Aya duduk meringkuk seraya memeluk lututnya sendiri. Keadaan sekitar sudah sangat gelap. Ia kelaparan. Kedinginan dan juga ketakutan. Kerongkongannya sudah kering dan terasa sakit karena tidak henti-henti berteriak minta tolong. Tapi tidak ada seorang pun yang datang menolongnya. Ia masih terkurung di sana. Di dalam gedung tua nan gelap dan mengerikan. Menangis pun percuma. Tak akan menyelesaikan segalanya. Aya bahkan takut untuk sekedar membuka mata. Ia memejamkan matanya rapat-rapat. Berharap malam itu cepat berlalu. Yang ia khawatirkan saat ini tentu adalah sang bapak. Sajid pasti cemas karena ia belum pulang juga ke rumah. Aya mengembuskan napas kasar. Hingga beberapa saat kemudian. Ia mendengar suara langkah kaki yang terdengar ramai. Deg. Aya mendongakkan wajah. Ia mencoba me