KITA AKAN MENIKAH!
Lama waktu perjalanan akhirnya Ivory sampai di kantornya, gadis itu segera turun dan memasuki pintu utama kantor ia segera berjalan menuju meja kerjanya dan sesaat setelah duduk ia mendengar suara dari bilik sampingnya. Siapa lagi pemilik suara itu jika bukan Bella, sahabatnya.
"Apa Bella, katakan sesuatu jika memang ingin mengatakan sesuatu padaku jangan kau buat suara seperti itu, sangat menjengkelkan!" rutuk Ivory membuat Bella terkekeh di tempat kerjanya.
Bella akhirnya berdiri dan menumpukan tangannya di pembatas antara meja kerja dirinya dan Ivory. "Hai Ivory maaf tadi di telepon gak menjawab sapaan mu," ucap Bella tulus meminta maaf.
Ivory menganggukkan kepalanya dan ia menolehkan kepalanya menatap Bella. "Bella kau tau kesalahan mu?" tanya Ivory yang sontak saja membuat Bella terdiam dengan alis yang saling menaut. Apa maksud Ivory ini?
"Apa?" tanya Bella dengan menggaruk tengkuknya sendiri yang tak gatal.
"Kau lupa membawakan aku hot coklat pagi ini," ucap Ivory dengan memanyunkan bibirnya menatap Bella.
"Oh astaga itu, tenang aku punya sesuatu untukmu." Bella menjeda kalimatnya ia meraih sesuatu yang sudah ia siapkan untuk Ivory dan setelah mendapatkan apa yang ia cari ia berikan itu pada Ivory. "Hot coklat kesukaan mu sudah datang," ujar Bella melanjutkan ucapannya yang semula tertunda.
Wajah Ivory langsung berubah sangat bersemangat hanya karena adanya hot coklat, sangat mudah sekali bukan menyenangkan dirinya? Memang mood murahan!
"Wah terimakasih Bella, kau lah sahabat terbaik ku." Bella tersenyum manis mendengar ucapan Ivory dan ia mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Ivory itu seakan memang benar.
Mereka berdua pun akhirnya kembali ke pekerjaannya masing-masing, hingga akhirnya jam yang ditunggu pun tiba. Jam makan siang tiba dan kini Bella maupun Ivory bersiap untuk pulang dan membereskan barang-barang mereka untuk mereka bawa liburan selama dua hari dua malam ini.
"Bella aku tunggu kau di rumah ku, right?" Bella menghentikan langkah kakinya yang akan memasuki mobil taksi, ia menolehkan kepalanya saat mendengar ucapan Ivory kemudian mengangguk.
"Ya aku akan ke sana lima belas menit sebelum kita berangkat berlibur."
"Bagus, aku tunggu kau di rumah ku."
"Ya baiklah, bye Ivory."
"Bye Bella." balas Ivory tepat setelah itu Bella pergi dengan taksi yang ditumpanginya sementara Ivory berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya setelah berada di dalam mobilnya Ivory segera mengaktifkan kendaraan itu dan tancap gas menuju ke rumahnya kembali.
Sesampainya di rumah, Ivory segera memasuki kamarnya dan menyiapkan barang-barang apa saja ya g akan ia bawa untuk di pakai di liburannya nanti bersama dengan Bella. Meskipun hanya dua hari dua malam, itu tak masalah bagi Ivory. Baginya itu bisa saja sebagai healing dari berbagai permasalahan kantor dan hidupnya yang terus saja datang tak ada habisnya.
***
Di dalam perjalanan tepatnya di dalam mobil Ivory, gadis itu meraih ponselnya dan mulai mencari tujuan wisata apa saja yang akan ia kunjungi dengan Bella nanti. "Jangan cari tempat, aku sudah dapatkan tempat yang istimewa untuk kita berdua," ujar Bella membuat Ivory menghentikan kegiatannya dan menatap sang sahabat.
"Kau dapat hotel? Dari mana?" tanya Ivory.
"Jadi aku punya saudara yang bekerja salah satu perusahaan perhotelan begitu, dan seharusnya ia yang ada di hotel yang akan kita tuju sekarang tapi sayangnya ia ada urusan dan tugasnya tidak bisa di kerjakan, sedangkan pihak kantor sudah membooking satu kamar hotel untuknya. Dan kebetulan tanggal bookingnya sama dengan haru cuti kits, dua hari dua malam, jadi aku membayar tiketnya dan itu diperbolehkan oleh pihak perusahannya. Jadi aku dan kau yang akan tempati kamar itu," terang Bella menceritakan mengapa ia bisa mendapatkan hotel itu.
"Memangnya nama hotelnya apa?" tanya Ivory sedikit penasaran dengan nama hotel yang dimaksud oleh Bella.
"Vixyrious Hotel," jawab Bella cepat.
"Apa?!"
"Kenapa?" tanya Bella seraya menolehkan kepalanya menatap Ivory yang saat ini terlihat menganga.
"V-vixyrious Hotel?"
"Yap."
"Astaga itu hotel yang sangat mewah dan pastinya sangat mahal."
"Of course oleh karena itu nanti kau juga harus bayar kita kumpulkan uang."
"Y-ys baiklah," lirih Ivory. Ia kira Bella akan menggratiskan hotelnya ternyata tidak.
"Apa? Kau pikir aku akan menggariskan ini? Tidak semudah itu Ferguso, kau pikir aku cari uang langsung dari daun? Aku perlu kerja 24/5 Ivory, jangan lupakan itu!"
Ivory mengangguk ia tak jadi memanyunkan bibirnya karena kesal, jadi ia hanya terdiam dan menatap Bella sebelum tersenyum manis. "Jadi agenda kita selanjutnya apa?" tanya Ivory.
"Mungkin setelah sampai di hotel pasti sudah malam, jadi kita akan berjalan-jalan ke sekeliling hotel dan mencoba fasilitas hotel esok paginya, dan jangan lakukan hal bodoh selama malam ini."
"Siap Boss!"
Akhirnya mereka pun sampai di hotel yang di maksud, sejak kedatangan mereka Ivory tak henti-hentinya mengagumi desain dan infrastruktur yang ada di dalam bangunan hotel megah di depannya. Ivory masih tak menyangka ia akan menginap di sini selama dua hari dua malam, astaga ini sangat menyenangkan! Setidaknya Ivory bisa merasa menjadi orang penting meski hanya dua hari dua malam dan sudah dipastikan setelah pulang cuti ia akan menjadi manusia miskin yang perlu dikasihani kembali. "Ayo masuk!" titah Bella diangguki oleh Ivory.
Mereka memasuki lobby hotel beriringan dan Bella segera menuju ke resepsionis sementara Ivory hanya diam masih setia mengagumi desain interior hotel megah yang saat ini tengah ia pijak. Tak lama Bella datang kembali dan meraih tangan Ivory. "Ayo kamar kita ada di lantai dua,"
"Oke," balas Ivory singkat ia tak tau harus bagaimana lagi menangapi ucapan Bella sebab pikiran dan hatinya merasa puas meski baru menatap interior dan desain hotel megah ini. Akhirnya mereka pun sampai di kamarnya, keduanya segera bersiap untuk tidur karena lelah yang mereka rasakan.
Esok paginya Ivory merasa bosan di kamar sementara Bella masih terlelap mungkin karena Bella kelelahan karena menyetir mobil. Akhirnya Ivory memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dan segera merias wajahnya natural. Perutnya rak bisa lagi diajak kompromi, Ivory merasakan perutnya kelaparan akhirnya ia keluar dari kamar hotel dan berjalan seraya meraih ponsel untuk mengecek beberapa pesan chat yang masuk ke aplikasi chatting miliknya tapi hal tak terduga terjadi karena di langkahnya yang ke empat.
Bugh!
Tubuh Ivory terjerembab ke lantai marmer yang dingin kemudian di susul dengan sentakan seseorang. "Kau!"
Ivory tak terima ia disentak akhirnya mendirikan tubuhnya dan menatap pria di depannya. "Hei jangan berani menyentak ku sialan! Kau sendiri yang berdiri tak tau malu di tengah lorong seperti ini! Kau pikir yang hidup di sini hanya kau saja, huh! Dasar tak ada otak!"
"Take her!"
Ivory terdiam memproses maksud dari ucapan pria di depannya. Bawa apa? Apa yang dibawa?
Tapi pikiran Ivory terhenti kala kedua tangan bodyguard kini terlilit di kedua lengannya yang kecil. "Hei apa-apaan kau!"
"Bawa dia dan siapkan!"
"Yes Sir."
"Hei pria sialan! Apa maksudmu?! Siapkan apa?!" sentak Ivory kebingungan.
Tapi pria itu justru tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Ivory kemudian berucap dengan sangat lembut dan nada rendahnya. "We will get married and prepare yourselves!"