KERBAU DICOCOK HIDUNG

1120 Kata
‘Aku harus mendapatkan dia,’ begitu niat Wati. Dia yakin bisa. “Pak ini ada tamu yang ingin bertemu,” lapor Wati pada Rusdi. Rusdi kaget ada Wati di depan meja kerjanya sedang dia tak mendengar ada yang mengetok pintu. “Diah dan Gilbert ke mana? Kenapa kamu bisa di lokasi kantor ketua yayasan?” tanya Rusdi. “Mereka sedang sibuk dengan calon orang tua yang untuk berangkat ke Bandung Pak,” kata Wati. “Siapa tamunya?” “Dari KANWIL, mereka sudah ada janji dengan Bapak,” jawab Wati. “Suruh masuk 15 menit lagi,” tegas Rusdi karena dia masih bingung mengapa sekretaris umum bisa menerima tamu di gedung ketua Yayasan. Sekretaris umum kan bekerja di bagian umum atau HRD bukan di bagian kantor ketua yayasan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Iya Pak,” jawab Mahmud manager HRD mendapat telepon dari Rusdi di telepon mejanya. “Saya lagi bingung ya sama kamu. Apa kerjamu sehingga sekretaris umum bisa menerima tamu di gedung ketua yayasan?” Rusdi marah dengan kecerobohan Mahmud. Mahmud jadi serba salah karena mendengar suara Rusdi yang sedikit marah. “Mengapa sekretaris bagian umum ada di Gedung sekretaris Yayasan? Apa kamu tidak mengajari dia dan menerangkan di mana lokasi wilayah kerjanya?” “Dia malah terima tamu di sini. Seharusnya kan dia ada di gedung kamu, jauh loh dari bagian umum atau HRD ke bagian sekretariat ketua Yayasan,” kata Rusdi lagi. “Loh kok bisa ya?” Mahmud malah bertanya bingung. “Ini dia mengantar tamu ke sini. Bukan soal tamunya tapi soal kinerja dia. Ngapain gitu dia menerima tamu yang bukan urusan dia. Lebih-lebih dia sampai tahu tamu tersebut sudah janjian dengan saya. Ini terlalu kelewatan ya kamu menangani anak baru,” baru kali ini Mahmud kena semprot Rusdi soal anak baru. “Iya Pak saya akan tanya bagaimana dia ada di sana,” jawab Mahmud dengan ketakutan. Rusdi bukan pemarah. Sehingga bila dia sudah marah itu tentu sangat keterlaluan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Bagaimana meja sekretaris depan bisa kosong dan kalian pergi berdua saat saya ada di ruangan?” kali ini Rusdi menegur Diah. “Gilbert ada di ruangan Pak,” jawab Diah yang terpaksa menghentikan pembicaraan dengan orang tua siswa karena mendapat panggilan telepon dari Rusdi. “Dia tidak ada. Dan sekretaris baru bagian umum malah menerima tamu buat saya. Dia bilang kalian berdua pergi urus orang tua siswa. Dan saya bingung apa kerjaan dia sehingga bisa ke lokasi gedung ini?” Kembali Rusdi mempertanyakan apa perlunya Wati ada di gedung sekretariat yayasan. “Konfirmasi ke Gilbert dan habis ini saya minta kalian berdua menghadap saya. Sekarang saya harus menerima tamu dari Kanwil yang memang sudah janjian,” Rusdi memutus pembicaraan dengan Diah. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Bagaimana bisa ya?” kata Mahmud kesal karena ditegur oleh Rusdi bukan karena kelakuannya langsung tapi karena kesalahan anak buahnya. Padahal saat perekrutan dia sudah memberitahu semua karyawan baru yang diterima soal di mana wilayah kerja juga job desk mereka masing-masing. Mahmud ingat tadi Rusdi bilang ini sudah kedua kalinya karyawan baru itu ada di gedungnya. Pertama dia mengantar berkas katanya disuruh Gilbert, dan sekarang menerima tamu! “Benar-benar aneh,” kata Mahmud. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Rusdi bicara cukup lama, tadi dia sudah memberitahu pantry khusus sekretariat untuk menyiapkan minum dan snack keperluan tamu, karena tak ada Gilbert dan Diah. Jadi terpaksa dia yang memesankan. “Enggak usah Teh,” saat itu office boy bingung Wati juga ikut membantu dirinya. “Enggak apa-apa, enggak apa-apa saya bantu,” kata Wati. “Sini saya yang menyerahkan ke depan,” tawar Wati pada office boy. “Jangan, nanti saya dimarahi,” elak sang office boy. “Enggak lah, memang tugasnya sekretaris kan seperti ini,” kata Wati. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Silakan Bapak, Ibu,” Wati menawarkan minuman yang dia bawa pada para tamu dengan lembutnya. “Terima kasih,” jawab bapak dan ibu dari KANWIL. “Permisi,” lalu dengan sopan Wati keluar ruangan. Sebelum keluar Wati memperlihatkan senyum penuh kemenangan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Gilbert, bisa jelaskan mengapa dua hari lalu kamu memberikan berkas untuk saya pada sekretaris bagian umum? Dia kan bukan harus ada di gedung ini? Apa kamu kurang asisten sehingga pakai anak bagian umum? Tenaga administrasi di sekretariat kan banyak?” Rusdi langsung mencecar Gilbert yang pertama menggunakan tenaga Wati untuk membantunya. “Saat itu saya sedang di ruang pak Mahmud membawa berkas seluruh peserta. Lalu saya terima telepon dari KANWIL tentang koordinasi keberangkatan peserta Pak.” “Saat itu pak Mahmud ada di depan saya. Saya tanya mana berkas yang buat Bapak secara langsung. Pak Mahmud menunjuk satu bundel. Saya belum bawa saya terima telepon dulu. Lalu dia bilang biar dia bantu saya. Saya tak sadar saat selesai telepon berkas sudah sampai ke tangan Bapak,” jawab Gilbert jujur. “Saat itu dia bilang disuruh kamu. Ada Diah sebagai saksi saat dia bicara seperti itu,” jawab Rusdi. “Wah saya tak berani menyuruh seseorang buat mengantar berkas ke Bapak. Apa selama ini saya pernah gegabah seperti itu?” tukas Gilbert. Diah dan Rusdi berpandangan. “Lalu ke mana kamu tadi saat Diah menerima para orang tua siswa? Harusnya kan kamu di sini menerima tamu dan mengurus terima telepon. Ini malah orang bagian umum yang menerima tamu bahkan menghidangkan minuman. Saya sudah tegur bagian pantry dia bilang perempuan itu memaksa mengantarkan minum bagi tamu,” Diah dan Gilbert tak percaya kalau masalah akan seperti ini. “Tadi saya dan Diah sudah berbagi tugas Pak. Saya di sini Diah yang menghandle tamu. Lalu Wati bilang saya dipanggil kepala SMK karena ada orang tua siswa yang mau berangkat tapi keberatan bila putrinya berangkat dengan rombongan. Orang tua itu ingin putrinya menginap di hotel sendiri dengan keluarga dan semua keberangkatan juga tidak bareng rombongan. Dan bodohnya saya langsung meluncur ke SMK tanpa crosscheck.” “Ternyata kepala SMK tak memanggil saya, dia memang bilang akan bertanya pada saya sebagai penanggung jawab kontingen. Tapi kemudian saya memang bicara cukup lama dengan orang tua siswa tersebut sampai dia luluh dan mengizinkan putrinya bersama rombongan sejak pembukaan hingga penutupan.” “Ini peringatan bagi kalian berdua ya. Saya tak ingin ada siapa pun mencampuri pekerjaan kalian. Atau kalian silakan minta pada pak Mahmud untuk di mutasi atau kalian serahkan surat pengunduran diri,” Rusdi tegas memerintah agar kedua sekretarisnya benar-benar bekerja dengan job desk yang benar. “Kamu bukan satu atau dua hari kan kerja di sini? Bagaimana bisa kepala SMK memanggil kamu? Biar bagaimana pun jabatan kalian lebih tinggi dari kepala SMK. Kecuali orang bagian umum. Mereka satu level atau kalau dengan kepala sekolah ya malah dibawahnya. Itu soal jabatan, bukan personal.” Gilbert diam. Dia juga tak mengerti bagaimana dia bisa seperti kerbau dicocok hidung langsung kabur ketika mendengar kepala SMK memanggilnya untuk segera datang keruangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN