ATTENSI BERLEBIH

944 Kata
“Kalian lihat, ini baru saja masuk. Apa urusan dia mengirim pesan seperti ini ke pimpinannya?” Rusdi memperlihatkan pesan attensi yang tak wajar dikirim seorang pegawai baru pada pimpinannya. Pesan itu baru saja masuk dan langsung Rusdi memperlihatkan kepada Diah dan Gilbert dan Pak Mahmud. “Blokir saja sih Pak biar enggak ganggu,” usul Gilbert. “Saya juga lagi pikir begitu. Besok di Bandung deh. Saya akan bilang ke Gita semuanya, saya takut akan ada rumors bikin Gita marah. Padahal kalian tahu selama ini hubungan kami sangat hangat.” Diah dan Gilbert berteman baik dengan calon nyonya pemimpin yayasan. Sejak dua tahun lalu petinggi yayasan kenal Gita, setelah kedua orang tua Rusdi membawa calon menantunya di acara resmi yayasan. “Justru sebelum terjadi rumors harus di blokir Pak,” kata Mahmud. “Aneh juga ya ngapain sih memberi atensi seperti itu,” lanjut Mahmud lagi. “Rasanya memang harus bikin dia dipecat deh,” kata Diah. “Ini memang kayanya menjurus ke hal yang enggak benar,” Gilbert juga memberi komentar. “Jangan dulu lah, kita lihat bagaimana kinerjanya dan apa dia bisa kita arahkan dengan baik-baik,” ujar Rusdi berusaha sabar. “Kinerjanya sih standar saja Pak. Hanya dia sering mengerjakan tugas lebih cepat dari yang lain. Tapi untuk kualitasnya ya standar,” jelas Mahmud. “Oh begitu, ya sudah lihat saja. Kalau peringatan ini belum juga digubris baru nanti dipecat. Saya tidak nyaman dengan pesan-pesan seperti ini, karena ini bukan pesan seorang karyawan kepada pimpinan. Ini seperti atensi terhadap orang yang dia suka,” kata Rusdi. “Saya bukan anak kecil. Saya tahu soal-soal seperti ini,” jelas Rusdi lagi. “Iya benar Pak. Saya saja enggak pernah kasih perhatian seperti itu kepada tunangan saya, paling saya langsung telepon,” jelas Diah. “Apa itu berkaitan dengan perkataannya ke Pak Mahmud bahwa dia calon istri Bapak?” duga Gilbert. “Haalu,” jawab Diah. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Setelah itu pembicaraan bubar, Pak Mahmud benar-benar menugaskan kepada semua satpam harus memperhatikan keberadaan Wati. “Kalian ingat ya, ini perintah langsung Pak Rusdi. Wanita ini tak boleh berada di dekat Pak Rusdi juga tak boleh masuk area gedung sekretariat juga parkiran gedung sekretariat.” Pak Mahmud memperlihatkan foto diri Wati agar satpam jelas siapa orang yang dimaksud. “Pak Rusdi bilang kalau perempuan itu terlihat ada di ruang sekretariat maka SEMUA satpam akan diganti. Pak Rusdi tak ingin kalian saling menyalahkan. Maka lebih baik kalian bekerja sama dan tak saling lempar tanggung jawab,” jelas saja semua satpam tak mau dikeluarkan dan harus ter tatih mencari pekerjaan baru. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Saya pegawai di sini, kenapa enggak boleh masuk ke gedung sekretariat?” tanya Wati ngotot sambil memperlihatkan kalung name tag pegawai, saat satpam mencegahnya memasuki gedung sekretariat. “Iya peraturannya baru. Tak ada pegawai bagian lain bisa masuk. Sekarang gedung Sekretariat ini clear buat semua pegawai selain pegawai sekretariat Mbak. Itu peraturan baru kemarin sore, siapa pun enggak boleh masuk ke lokasi ini tanpa izin dari Bu Diah atau Pak Gilbert,” kata satpam tegas. “Saya mau fotokopi,” jawab Wati. “Mbak bagian apa?” kata satpam pura-pura tidak tahu. “Saya pegawai baru di bagian umum,” balas Wati dengan percaya diri. “Bagian umum, punya tiga mesin fotocopy di lantai bawah Mbak. Kenapa harus fotokopi ke gedung Sekretariat? Fotocopy gedung Sekretariat itu tak boleh digunakan oleh bagian lain,” jawab satpam. “Fotocoy di bagian umum itu ngantri. Saya butuh cepat-cepat,” jawab Wati beralibi. “Kalau butuh cepet, bukan keluar gedung Mbak. Tungguin sebentar juga nanti akan gantian. Atau Mbak bilang berkas saya diminta cepat jadi saya nyela sebentar saja. Itu lebih cepat daripada Mbak ke gedung lain,” kata satpam. “Atau Mbak bisa fotokopi di sekolah misalnya di SMK, di SMA, di SMP atau di SD, karena kalau TK enggak punya mesin fotokopi,” jelas satpam lagi. “Tapi saya mau masuk ke sekretariat saja,” jawab Wati sambil terus ngotot. “Tidak boleh Mbak. Itu sudah peraturan. Tidak boleh ada orang di luar sekretariat yang masuk ke gedung itu atau ke parkiran gedung itu,” kata satpam tegas. Wati bersungut dia langsung pergi meninggalkan pintu masuk area gedung Sekretariat. ‘Aku akan bisa masuk ke sana bagaimana pun caranya,’ kata Wati dalam hatinya. ‘Kalian coba tahan kalau ada tamu yang pura-pura bertanya dan ingin masuk gedung sekretariat, dampingi terus hingga masuk ruangan Pak Gilbert atau bu Diah dan tunggu hingga dia keluar gedung. Takutnya dia menyamar sebagai tamu,’ kata Mahmud pada para satpam di chat group. ‘Oh iya juga ya Pak, kayanya dia seperti itu,’ jawab satpam yang tadi sudah mengusir Wati di area sekretariat. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “A’a jadi ke Bandung?” tanya Gita malam ini. Mereka memang selalu berkomunikasi lewat telepon atau video call malam hari. Siang mereka tak saling ganggu bila tak ada yang urgent. Mereka tak saling sapa tanya sudah makan belum atau jangan telat makan dan hal lain seperti pasangan pacaran pada umumnya. “Jadilah. Kontingen yayasan aku tiga hari di Bandung, kegiatan kontingen sejak hari Kamis hingga hari Sabtu. Tapi aku satu minggu di sana soalnya biar lebih lama dengan tunangan ku,” jawab Rusdi. “Wow hebat yang punya tunangan di Bandung,” kata Gita menggoda Rusdi. “Iya dong malah sebentar lagi kami akan menikah,” jawab Rusdi. “Aku diundang enggak,” tanya Gita selanjutnya. “Kamu enggak bakal aku undang, karena kamu adalah pengantinku,” jawab Rusdi. Rusdi tak mau asal bicara nanti bisa kejadian, maka dia mengatakan yang sebenarnya. “Kita kan pengantinnya,” lanjut Rusdi. Gita hanya tertawa. “A’a Ya sudah yuk kita istirahat,” Gita ingin menyudahi pembicaraan mereka malam ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN