BERSIAP BERANGKAT KE BANDUNG

891 Kata
“Eh tunggu, A’a berangkatnya kapan?” tanya Gita. “Acara untuk administrasi dan orang yayasan di mulai hari Senin pagi di hotel,” jawab Rusdi. “Kayanya aku berangkat dari hari Jumat sebelumnya,” lanjut Rusdi. “Ih lama banget,” jawab Gita. ”Ya kan biasa kalau hari Sabtu dan hari Minggu acara kita. Hari Senin dan hari Selasa itu aku sudah harus meeting di hotel Rabu mungkin persiapan untuk kontingen yang datang karena kontingen itu datang hari Rabu malam.” “Diah berangkat hari Senin pagi habis subuh, karena dia dan aku meeting di hotel jam 9, hari Senin.” “Oh Diah juga ikut,” tanya Gita. “Diah ikut, dia mendampingi aku meeting sesama pengurus yayasan atau kepala sekolah, sedang Gilbert adalah ketua kontingen yang mengepalai semua siswa dan orang tua siswa jadi Gilbert di sana tidak bisa bantu aku,” jawab Rusdi. “Diah juga yang akan pakai hotel jatah aku dari panitia, jadi enggak pakai biaya yayasan. Lumayan ditanggung tiga hari yaitu hari Senin sampai Rabu,” jelas Rusdi selanjutnya. “Kirain A’a menginap di hotel,” Gita tak menyangka Rusdi tetap menginap di kamar kost nya sendiri daripada di hotel jatah panitia. “Kalau A’a menginap hotel, hari Kamis sampai hari Minggu tetap kembali ke kamar kost kan? Ngapain juga? Mending dari awal di kamar kost saja,” kilah Rusdi. “Kita jadikan hari Sabtu pagi ke tempat brokat?” “Insya Allah jadi. Karena Amah juga sudah pesan warna dan jenis. Nanti kita dari sana video call mana yang Amah inginkan buat orang tuamu dan orang tuaku dan juga buat semua saudara yang dari kamu dan dari aku,” kata Rusdi selanjutnya. Memang AMAH panggilan Rusdi pada ibu atau mamanya, sudah memberikan daftar belanjaan berapa jumlah tiap jenis dan warna sesuai kebutuhan untuk acara pernikahan Rusdi dan Gita nanti. “Ya sudah, met rehat ya, aku tunggu lusa, Assalamualaikum,” kata Gita. “Wa’alaykum salam,” jawab Rusdi. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Rusdi mempersiapkan koper untuk berangkat ke Bandung besok sore. Biasanya kalau hanya untuk bertemu dengan Gita dia tak perlu mempersiapkan baju karena di kamar kostnya sudah ada baju, lalu nanti baju kotor akan dia taruh di laundry depan kamar kost sehingga tak pernah bawa pulang lagi baju kotor ke Cirebon. Tapi untuk kunjungan kali ini ke Bandung dia harus bawa koper karena memerlukan baju resmi untuk pertemuan di hotel. Dan karena lama dia juga memerlukan beberapa keperluan pribadi tambahan di luar barang pribadi yang ada di kamar kost miliknya di Bandung sana. “Apalagi ya yang kurang?” kata Rusdi, dia masih mikir apa yang harus dia bawa lagi. “Bawa buku perlu enggak ya? Kan lama di Bandung. Ah enggak mungkinlah aku di Bandung bisa baca. Begitu ada waktu pasti aku kabur ke tempatnya Gita,” lanjut Rusdi sambil tersenyum sendiri. “Iya kenapa Diah?” tanya Rusdi yang sedang bersiap. Baru saja dia selesai ngobrol dengan Gita kekasih hatinya, Rusdi mendapat telepon dari sekretarisnya. “Saya berangkatnya hari Senin pagi habis subuh kan?” tanya Diah memastikan. “Terserah kamu bagaimana janjianmu dengan sopir. Kalau berangkat hari Minggu siang, sore atau malam berarti kan kalian harus tambah sewa hotelnya. Hotel dari panitia buat saya kan baru bisa hari Senin pagi,” jawab Rusdi. Sekarang baru hari Kamis dan Rusdi memang akan berangkat hari Jumat karena hari Sabtu dan hari minggu dia akan sibuk dengan Gita mencari bahan persiapan pernikahan mereka. “Iya sih Pak, saya jadwalnya dari hari Senin pagi,” jawab Diah. “Enggak apa-apa kalau kamu mau berangkat hari Minggu dan kalian cari hotel saja satu malam,” usul Rusdi. “Saya koordinasikan dengan driver deh Pak. Dia bisanya kapan,” balas Diah. Kan barang masih bisa di dalam mobil saja “Bapak jadinya berangkat kapan?” tanya Diah. “Seperti rencana semula. Saya berangkat besok habis dari yayasan langsung ke Bandung,” kata Rusdi. “Saya kan enggak butuh kamar hotel, mau satu bulan juga di sana nggak apa-apa. Wong ada kamar kost saya kok,” jawab Rusdi lagi. “Ya sudah saya sedang berkemas,” Rusdi memberi kode memutuskan pembicaraan. Rusdi melihat barang yang sudah dia masukkan ke koper dan list barang yang harus dibawa di ponselnya. ”Iya Pak, maaf mengganggu selamat malam.” Itu percakapan Diah dan Rusdi mereka memang bicara hanya seperlunya kalau ditelepon tak pernah ada canda atau attensi berlebih seperti yang Wati lakukan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ ‘Sepertinya aku dibatasi ruang gerak nya. Aku enggak bisa lagi ke gedung sekretariat. Tapi kan katanya semua juga enggak boleh,’ pikir Wati. Wati sudah bertanya pada beberapa rekannya jawaban rekannya sama, bahwa memang area sekretariat clear buat orang luar maksudnya buat pegawai dari gedung atau di divisi lain. ‘Yang penting aku masih bisa kirim pesan lah,’ pikir Wati sambil memandangi gedung sekretariat yayasan dari jendela ruang kerjanya. ‘Bagaimana hari Bapak kemarin?’ tulis Wati di pesan pagi ini. ‘Semoga menyenangkan. Pagi ini saya doakan Bapak selalu bisa tersenyum sehingga membuat hari saya juga cerah melihat senyum Bapak,’ kirim Wati tadi pagi. ‘Jangan telat makan ya Pak dan banyak makan serat biar selalu sehat. Semua karyawan selalu mendambakan Bapak sehat terlebih-lebih saya,’ kirim Wati siang ini. Tentu saja itu membuat Rusdi tambah kesal, tapi masih dia tidak gubris. Biarin saja lah maunya orang itu apa yang penting tidak mendekatinya atau mengganggu kerjanya seperti biasa. ≈≈≈≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN