SIAPA NAMANYA?
"Ck, jadi kau menantang maut mu sendiri?" gumam Lucas terdengar oleh Ivory.
"Bukankah kau sendiri yang ingin aku menikah dengan mu dengan mengancam sahabat ku? Lalu dimana letak kesalahan ku? Jika di lihat-lihat kau bukan pria yang tak mampu," balas Ivory enteng dan dengan mudahnya ia membalikkan situasi menjadi Lucas yang terlihat sedikit tertekan.
Lucas kebingungan bukankah tadi ada ketakutan yang terpancar di dalam tubuh gadis di depannya lalu kenapa kini ia tampak sangat menantikan pernikahannya? Sebenarnya apa yang direncanakan oleh gadis itu?
"Oh ya siapa nama mu, pria arogan?" tanya Ivory dengan alis yang terangkat satu.
"Lucas," balas Lucas spontan ia tak ingin memperpanjang obrolan mereka.
"Baiklah Lucas, calon suami ku tercinta aku akan bersiap secantik mungkin untuk menikahi mu, dan tepat setelah kita menikah aku akan segera berpikir bagaimana lepas dari mu atau mungkin aku bisa memberikan mu racun di malam pertama kita nanti?" Lucas menyatukan alisnya ia ingin mendebat Ivory lagi tapi urung ia lakukan karena menurutnya gadis ini sedikit aneh dan daripada ia dibuat kebingungan lebih baik ia keluar dari ruangan ini sekarang.
Tapi saat Lucas hendak membalikkan tubuhnya dan menjauhi Ivory, telinga Lucas justru mendengar teriakan dari dalam ruangan. "Namaku Ivory, ingat nama calon istrimu ini ya calon suami!!"
Lucas menggelengkan kepalanya dan ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke ballroom untuk menyampaikan kabar bahwa pernikahannya tetap terjadi meski dengan mempelai yang berbeda. Tapi Lucas hanya berharap semoga si Ivory itu tidak bertindak bodoh di pesta nanti.
Semua atensi terpusat pada Lucas saat langkah kaki pria itu perlahan memasuki area ballroom ia sudah disambut dengan berbagai tanda tanya di benak para tamu. "Tolong sabar sebentar, calon istriku sedang di rias," ucap Lucas memberitahukan apa yang terjadi.
Dan mendengar pemberitahuan dari Lucas berhasil membuat para tamu terdiam dan menganggukkan kepalanya mengerti mereka pun kembali menikmati pesta yang diadakan oleh Lucas di ballroom yang sangat mewah ini.
Lucas menekan alat di telinganya dan ia menghubungi bodyguard yang menjaga di depan pintu ruangan Ivory. "Periksa apakah dia sudah selesai? Jika sudah segera bawa dia ke ballroom!"
"Yes Sir," balas sang bodyguard langsung.
Lucas mematikan sambungan teleponnya lama ia menunggu hingga lima belas menit kemudian pintu terbuka menampilkan Ivory dengan balutan gaun pengantin yang di pilih oleh Moonlight. Lagi dan lagi Lucas harus bisa menahan rasa marah dan kecewanya saat mengingat nama wanita itu. Lucas menggelengkan kepalanya dan ia menatap Ivory bahkan atensinya terkunci pada aura kecantikan yang terpancar oleh gadis itu.
Ivory terlihat sangat anggun dan tangan gadis itu membawa bunga dengan wajah manisnya yang sudah dirias hingga nampak lebih cantik jangan lupakan bahunya yang putih terlihat oleh mata para tamu dan hal itu semakin membuat aura kecantikan Ivory terlihat dengan jelas.
Sementara di sisi Ivory, ia terlihat gugup. Astaga! Ivory tak menyangka bahwa pestanya akan sebesar ini. Ini gila! Ini terlalu mewah bahkan melebihi ekspektasi Ivory mengenai pernikahannya selama ini, ia tak bermimpi kan? Ia tak sedang ada di dunia mimpi kan?
Ivory yang tak fokus pada langkahnya hampir saja menginjak gaunnya sendiri hingga tubuhnya sedikit terhuyung ke depan, untung saja ia bisa menyeimbangkannya lagi hingga kini tubuhnya kembali ke posisi semula, Ivory mengangkat wajahnya menatap ke para tamu tak terkecuali Lucas ia menampilkan senyum canggungnya. Ya Tuhan! Ia tak pernah segugup ini selama hidupnya!
Sementara Lucas menghembuskan napasnya kasar saat melihat kecerobohan Ivory yang bahkan hendak jatuh karena menginjak gaunnya sendiri. Bagaimana bisa gadis itu begitu sangat ceroboh dan untung saja ia tak jatuh, Lucas tak bisa membayangkan jika gadis bernama Ivory itu kembali mempermalukan dirinya, akan habis riwayat Lucas saat itu juga.
Ivory kembali fokus berjalan di atas altar dengan sangat anggun penuh akan kesan kecantikannya, hingga sampailah ia di penghujung altar dan Lucas segera mengulurkan tangannya dan Ivory pun menerimanya dengan lembut. Lucas menggenggam tangan Ivory sebelum mereka berdiri dengan tegap di depan pendeta, Lucas membisikkan satu kalimat yang membuat Ivory membuka matanya lebar. "Siapa nama panjang mu?" bisiknya.
"ivory Hazelton," balas Ivory singkat.
Lucas mengangguk dan saat keduanya sudah berdiri di posisi mereka masing-masing di depan pendeta, Lucas menatap sang pendeta dan berbisik pelan. "Nama mempelainya berbeda," bidiknya membuat sang pendeta itu membelalakkan matanya.
"Maksud anda?" tanyanya.
"Namanya adalah Ivory Hazelton, ganti dengan itu. Karena kini nama mempelaiku adalah Ivory, kau mengerti?" Sang pendeta hanya mampu menganggukkan kepalanya paham dengan yang diucapkan oleh Lucas.
***
Sementara di kamar hotel Bella, gadis itu membelalakkan matanya terkejut setelah ia bangun dari tidurnya, ia mencari sosok Ivory tapi tak juga ia temukan. Bekal mendudukkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang ia meneliti keadaan kamar hotelnya yang sepi tanpa ada kehadiran Ivory. Bella awalnya masih terlihat tenang tapi ia langsung tersadar saat merasakan kesunyian di dalam kamar hotelnya yang artinya Ivory tak ada di dalam sini. Dengan gerakan yang super cepat Bella turun dari ranjang dan berjalan menuju ke kamar mandi mencari keberadaan Ivory tapi yang dicari tak kunjung juga di temukan. "Ivory! Dimana kau?!" sentak Bella sudah persis seperti orang gila karena kepanikannya tak ada Ivory.
"Ivory?!"
Bella membasuh wajahnya sekejab dan menggosok bibirnya setelah itu ia segera keluar dari kamarnya setelah dirasa penampilannya sedikit rapih, dan ia berusaha menghubungi Ivory tapi ponsel sahabatnya itu tak juga terhubung, dimana Ivory sebenarnya?!
Bella kebingungan nyaris menyerah saat ia tak juga menemukan keberadaan Ivory, dadanya berdetak kencang memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi pada sahabatnya jika hilang di hotel ini, apa Ivory bisa kembali ke kamarnya? Atau justru Ivory tersesat?
"Astaga Ivory dimana kau?! Teleponku saja tak kau angkat?!" sentakan bernada khawatir dari Bella tak dapat dihindarkan lagi, gadis itu benar-benar panik tak menemukan keberadaan Ivory.
Ditengah kepanikan Bella ia segera berjalan menuju meja resepsionis. "Bisa bantu aku? Sahabatku hilang," ucap Bella.
"Sahabat?"
"Ya!" serunya dengan anggukan cepat.
"Siapa namanya?"
"Ivory Hazelton, tolong beri pengumuman agar aku bisa menemukannya, tolong ya."
Sang resepsionis mengangguk mengiyakan permintaan Bella, sedangkan tanpa Bella Sadri kini Ivory justru tengah bersiap melakukan upacara pernikahannya dengan Lucas.