RUSDI LEBIH MEMILIH WATI

1373 Kata
Dan benar saja, tidak sampai sore sehabis jam istirahat siang, Mahmud sudah mengantungi beberapa rekaman percakapan. Terungkap sudah kalau di luaran tersiar khabar Rusdi dan Wati sudah tidur di pertemuan pertama mereka. Rusdi tentu saja kaget mendengar itu. “Aku enggak pernah ngapa-ngapain Yank, kamu tahu sendiri di malam pertama kita, kita sama-sama bodoh. Di malam pertama kita mengikuti naluri saja sama-sama belum berpengalaman. Bagaimana aku sudah melakukan pada orang lain sebelum pernikahan?” Rusdi berupaya membujuk Gita. Gita juga tahu masalah itu. Tapi rumors di luar sudah sangat santer mengatakan kalau suaminya pernah tidur dengan Wati sehingga membuat Wati langsung resign begitu Rusdi menikah. “Pokoknya sejak sekarang aku tidak mau dengar apa pun tentang Wati,” kata Gita. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Diah langsung bergerak. Bersama dua orang tukang gosip di yayasan dia mendatang kamar kost Wati berpura-pura datang mencari keterangan tentang Wati yang sudah lama tak masuk kerja. “Wah Wati sudah lama pindah atau pulang kampung. Sejak pacarnya datang ke sini,” kata Ibu kost. “Pacarnya?” pancing Diah. “Iya, dulu datang ke sini juga diantar pacarnya. Lalu lama pacarnya tak datang. Baru datang lagi sejak dia pindah kerja di yayasan pendidikan,” jawab si Ibu kost. Rupanya Wati cukup lama tinggal di sana. Hampir dua tahun. “Apa pria boleh masuk ke kamar kost Bu?” tanya seorang karyawan yang tukang nyinyir. “Ibu melarang siapa pun bawa lelaki. Walau dia mengaku ayah kandung atau adik kandung tetap dilarang masuk,” jawab Ibu kost tegas. “Wati bilang dia tidur dengan bossnya di kamar kost saat diantar hujan-hujan Bu,” tanya pegawai yang lain. “Mana bisa masuk kamar? Di ruang tamu saja ada dua penjaga yang akan menahan tamu lelaki masuk. Masa bisa tidur di kamar?” jawab si Ibu kost. Clear sudah. Dua mulut nyinyir mendengar secara langsung penjelasan Ibu kost kalau di rumahnya tak boleh masuk tamu laki-laki. Akhirnya rumors langsung terhenti karena keterangan dua mulut nyinyir sebagai bukti. Diah memang sengaja bawa dua orang itu sebagai penangkis. Tanpa perlu repot-repot meralat, dua mulut itu langsung menceritakan kalau Wati tukang bual. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Selanjutnya satu ~ dua hari berjalan aman tak ada pergolakan tak ada keributan sampai tiba-tiba malam ini saat sedang makan malam ponselnya Rusdi berdering. Rusdi tidak tahu itu nomor siapa. “Ini jam makan malam enggak usah diangkat,” kata Amah peraturan di rumah ini memang kalau makan malam ada telepon enggak usah diangkat dulu. “Aku takut ada hal penting Mah,” bantah Rusdi. Tak biasanya dia seperti ini. Rusdi pun bangkit dan mengambil ponsel yang ada di meja kecil ruang tengah. “Siapa A’?” tanya Gita yang baru saja membawa sayur dari dapur ke meja makan. “Kenapa A’a ngotot angkat?” tanya Gita lagi. “Enggak tahu ini dari siapa Yank, nomor nya enggak aku save,” jawab Rusdi. “Speaker. Biar Apa’ dengar,” kata Apa’ yang juga aneh Rusdi berani membantah perintah Amah tak boleh mengangkat telepon itu. Rusdi mengubah pengaturan suara di teleponnya, dia dengar ada salam dari seorang perempuan. “Wa’alaykumsalam,” jawab Rusdi sopan. “Siapa ini dan ada perlu apa?” tanya Rusdi. “Saya Nenny. Bibiknya Wati,” jawab suara perempuan di ujung sana. Gita langsung keki, dia banting sendok di piring dan langsung kembali ke dapur. ‘Pantas dia langsung angkat, dengan belaga tidak save nomor atau tak kenal. Bagaimana bisa Ibu itu punya nomor telepon suaminya kalau memang bukan diberi oleh A’a?’ batin Gita. Dia semakin merasa dibuat mainan oleh Rusdi. Amah melihat menantunya kesal dan pergi ke dapur dia tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres. “Iya, ada perlu apa ya Bu?” tanya Rusdi lagi. “Ini Wati butuh kamu. Dia sangat ingin bertemu dengan kamu. Kamu datang sekarang juga,” perintah Nenny. Tentu Apa dan Amah kaget mendengar perintah perempuan di ujung telepon pada putra mereka. “Saya pikirkan dulu ya Bu, ini sudah malam dan kita berbeda kota jauh,” kata Rusdi tidak tegas menolak. Jawaban Rusdi ambigu dengan mengatakan akan memikirkan dulu. “Kamu kan punya mobil, ya tinggal datang saja lah. Masa sama orang yang mencintai kamu dengan tulus, kamu begitu kelakuannya,” cecar Nenny pedas. “Dia bisa dan boleh mencintai saya, tapi saya enggak cinta sama dia. Sudah Bu, jangan bicara panjang-panjang saya mau makan malam,” kata Rusdi lagi. “Pokoknya kamu WAJIB datang ke sini sekarang juga,” jawab Ibu itu lalu langsung memutuskan hubungan telepon. “Kamu ada apa sih sebenarnya sama perempuan itu? Sampai keluarganya mendoktrin kamu seperti itu. Seakan kamu punya utang,” kata Apa’ marah. “Aku juga enggak tahu Apa. Aku enggak punya hubungan apa-apa,” jawab Rusdi. Makan malam kali itu mencekam. Gita duduk di meja makan dengan diam tanpa bergerak. Dia kembali ke ruang makan karena Amah menuntunnya untuk ikut makan. Sedang Rusdi tak peduli pada sikap Gita sama sekali. Pikiran Rusdi hanya pada Wati yang sedang mengharap kehadirannya. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Sehabis makan Rusdi melupakan keberadaan Gita. Sejak menerima telepon Rusdi tak mengindahkan Gita sama sekali. Dia tak peduli Gita hanya diam di sudut dapur dan baru ke meja makan setelah dibujuk Amah. Rusdi tak melihat apakah Gita makan atau tidak. Amah dan Apa’ merasa ada yang tak benar dengan putra mereka. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Tapi jujur aku takut Apa’, aku takut Wati kenapa-kenapa aku harus datang menengok nya agar dia tenang dan selamat,” bantah Rusdi pada apa’ yang melarangnya pergi ke kota Wati tinggal, dia bicara dengan tanpa perasaan atau memikirkan bagaimana lukanya Gita mendengar kata-kata suaminya seperti itu. Seorang suami yang memikirkan perempuan lain, memikirkan keselamatan perempuan lain cuma hanya karena ditelepon bahwa Wati membutuhkan dirinya. Tentu Gita sangat terluka. “Kamu nih kenapa sih A?” protes Amah. “Aku ke pikiran Wati Mah, aku akan ke sana segera,” jawab Rusdi tanpa malu. “Kamu enggak pikirkan dari tadi istrimu hanya duduk diam di dapur? Kamu enggak lihat dia enggak makan apa pun karena kamu sibuk dengan pikiranmu ke perempuan itu. Dan sekarang kamu malah bersikeras mau mendatangi dia tak melihat kalau istrimu menangis sejak tadi?” bentak Amah. Rusdi ini langsung menghampiri Gita yang masih ada di dapur, tak ada rasa penyesalan atau takut istrinya kecewa atau marah. “Sayank, aku izin keluar sebentar ya Sayang ya,” Rusdi malah nekad ingin berangkat. Dia minta izin pada Gita merelakannya pergi ke rumah Wati di Indramayu. Cukup jauh rumah Wati dengan rumah Rusdi, butuh waktu sekitar 90 menit lah paling cepat. Gita gemetaran. Di depan matanya sendiri, dia melihat suaminya ngebela-belain pergi demi perempuan lain. Sebelum hal itu berkepanjangan, sambil menangis Gita bicara keras agar Amah dan Apa’ juga mendengar dan bisa mendukungnya. “Apa pun yang terjadi aku harus ikut,” jawab Gita tegas walau sambil menangis. “Kamu jangan lah, ini sudah malam Sayank,” bujuk Rusdi. “Kalau tahu sudah malam, kenapa A’a malah mau nyamperin anak gadis orang? Apa pantas?” cecar Gita keras. Amah dan Apa’ melihat dan mendengar semua itu. “Ada hubungan apa A’a dengan Wati yang sebenarnya? Kok bu Nenny bisa janjian di kantor malam-malam? Dan sekarang dia bisa seenaknya memerintah A’a? Mereka itu siapanya A’a sebenarnya sampai A’a mau pergi ke sana tengah malam?” teriak Gita kesal. Mendapat larangan dari Gita, Rusdi tak menanggapi. Dia kembali ke depan dan segera menghubungi pak Mahmud yang mengerti semua data Wati. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Tolong datang ke rumah sebentar, ada yang mau saya sampaikan,” pinta Rusdi pada Mahmud tanpa peduli karyawannya sudah ingin istirahat. Sekitar jam 10.00 malam pak Mahmud pun datanglah itu ke rumah Rusdi. Belum juga pak Mahmud menyampaikan salam Rusdi sudah menyambutnya dengan todongan. “Antar saya ke rumah Wati sekarang ya. Saya bingung. Saya takut dia kenapa-kenapa karena katanya Wati sangat butuh saya,” cerocos Rusdi tanpa rem. Persis seperti sepeda dengan rem tangan blong di turunan. Nyeluntuuuuuuuuuuuuuur saja. “Astagfirullaaaaah Pak. Kirain Bapak memanggil malam-malam ada masalah darurat apa. Seumur-umur saya kerja di yayasan, Bapak tak pernah seperti ini,” protes pak Mahmud. Apa’ sejak tadi selalu mengawasi Rusdi yang memang sudah terlihat tak waras. Amah berupaya menenangkan Gita yang masih bertahan di dapur. Apa’ tanpa diketahui siapa pun minta agar pamannya yang dua hari sebelum pernikahan Rusdi memberi air putih untuk datang melihat cucu keponakan nya ini
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN