan bahwa Ivory telah menikah, jadi Bella simpulkan bahwa Ivory juga bahagia dengan pernikahannya. "Nope! Kau pasti bohong kau pasti sudah merencanakan semua ini kan? Atau jangan-jangan kau ingin kita liburan karena kau ingin menikahi pria itu kan?!" tuduh Bella seraya menunjuk Lucas.
Lucas yang merasa tak salah dan di tunjuk oleh Bella pun tak terima, ia segera menurunkan jari telunjuk Bella yang ada di depan wajah tampannya. "Jaga jarimu ini!" peringatnya tapi Bella hanya mendengus tanpa berniat membalas ucapan dari Lucas.
Lucas yang merasa di diamkan pun semakin kesal, sebenarnya pembicaraan bodoh yang sedari tadi ia dengar ini sudah sangat mengganggu mentalnya, tapi mau bagaimana lagi jika sampai ada klien atau tamu penting yang melihatnya berjalan tanpa mempelainya bisa-bisa mereka semua curiga dan sekali lagi Lucas tak ingin di cap sebagai mempelai pria yang jahat di hari pertama pernikahannya.
Ivory melihat Lucas dan ia langsung membalikkan tubuhnya sehingga berhadapan dengan Lucas. "Ini semua karena dirimu! Apa yang jadi pertimbangan mu hingga kau menjadikan aku seorang istri, huh?! Aku hanya menabrak mu saja dan itu aku tak sengaja dan kau menjeratku dengan hubungan seperti ini! Kau sudah merusak pertemanan ku!" sentak Ivory dengan kekesalan yang membuncah begitu saja.
Jujur saja, Ivory tak ingin disalahkan dan saat Bella menyalahkannya ia tak terima karena sekali lagi ia juga tak mengharapkan adanya pernikahan paksa ini! Dan itu semua salah pria berwajah dingin nan arogan di depannya ini!
Lucas menatap Ivory dengan mengangkat satu alisnya. "Apa kalian adalah dua gadis gila yang baru saja keluar dari rumah sakit gangguan jiwa?" tanya Lucas dengan tenang.
"Dasar kurang ajar!" rutuk Ivory tak suka dirinya disebut sebagai salah satu pasien rumah sakit jiwa.
"Hei enak saja bicaramu, perhatikan kalimat mu itu bung!" sentak Bella yang juga tak terima disebut sebagai pasien rumah sakit jiwa! Mana ada pasien rumah sakit jiwa yang cantik seperti dirinya ini! Dan catat Bella salah satu anak yang pintar di kelasnya di masa senior high school!
Lucas hanya menggelengkan kepalanya dan memutar bola matanya malas menanggapi kedua gadis di depannya yang sangat absurd sekali kelakuannya, sangat tidak mencerminkan keanggunan yang biasa Lucas lihat dari berbagai wanita yang dikenalnya!
"Apa kalian tak tau malu?" tanya Lucas dengan nada rendah. Pertanyaan itu nyatanya berhasil memantik amarah Ivory dan juga Bella.
"Apa maksudmu itu?!" sentak Ivory dengan menunjuk wajah tampan Lucas, hal itu sekali lagi membuat Lucas kesal.
Lucas meraih telunjuk Ivory dan sedikit menariknya. "Ah! Sakit sakit sakit!" adu Ivory kesakitan tapi Lucas hanya menunjukkan smirk menakutkan seakan apa yang dikatakan oleh Ivory sama sekali tak berarti baginya.
"Hei! Lepaskan sahabatku!" sentak Bella membela Ivory, ia juga melihat raut ketakutan di wajah Ivory yang perlahan terlihat dengan jelas.
"Perhatikan tanganmu itu!" sentak Lucas yang langsung saja membuat Ivory maupun Bella terdiam dengan tubuh yang perlahan menggigil ketakutan.
"Ahk! Lucas sakit!" adu Ivory lagi berusaha meminta belas kasihan pada pria yang berstatuskan sebagai suaminya itu, karena jarinya memang terasa mulai sakit dan itu semua tak juga di dengar oleh Lucas!
Hingga saat Lucas melihat wajah merah Ivory dan ia juga melihat jemari Ivory yang memerah, di sanalah ia melepaskan cengkraman tangannya dari jemari indah sang istri. "Lain kali gunakan jarimu di jalan yang benar!" peringat Lucas membuat Ivory segera menarik jemarinya dan meniupnya beberapa kali.
Bella pun langsung melihat jemari Ivory yang terlihat sekali merah. "Sakit?" tanya Bella perhatian, Ivory mengangguk sebagai jawaban.
"Dasar pengecut! Berani pada wanita!" rutuk Bella tanpa suara. Tentu saja rutukan itu tertuju pada Lucas seorang!
Ivory pun mengangguk mengiyakan ucapan Bella, memang si Lucas ini sepertinya pengecut!
"Kau tau, kau baru saja melakukan kekerasan dalam rumah tangga yang baru kita bangun selama beberapa jam yang lalu! Kau berdosa!" sentak Ivory kesal tapi ia tak akan mengulangi hal yang sama jadi ia tak menunjuk wajah Lucas, hanya menatap pria itu dengan tatapan mengintimidasi tapi sayangnya tatapan setajam apapun dari Ivory nyatanya tak membuat Lucas gentar, ia bahkan balik menatap Ivory dengan tatapan datarnya hingga membuat Ivory mengaku kalah dan menurunkan pandanganya tak ingin menatap mata Lucas yang menurutnya sangat menyeramkan. Bagaimana tidak, manik itu tidak seperti manusia normal pada umumnya, seakan ada kesan membunuh yang tanpa bisa di uraikan oleh kata-kata bagi Ivory, dimana Ivory hanya bisa merasakan ada sedikit keterkaitan dan ketakutan ia juga tak mengerti dengan yang ada di dalam manik tajam Lucas.