3. IVORY HAZELTON

995 Kata
1. IVORY HAZELTON "Pagi dunia!!" Suara itu melengking terdengar hingga ke telinga tetangga rumah sang empu suara. Sambutan seperti ini selalu terdengar sejak kepindahan seorang gadis yang bernama Ivory Hazelton ke kota New York. Gadis itu pindah karena pekerjaannya saat ini ada di New York dan sebagai karyawan yang baik maka ia harus bisa mengikuti keadaan yang ada jadi, ia tak menolak saat disuruh pindah. Ivory segera membalikkan tubuhnya setelah ia membuka jendela dan menyapa dunianya yang begitu hangat dan berwarna, meskipun sampai detik ini Ivory masih melajang tapi baginya itu tak masalah, karena yang terpenting menurut dirinya adalah dimana ia bisa makan dengan baik dan disanalah kata cukup berada. Ditengah kebahagiaan Ivory di pagi hari, ponsel gadis itu berdering keras ia dengan cepat berjalan menuju ke pantry karena memang ponselnya tak sengaja tertinggal di sana. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Ivory segera menggeser ikon hijau saat membaca nama sang sahabat yang tertera di layar ponselnya. "Hai Bella sahabatku yang baik hati, bagaimana kabar mu?" sapa Ivory seraya membuat sarapan untuk dirinya sendiri. "Aku ada kabar baik untuk mu," ucap Bella tak membalas sapaan dari sahabatnya tersebut, karena setiap ia membalas sapaan Ivory maka disaat itu juga pembicara mereka tak akan sampai pada intinya dan pagi ini Bella harus membereskan pekerjaannya yang tertunda jadi singkatnya ia harus bicara pada Ivory secepat mungkin. "Kabar baik? Apa itu?" tanya Ivory meletakkan ponselnya dan menekan bahunya sedikit hingga ponsel itu terjepit antara kepala dan bahunya kemudian tangannya meraih s**u yang ada di lemari pendingin dan menuangkannya di dalam gelas yang sudah di siapkan. "Pengajuan cuti kita berdua-" "Apa bagaimana?!" tanya Ivory memotong ucapan Bella yang bahkan belum selesai bicara, Ivory terlalu bahagia saat membahas mengenai cuti. "Dengar dulu," ucap Bella dengan diiringi hembusan napasnya yang sedikit memberat. "Ya apa?" tanya Ivory kembali menutup penutup susunya dan mengembalikannya ke tempat semula yaitu lemari pendingin. "Pengajuan cuti kita di setujui tapi hanya dua hari dan dua malam, bagaimana?" Ivory mengangkat gelas susunya sementara tangan kanannya memegang ponsel kemudian dialihkan yang semula ada di telinga kanan menjadi telinga kiri. "Hanya dua hari dua malam?" "Ya itu sudah lebih dari cukup dan perusahaan tidak bisa memberikan waktu yang lebih luang lagi, jadi bagaimana apa kau setuju? Jika iya aku akan mengiyakan persyaratan mereka dan kita bisa berangkat sore ini," tutur Bella. Ivory menghentikan minumnya dan mengusap sisa s**u yang tersisa di sekitar bibirnya dan ia mengangguk. "Well, tak apa lah dua hari dua malam, setidaknya kita liburan." "Bagus, sekarang persiapkan dirimu untuk kembali bekerja dan mengurus berkas di kantor jam makan siang kita akan pulang untuk mempersiapkan keberangkatan cuti kita, kau tak perlu khawatir aku sudah atur semuanya agenda kita selama dua hari ini pasti akan sangat menyenangkan." "Oke, aku akan segera bersiap, kita bertemu di kantor ya Bella." "Tentu Ivory, bye." "Bye." Ivory memutus sambungan teleponnya dan ia segera melanjutkan sarapannya kemudian setelah semuanya selesai ia segera kembali ke dalam kamarnya yang minimalis, ia segera meraih berkas yang harus ia kerjakan hari ini untuk memperlancar urusan cutinya dengan Bella sore ini. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Ivory pun segera bersiap untuk berangkat bekerja tak lupa ia berkaca sejenak untuk memastikan ia sudah rapih dan siap bekerja dengan baik. "Kau cantik Ivory, jangan insecure tidak baik!" gumamnya penuh keyakinan bahwa ia bisa percaya diri. Jika dilihat dari wajah Ivory bisa dikatakan sangat cantik, tubuhnya langsing sangat cocok untuk menjadi salah satu model Victoria Secret, hanya satu kekurangan Ivory dan itu adalah sikapnya yang terlalu kegirangan hingga membuat beberapa orang yang memang tak terlalu suka bersosialisasi terganggu dengan adanya Ivory. Ivory adalah tipe orang yang bisa memulai topik pembicaraan terlebih dahulu, ia senang bicara dan menurutnya dengan bicara dan mengungkapkan semua yang dirasa maka perasaannya akan lega jadi ia tak akan memendam perasaan apapun pada orang lain, entah itu suka atau bahkan dendam sekalipun jadi itu adalah prinsip Ivory. Terkadang gadis berumur 24 tahun itu insecure dengan dirinya sendiri karena ia sering dijauhi oleh beberapa karyawan di kantornya yang ia sendiri tak tau apa alasannya, hanya Bella yang masih sudi menjadi sahabat Ivory satu-satunya. Ivory sangat bersyukur bisa mengenal Bella untuk saat ini Bella sudah lebih cukup baginya karena Bella adalah salah satu penunjang hidupnya. Karen, Ivory hanya tinggal bersama Momm-nya sejak kecil tanpa mengenal siapa Daddy-nya tapi seiring berjalannya waktu Ivory mengerti bahwa ia tak perlu memikirkan orang yang bahkan tak memikirkan kehadiran dirinya. Jadi Ivory hanya hidup bersama dengan Mommy-nya. Namun naas, Mommy Ivory sudah tiada satu tahun yang lalu karena sakit yang di deritanya dan Ivory juga tak akan bisa marah pada Tuhan yang telah mengambil satu-satunya keluarga yang ia miliki jadi Ivory hanya menyembunyikan semua sakitnya jauh di dalam lubuk hatinya dan ia hanya menampilkan keceriaan yang memang terlalu berlebihan tapi itu baginya cukup menghibur diri sendiri dari luka lama yang bisa saja terungkap seiring berjalannya waktu. Ivory segera meraih kunci mobilnya dan keluar dari rumah minimalis peninggalan dari sang Mommy, mobil Ivory bukanlah mobil mewah yang harganya puluhan bahkan ratusan juta, Ivory hanya mampu membeli mobil biasa yang sekiranya bisa membantu kegiatannya selama pulang pergi kantor dan urusan lainnya itu sudah lebih dari cukup bagi diri Ivory. Seperti saat ini, Ivory sempat menyapa beberapa anak tetangga Yangs Edang bermain di taman. "Hi, sedang apa?" tanya Ivory setelah menurunkan kaca mobilnya hingga makin jelas menatap ketiga anak tetangganya. "Kami sedang menunggu Mommy," balas salah satu dari ketiganya. "Jangan main terlalu jauh nanti ada beruang kutub yang menerkam kalian!" seru Ivory menakuti ketiga anak tetangganya dan mereka mengangguk patuh dengan ucapan Ivory. Ivory tersenyum tipis sebelum ia kembali menginjak pedal gas untum melaju menuju ke kantornya, bibirnya bergumam kemudian tersenyum. "Mana ada beruang kutub di daerah panas seperti New York," gumamnya mengingat ucapannya yang konYol perihal beruang kutub hanya untuk menakuti anak tetangganya yang tak mengerti apa itu beruang kutub. Bisa jadi jika nanti salah satu dari ketiga anak itu mengadu pada ibunya, Ivory sudah jelas akan di cap sebagai gadis pengumbar kesesatan pada anak kecil, damn it!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN