Nagita Wangi Kuncoro asli Cirebon sedang berkumpul di kampus. Selain sedang diskusi materi tugas kelompok tentu sambil ngemil berat.
"Kesiniin saos sambalnya, aku mau tambah. Kurang pedas siomayku," ucap Kusrini atau Rini teman Gita di kampusnya.
"Kamu kebiasaan, makan sambal pakai siomay bukan makan siomay dengan sambal," Gita mendorong botol saos sambal kearah Rini.
"Awas kena buku. Bisa bahaya," ujar Jafar teman diskusi mereka kali ini.
Satu group dengan para betina ini bikin Jafar paling macho tapi membuat dia gemuk karena setiap berkumpul selalu saja berteman makanan.
"Eh pejantan. Kamu sejak tadi kenapa enggak makan siomay mu? Kalau enggak doyan bilang, biar aku habiskan," protes Kumala yang oleh teman satu group dipanggil c*m-c*m karena tubuhnya paling gemuk. Padahal dia biasa dipanggil Mala.
"c*m-c*m, betina gendut. Apa enggak cukup kamu sudah makan dua porsi?" Tanya Rini.
"Aku banyak keluar energi untuk berpikir. Wajar kalau aku makan banyak," c*m-c*m paling jago nge-les.
Usia Gita saat ini 24 tahun. Dia sedang ambil S2 di kota Bandung.
Gita sudah punya seorang calon suami yang bernama Rusdi Pratama Habsyi. Usia mereka terpaut tiga tahun. Saat ini Rusdi berusia 27 tahun dan sudah bekerja sebagai pemilik yayasan sekolah di kota Cirebon.
Gita dan Rusdi dulu satu kampus saat S1 di Jakarta.
Gita mahasiswi baru dan Rusdi senior yang hampir lulus.
Rusdi melanjutkan S2 di UGM Jogja dan Gita tetap di Jakarta.
Mereka terbiasa LDR dan tak pernah ada kendala.
Kekuatan cinta mereka bisa menepis jarak dan waktu.
Bila ada waktu libur dari Jogja Rusdi akan ke Jakarta menengok pujaan hati.
Berlanjut sekarang saat Gita kuliah S2 di Bandung, Rusdi juga akan on the way ke Bandung dari Cirebon bila week end.
Rusdi memang serius pada Gita. Cintanya tak tergoyahkan.
Meskipun mereka harus LDR Karena beda kota Gita sama Rusdi ini tetap langgeng bahkan hubungan pacaran mereka ini sudah berjalan selama 5 tahun lamanya
≈≈≈≈≈≈≈≈
"Pak, ini data pegawai baru yang sudah lolos seleksi dan siap terjun kelapangan mulai hari Senin depan," lapor manager HRD yayasan yang Rusdi pimpin. Yayasan KUSUMA BANGSA ini bergerak di dunia pendidikan. Memiliki sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, SMK dan kursus bahasa inggris serta BIMBEL atau bimbingan belajar.
"Silakan saja dikelola. Kalau sudah Anda ACC buat apa hal begitu lapor personal ke saya?" Jawab Rusdi.
"Tapi kan ada beberapa yang akan ditempatkan di kantor yayasan Pak. Dan satu diantaranya akan jadi sekretaris tambahan untuk Bapak." Jawab manager HRD
"Ya Anda aturlah. Soal sekretaris sebenarnya saya tak perlu tambahan. Walau bu Puji resign karena ikut suami pindah keluar Jawa. Kan masih ada dua sekretaris saya yaitu mbak Diah dan pak Gilbert. Sebenarnya dua itu sudah cukup buat saya," balas Rusdi.
"Lalu penempatan calon sekretaris ini bagaimana Pak?”
"Taruh saja di sekretaris umum. Bukan khusus bantu saya. Jangan posisikan dia menjadi pengganti bu Puji. Terlalu cepat kalau kita enggak tahu kemampuannya.
"Pengganti bu Puji, mbak Diah saja."
"Baik Pak," sahut Mahmud, sang manager HRD.
≈≈≈≈≈≈≈≈
"Bagaimana persiapanmu?"
"Lancar Jaya kayak bus," jawab Gita menyebut sebuah PO bus antar kota.
"Ha ha, kamu emang paling bisa ya Cinta," balas Rusdi.
"Harusnya A'a pas mau akhir semester gini enggak perlu ke sini lah. Aku juga sibuk ama tugas kampus. A'a juga sibuk di yayasan. Aku enggak apa-apa koq A'a enggak datang asal terus ngabarin," Gita menyarankan Rusdi agar tak selalu datang.
Di Bandung Rusdi kost satu kamar khusus untuk dia tidur tiap week end.
Rusdi memang datang di hari Jumat sore atau malam. Hari Sabtu dan Minggu akan mereka gunakan untuk bersama dan hari Minggu malam atau hari Senin sehabis salat Subuh dia akan kembali ke Cirebon.
≈≈≈≈≈≈≈≈
"Selamat siang Pak. Ini undangan dari Kanwil untuk meeting penetapan yayasan yang akan dikirim tingkat provinsi."
"Sesuai rapat beberapa kali sebelumnya, kemungkinan yayasan kita menjadi salah satu peserta yang akan dikirim," Diah melaporkan pada Rusdi saat menjelang makan siang.
Rusdi baru tiba di kantor jam 10.00. Tadi sengaja dia sarapan dulu dengan kekasih hatinya.
"Kapan pelaksanaan meeting? Dan kegiatan di tingkat provinsi kapan serta berapa hari?" tanpa melihat Diah, Rusdi menjawab sambil memperhatikan program kerja di laptopnya.
"Meeting hari Kamis di kantor Dikbud mulai jam 10.00 Pak."
"Menurut rundown acara akan selesai jam 16.00.
"Acara di Bandung bulan depan tanggal 7-9."
“Kegiatan tanggal 7 dimulai sejak salat Subuh bersama, artinya peserta harus sudah di lokasi sejak satu hari sebelumnya."
"Penutupan acara saat api unggun tanggal 9 jam 00. Artinya peserta baru bisa pulang tanggal 10."
Diah merinci seperti itu karena akan berkaitan dengan jadwal surat izin bagi orang tua peserta didik.
"Ok. Siswa terpilih cepat kamu berikan surat izin juga arahkan ke rencana kegiatan yang akan kita tampilkan."
"Pendamping siswa jangan lupa kamu siapkan semua akomodasinya."
"Dari yayasan kamu atau Gilbert yang berangkat kalian rundingkan."
"Kosongkan jadwal saya full satu minggu itu karena pas kebetulan kegiatan di Bandung sekalian saya stay di sana saja biar puas dekat tunangan saya."
"Baik Pak." Jawab Diah sambil menulis semua yang Rusdi perintahkan.
"Jadi …," belum selesai Diah bicara terdengar suara ketukan.
"Masuk," jawab Rusdi.
"Maaf Pak, saya mau menyerahkan file dari pak Gilbert," seorang gadis yang baru sekali Rusdi lihat masuk dan langsung bicara.
"Dia siapa?" Tanya Rusdi pada Diah.
"Saya Listiowati Dewi Pak. Saya pegawai baru," jawab gadis itu.
"Saya tanya ke Diah kan?" Jawab Rusdi.
Dia memang seperti itu. Tegas dan dingin pada karyawannya. Terlebih ini karyawan baru koq berani langsung menjawab hal yang Rusdi tanya pada orang lain.
"Maaf Pak."
"Dia yang rekrut-an baru Pak. Masuk bagian sekretaris umum."
"Kemarin saya sudah bilang pada pak Mahmud tak perlu ada tambahan tenaga buat saya. Cukup kamu dan Gilbert saja."
"Jadi kalian berdua bisa saling sharing tugas lah. Saya yakin tak perlu tambah personil baru buat kita," ucap Rusdi sambil terus menatap layar monitor.
"Kamu masih ada perlu apa? Bukannya hanya memberikan berkas lalu selesaikan?"
"Diah, lanjutkan yang tadi."
"Eh maaf. Saya permisi Pak," Listiowati Dewi pun pamit.
'Ternyata ketua yayasan masih muda dan ganteng banget. Muda, ganteng dan pastinya kaya. Cowoq idaman,' batin Wati.