ATAS NAMA AMAH

921 Kata
Rusdi terperangah mendengar pertanyaan Ibu Gita, yang mengatakan apa yang dia inginkan. “Saya ingin Gita tahu, kalau saya enggak pernah berbuat yang tidak benar dengan Wati. Tidak pernah sekali pun saya menyentuh tubuh Wati. Bersalaman saja saya tidak pernah Bu.” Rusdi mengemukakan fakta yang memang apa adanya. “Ibu sulit bicara, tapi kalau kamu mau, kamu bisa berkata pada Gita di depan Amah dan Apa’ atau di depan saksi lainnya. Kamu bicaralah pada Gita dengan saksinya Amah dan kamu bersumpah atas nama Amah, bahwa kamu tidak pernah melakukan semua yang dituduhkan seperti berita yang sekarang tersiar di luaran.” “Risikonya kalau kamu berbohong Amahmu yang akan jadi korban hatinya, karena sumpah atas nama Ibu itu sangat berat konsekwensinya.” “Aku enggak pernah melakukannya dan aku berani bersumpah atas nama Amah,” kata Rudi yakin. “Tapi kamu minta izin dulu ke Amah. Jangan sembarangan karena Amah nanti terluka,” tutur Ibu. “Sumpah di depan Amah, atas nama Amah itu tidak main-main,” kata Ibu lagi. “Baik Ibu. Terima kasih atas sarannya, aku akan menjalankan. Aku akan bicara dulu empat mata dengan Amah dan Apa’ agar jalan rumah tangga aku lurus dan berjalan mulus lagi seperti biasa,” tekad Rusdi. Dia sangat berharap rumah tangganya bisa kembali normal. “Sebaiknya kamu cepat pindah saja karena semua orang yang dari Indramayu sudah tahu rumahmu di situ. Mungkin kalau rumah baru mereka enggak akan mencari kamu ke situ,” saran ibunya Gita selanjutnya. “Iya Ibu, rumah kami memang sudah siap. Rencananya memang minggu depan kami akan pindah. Tapi kalau kondisinya seperti ini, aku juga tidak yakin Gita mau hidup hanya berdua dalam satu rumah dengan aku saja,” keluh Rusdi. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Amah, A’a mau bicara,” papar Rusdi pada ibunya siang ini. “Aya naon?” Ada apa tanya Amahnya Rusdi siang ini. Rusdi sengaja pulang di siang hari naik ojek online untuk bicara dengan mamanya. “Aku kemarin sudah bertemu dengan Ibu, aku bertanya bagaimana meredakan amarah dihatinya Gita. Ibu menyarankan aku bicara pada Gita dengan mengatas namakan Amah dalam artian aku bersumpah bahwa aku tak pernah sama sekali menyentuh Wati dengan nama Amah.” “Ibu bilang, kalau aku berbohong tentu Amah kecewa dan aku yakin aku tak pernah bohong. Aku sadar aku tak pernah menyentuh Wati sama sekali. Tapi Diah saja sudah tak bisa meredam gosip di luaran tentang Wati yang sudah tidur denganku, sehingga Diah tak bisa membantu A’a membujuk Gita,” jelas Rusdi. “Semua masyarakat yang tahu menuduh aku sudah tidur dengan Wati karena kejadian yang terlihat seperti itu. Tapi aku berani bersumpah aku tak melakukan apa pun. Aku bahkan belum pernah berjabat tangan dengannya Mah,” Rusdi sangat putus asa. “Menurut Amah bagaimana saran Ibu itu?” tanya Rusdi. “Amah tidak keberatan bila memang itu jalan satu-satunya membuat Gita memaafkan kamu. Dengan satu syarat itu adalah kebenaran seperti Ibu bilang, kalau kamu berbohong kamu yang akan celaka,” kata Amah. “Iya Amah, Insya Allah aku tidak pernah berbohong dalam hal ini. Tidak pernah satu kali pun aku menyentuh perempuan lain kecuali istriku. jangankan menidurinya menyentuh tangannya saja aku enggak pernah. Aku enggak pernah berjabat tangan sama Wati,” kata Rusdi lagi. “Dan rencananya kalau Gita sudah memaafkan aku, kami akan pindah ke rumah baru agar tidak dilacak keberadaan kami di rumah ini lagi,” kata Rusdi. “Ya silakan saja kalian melakukan hal itu,” kata Amah. Dia hanya berharap yang terbaik bagi anak-anaknya. “Ya sudah Amah, aku pamit dulu. Aku tadi kabur saat Gita dan Diah keluar makan siang,” pamit Rusdi. “Hati-hati,” jawab Amah. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Sesuai dengan skenario Ibu dan Amah. Sehabis makan malam Rusdi mulai akan menggelar pembicaraan. “Yank, mumpung masih di depan Amah,” kata Rusdi di meja makan. “Aku akan mengatakan kejujuran atas nama kesuciannya Amah. Aku bersumpah, Aku tidak pernah menyentuh Wati apalagi sampai meniduri Wati. Bahkan menyentuh pun aku belum pernah,” kata Rusdi. “Kalau aku berbohong, biarlah aku dikutuk Amah, biarlah aku dihujat Amah karena aku bersumpah atas nama Amah,” lanjut Rusdi lagi. Saat itu ada Diah dan Ambu juga Apa’ yang makan bersama. Sengaja mereka diundang oleh Rusdi secara diam-diam. Gita tak bisa menyepelekan sumpah yang di sebutkan atas nama seorang Ibu. Gita meneteskan air mata tak percaya kalau Rusdi berani bersumpah seperti itu. Artinya Rusdi memang benar-benar tak pernah melakukan yang seperti dituduhkan padanya. “Aku bisa bilang memaafkan di luar, tapi hatiku belum 100% memaafkan.” Gita jujur mengatakan semua yang dia rasa. Walau di depan keluarga suaminya sekali pun Gita tak takut mengatakan kebenaran isi hatinya. Dia jujur menyuarakan isi hatinya. “Jadi maafkan aku kalau kepercayaan ku belum pulih walau pun demi Amah. Aku tahu semua itu benar, tapi sakit yang aku rasakan saat dijadikan keset oleh seorang suami yang lebih mementingkan orang lain itu tak bisa dihapus dengan kata sumpah mu,” jelas kata-kata Gita ini menohok Rusdi dan semua yang mendengar. “Aku mengerti hal,” jawab Rusdi dengan penuh penyesalan. Istrinya terluka. “Memang aku tak pernah melakukan apa pun, kami bahkan tak pernah bersalaman untuk berkenalan. Tidak pernah sama sekali. Aku enggak pernah kenalan jabat tangan sama dia. Saat pertama kali dia datang ada Diah. Aku tanya sama Diah, dia yang jawab,” kata Rusdi. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Akhirnya ke simpang siuran berakhir, sikap Gita kembali normal. Satu minggu kemudian mereka pindah ke rumah yang memang mereka bangun sejak lama. Lima hari dari kepindahan ke rumah baru, mulailah bencana yang tak diduga datang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN