“Dari mana saja kamu?” Suara Handoko yang terdengar berat langsung terdengar saat Alfian masuk ke dalam rumah. Alfian hanya menatap ayahnya itu sekilas dan kemudian lanjut melangkah. “Bagaimana dengan nilai-nilai kamu? Apa sudah ada kemajuan? Kamu harus ingat … jika semester depan nilai kamu tetap jelek, kamu akan pindah ke Australia,” kecam Handoko. Alfian mengembuskan napas panjang. “Satu lagi … apa kamu tidak bisa menghargai mama dan saudara kamu, ha?” Pertanyaan itu membuat Alfian tergelak. Ia berbalik menatap sang ayah dan menatap tajam. “Mama aku sudah nggak ada lagi di dunia ini! Sampai kapan pun dia bukan mama aku dan aku nggak pernah punya saudara!” Handoko mengembuskan napas gusar. “Apa kamu tidak bisa melihat ketulusan mereka?” Sunyi. Alfian hendak membantah lagi. Tapi