David mengantar Dilla ke kampus pagi ini. Wajah Dilla tak ada manis-manisnya sejak bangun subuh tadi. Wajahnya ditekuk, bibirnya sampai keriting saking manyunnya, matanya seperti ada apinya. David tidak berani banyak bicara, dia takut kemarahan Dilla makin besar nanti. Dilla membuka pintu mobil, lalu turun, ditutupnya pintu mobil dengan suara keras, membuat David, dan supirnya terjengkit kaget. Tanpa bicara sedikit pun pada David, Dilla melangkah memasuki kampusnya. "Jalan, Pak." "Ya, Tuan." David mengusap wajahnya pelan. Perjuangannya belum ada hasilnya. Dilla masih belum juga jatuh cinta padanya. 'Apa kau menyerah Dave? Tentu saja tidak, perjuangan baru dimulai, aku tidak akan menyerah.' Dilla bertemu dengan Syifa di pintu masuk kampus. "Lo yakin mau ke PH itu, Dill?" tanya Syifa.