SEKARANG KAMU MAU APA?

899 Kata
“Harus bagaimana aku membuat kamu percaya kalau aku tuh enggak ngapa-ngapain dia?” kata Rusdi. “Aku enggak mengerti apa yang harus kamu lakukan. Tapi sepertinya aku tidak kuat bila harus bersaing dengan Wati. Karena buat kamu Wati adalah segalanya.” “Apa pun kalau soal Wati kamu rasanya mau membela dia. Tak pernah itu kamu lakukan untukku,” kata Gita. Gita lalu masuk ke kamarnya meninggalkan Rusdi, Amah dan Apa’ di ruang makan. Dia tak jadi sarapan. “Amah juga enggak mengerti mengapa kamu bisa seperti itu pada Wati, perempuan yang baru datang pada hidupmu dan kamu bela dia mati-matian,” kata Amah. “Diah dengar sendiri banyak karyawan mencibir kamu yang langsung terpikat Wati. Mereka bilang bertahun-tahun meneduh di lobby enggak pernah kamu tanya apalagi diajak antar. Padahal mereka mendengar Wati sudah menolak karena takut merepotkan kamu, tapi kamu maksa dia ikut mobilmu. Kalau sudah seperti itu, Diah mau bantah bagaimana?” “Amah dan Apa’ kan tahu aku bela Wati mati-matian bukan kemauanku Amah. Aku tak mau juga kok ke dia,” bantah Rusdi. “Kalau awal rumah tanggamu sudah seperti ini hendak bagaimana lagi kalian nantinya. Terlebih barusan Gita sudah bilang dia tidak mau bersaing dengan Wati. Bukankah sejak bibiknya Wati datang Gita sudah bilang dia tidak mau dengar apa pun tentang Wati, tetapi kamu selalu saja memikirkan dia?” “Lalu Amah dan Apa’ harus bagaimana? Membela kamu itu tidak mungkin, karena kamu yang bersalah. Kasihan anak orang dia sekarang sudah jadi anaknya Apa’ dan Amah setelah kalian resmi menikah. Kami tidak mau anak kami akan diperlakukan buruk oleh suaminya,” kata Apa’ dengan tegas. Apa’ tidak mau menyakiti hati orang lain yang sudah dia angkat menjadi anak dengan pernikahan. Biar bagaimana pun menantu adalah anak juga. Rusdi tak punya harapan lagi untuk membuat Gita tidak marah. Dia bingung harus bagaimana menghadapi Wati dan semua orang di sekitar Wati yang membuat pernikahannya yang baru dimulai, sudah mulai retak-retak, sudah mulai hancur berantakan. Rusdi berharap pernikahannya tak ada gangguan seperti ini, dia akan mencoba meminta tolong Ambu dan Diah agar mau membujuk Gita. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Ambu enggak bisa bantu kalau seperti itu karena Diah sudah cerita di kantor yayasan itu semua juga bilang kamu aneh. Bertahun-tahun kamu jadi ketua yayasan enggak pernah peduli sama orang meneduh di lobi kantormu. Begitu Wati berteduh kamu menegur dia. Kamu tawari dia pulang bareng walau pun Wati-nya sudah menolak dan itu banyak saksi mata,” kata Ambu. “Tapi Ambu ‘kan tahu, enggak seperti itu kenyataannya,” bantah Rusdi. “Mau seperti apa pun kamu membantah, kenyataan di mata orang-orang seperti itu. Lalu Ambu harus berbuat apa?” “Kamu maunya Ambu harus teriak-teriak : Woi orang-orang, Rusdi enggak seperti itu, kejadiannya bukan seperti yang Anda lihat, begitu?” tanya Ambu. “Aku sudah dengar sendiri rata-rata mereka tetap kekeuh Wati stres karena perlakuan A’a memang seperti itu. Buktinya orang-orang melihat Wati sudah menolak, A’a saja yang maksa ajak dia dengan mengatakan sudah enggak apa apa, enggak ngerepotin.” “Itu yang mereka dengar dan mereka melihat sendiri. Wati naik mobil A’a bukan dipaksa, sama-sama mau. Lalu aku harus bilang apa?” kata Diah pada kakaknya. “Jadi semua ter-pulang pada diri sendiri. A’a yang menceburkan diri pada comberan, jadi A’a yang harus bangkit dari comberan itu untuk membersihkan diri,” kata Diah lagi. “Masalahnya Gita tidak mau bersaing dengan Wati. Sejak awal dia tidak mau mendengar apa pun tentang Wati. Juga sudah bilang ngapain itu telepon diangkat? Amah juga sudah marah A’a enggak boleh angkat telepon saat makan. Tapi A’a ngebantah dan itu risiko yang harus A’a hadapi sekarang,” lanjut Diah lagi. “Please tolong aku, Amah sama Apa’ sudah enggak bisa bantu,” pinta Rusdi. “Siapa pun enggak akan ada yang bisa bantu A’, kalau bukan A’a kemauan sendiri. Buktinya A’a sampai gelap mata memanggil pak Mahmud buat nganterin ke Indramayu. Logikanya di mana ketua yayasan nya sampai ngebela-bela panggil pak Mahmud malam-malam buat nganter ke Indramayu?” kata Diah. “Untungnya Pak Mahmud mulutnya enggak lémés, jadi enggak kesiar kabar dia dipanggil suruh mengantar kamu ke Indramayu. Kalau dia mulutnya lémés kayak apa coba? Untung cuma keluarga kita yang tahu bahwa A’a panggil pak Mahmud,” sambung Ambu. “Kalian kan tahu semua itu A’a kerjakan di luar kesadaran A’a,” bantah Rusdi. “Lalu kita harus umumkan ke semua orang kalau A’a hilang ingatan sehingga bertindak tanpa kesadaran?” Rusdi diam, dia semakin mentok tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi persoalan yang baru sekali ini dihadapi. Di lain pihak Gita masih seperti biasa, dia tidak mau meladeni Rusdi dalam hal makan atau pakai baju. Tak ada lagi dia bersikap seperti istri yang telaten. Dia membiarkan Rusdi mempersiapkan pakaian atau makan sendiri. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Buntu jalannya Rusdi ke rumah Ibu mertuanya. Rusdi bercerita semua permasalahannya dari A sampai Z, tidak ada yang ditutupi. Rusdi cerita tentang reaksi Gita saat bu Nenny datang ke kantor sampai Gita kabur dan mengirim pesan pada Ibu dan Amah. Rusdi cerita jujur tentang bagaimana dia sampai tidak mempedulikan Gita ketika menerima telepon dari Ibu Nenny, terus Rusdi cerita lengkap bagaimana Wati mengaku sebagai calon istrinya terhadap Diah mau pun pada semua orang. Rusdi juga cerita lengkap bagaimana semua orang menerima berita kebohongan atau cerita kebohongan bahwa Wati stress karena dia sudah menidurinya Tapi meninggalkan dengan menikahi Gita. “Sekarang mau kamu apa?” tanya Ibu dengan bijaksana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN