RUMORSNYA TELAH TIDUR BERSAMA

1327 Kata
“Sudah ada perkembangan?” tanya Apa’ pada Rusdi pagi ini saat mereka akan sarapan. “Belum ada kabar apa pun Apa’,” jawab Rusdi lesu. “Ya sudah kamu sarapan dulu, baru berangkat kerja. Nanti kalau ada kabar Apa’ sama Amah akan kabari A’a,” kata Amah menghibur putra sulungnya. ‘Yank, kamu di mana?’ tanya Rusdi dalam hatinya. Dia sarapan dalam diam. Sebenarnya Rusdi malas makan, tapi dia ingat Gita akan sangat marah bila bekerja dengan perut kosong. Gita mengharuskan sarapan karena itu sangat penting buat semua orang. “Amah, Apa’ aku berangkat ya,” kata Rusdi. Dia pamit akan berangkat bekerja pada kedua orang tuanya. “Ya hati-hati, kamu jangan sampai ngelamun bawa mobilnya,” pesan Amah nya. Tentu saja sang Ibu tahu hati putranya sedang galau. Sarapan saja tak habis banyak seperti sebelum menikah atau saat diladeni Gita sang istri. “Ya Mah, Apa’. Assalamu’alaykum.” jawab Rusdi, dia pun lalu langsung menuju ke yayasan yang dipimpinnya. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Gimana Teh, lelap tidurnya tadi malam?” tanya Diah saat melihat Gita sudah selesai mandi dan menuju ruang makan. “Alhamdulillah lelap,” jawab Gita. Diah melihat matanya Gita tidak bengkak, artinya sepanjang malam perempuan itu tidak menangis. “Kirain tadi malam nggak bisa tidur karena sibuk ngobrol dengan Ambu,” tebak Diah. “Boro-boro ngobrol, begitu naik kasur, Ambu langsung terlelap,” cetus Gita. Diah dan Ambu tertawa bersama mendengar protes Gita seperti itu. “Tebakan Ambu benar,” kata Diah setelah mereka lepas tertawa. “Maksud kamu bagaimana?” tanya Ambu. “Tadi malam A’a datang, dia nanyain Teteh Gita. Lalu Aa cerita kalau ternyata kita salah duga. Maksudnya bibiknya Wati itu minta pertanggung jawaban karena Wati-nya depresi, dia jadi sering kesurupan,” jelas Diah sambil mengambil roti untuk sarapannya. “Kalau memang Wati seperti itu apa hubungannya sama A’a?” usik Ambu. Menurut dia enggak masuk akal kalau keponakannya yang diminta pertanggung jawaban karena selama ini Rusdi tak pernah menjalin cinta dengan Wati. Bila Rusdi memberi harapan, lalu dia menikah, bolehlah Wati stress seperti cerita bibik nya itu. “Bibiknya bilang itu tanggung jawabnya A’a karena yang bikin Wati patah hati adalah A’a begitu dia bilang,” jawab Diah. “Kalau dia memang ingin menemui A’a kenapa malam-malam ke kantor bukan ke rumah? Apa dia sudah tahu bahwa A’a sedang di kantornya bukan ada di rumah?” tanya Gita dengan curiga. “Iya ngapain coba dia ke kantor malam-malam kalau emang cari Rusdi?” kata Ambu. Ambu juga bingung kalau memang dia cari Rusdi harusnya ya ke rumahnya kalau malam-malam. Bukan ke rumahnya. “Apa yang dia kerjakan di kantor atau kenapa dia bisa tahu Rusdi ada di kantor bukan di rumah?” tanya Ambu lagi. “Aku pikir aku saja yang bingung mengapa dia bisa tahu kami ada di kantor malam itu Ambu. Dan kalau bicara juga sangat ketus.” jawab Gita. Gita curiga Rusdi memberi tahu Wati dia sedang di mana malam itu. Tapi kalau di beritahu, jarak desa Wati tinggal dengan kantor yayasan sangat jauh, sedang mereka lembur program dadakan. Bagaimana Ibu itu bisa datang tepat bertemu Rusdi di kantor? Apa bukan kebetulan semata? Atau memang semua sudah diatur oleh Rusdi dan Wati? “Teteh kerja Teh?” tanya Diah. “Insya Allah kerjalah, tapi antar aku ke rumah Amah dulu ya. Aku kan harus ganti baju,” pinta Gita pada Diah. “Siap bu Bos,” Diah menggoda kakak iparnya. Gita punya mobil sendiri tapi karena sekarang satu kantor dan satu rumah dengan Rusdi, buat apa dia bawa mobil sendiri? Itu sebabnya hari ini dia akan menebeng Diah saja. Pasti nanti pulang akan bersama Rusdi kembali. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kamu dari mana?” tanya Apa’ melihat Gita datang bersama Diah. “Aku tidur di rumah Ambu Pa’,” jawab Gita sambil salim pada ayah mertuanya. “Tadi malam A’a ke sana, kok bilang enggak bertemu kamu dan dia bilang Diah tidur sendiri?” jawab Apa’ bingung. “Iya Apa’, aku tidurnya sama Ambu bukan sama Diah. Jadi A’a enggak tahu aku ada di sana,” balas Gita. Apa’ lalu menceritakan apa yang dia dengar dari Rusdi. Hampir sama dengan yang Gita dengar dari Diah, cuma lebih lengkap. “Aku ganti baju dulu Pa, aku mau kerja,” pamit Gita. “Iya,” jawab Apa’. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Assalamu’alaykum,” sapa Gita dengan elegan. Dia tak merasa bersalah telah meninggalkan suaminya tanpa berita. Rusdi langsung mengangkat wajah yang sedang memperhatikan berkas di mejanya. “Wa’alaykumsalam,” jawab Rusdi lalu menghampiri istrinya. Gita langsung memberi salam kepada Rusdi, dia mencium punggung tangan suaminya seperti biasa. “Kamu tadi malam ke mana Yank?” tanya Rusdi dengan lembut. “Aku tidur di rumah Ambu,” balas Gita sambil berjalan ke meja kerjanya. “Lho A’a ke sana kok enggak lihat kamu?” tanya Rusdi bingung. “Aku tidur sama Ambu jadi kamu enggak tahu.” “Kenapa enggak tidur sama Diah?” selidik Rusdi. “Diah kan tidurnya gelap, aku tidurnya terang. Ya aku tidur sama ambu lah yang sama-sama terang,” begitu alasan Gita. Padahal semua adalah pengaturan dari Ambu agar tidak kepergok oleh Rusdi. “Kita bicara dulu yuk,” ajak Rusdi. “Mau bicara apa lagi? Aku tidak mau dengar apa pun tentang Wati. Aku tak mau dengar!” kata Gita tegas. “Dengerin dulu, kamu tuh jangan salah sangka. Maksud bibinya Wati minta pertanggung jawaban adalah Wati-nya stres karena cintanya aku tolak jadi dia minta pertanggung jawaban soal stressnya Wati. Bukan karena Wati hamil. Orang A’a enggak pernah ngapa-ngapain dia,” jelas Rusdi. “Terserah A’a mau apa. A’a mau jungkir balik atau apa pun aku nggak mau peduli selama tentang Wati. Karena sejak awal dia memang mengaku ke semua orang bahwa dia adalah calon istrinya A’a.” “Dan asal A’a tahu saja dia bilang kalian sudah tidur bersama saat A’a anterin dia ke kamar kostnya saat itu hujan dan A’a sangat membutuhkan Wati!” “A’a tanya ke orang-orang yayasan, kalau mereka berani bicara tentang hubungan kalian. Aku jengah dengarnya dan aku malu punya suami yang membuat orang patah hati karena sudah memberikan segalanya malah ditinggal menikah,” pekik Gita tak sadar mereka sedang di kantor. Diah segera masuk ke ruang kakaknya tanpa mengetuk karena dia mendengar pekikan Gita. Rusdi tentu tak percaya mendengar apa yang istrinya ceritakan “Enggak ada orang bilang soal itu,” bantah Rusdi. “Mereka enggak akan bilang sama A’a. Tapi rumors di luar seperti itu. Dan aku dengar tadi pagi di toilet bawah semua membicarakan kedatangan bibik-nya Wati yang minta pertanggung jawaban A’a karena Wati stress ditinggal A’a yang telah membuat terluka. Ditinggal menikah setelah tidur bersama,” kata Gita sambil terisak dalam dekapan Diah. Rusdi tak bisa berkutik. Gita bukan perempuan lemah yang pemarah. Dia hafal sifat dan karakter istrinya. “A’a suruh pak Mahmud, tanya ke beberapa orang dan bikin rekaman karena kalau aku atau A’a yang tanya tentu enggak bakal ada yang cerita. Jangan lupa bikin rekaman,” Diah meminta Rusdi bergerak. Banyak orang di yayasan tahu Rusdi melakukan hal yang tidak baik dengan Wati sehingga wajar kalau bibiknya Wati minta pertanggung jawaban saat Wati stres. Karena Wati sudah diajak tidur tapi ditinggal nikah. Tanpa buang waktu Rusdi memanggil Pak Mahmud untuk mencari info di luaran tentang dirinya yang sudah tidur bersama Wati sehingga membuat Wati stres. “Saya malah enggak dengar hal itu Pak,” jawab Mahmud. “Pagi ini istri saya mendengarnya dan semalam ada bibiknya Wati datang. Katanya Wati pulang dari sini langsung menjadi seperti orang gila setelah saya menikah. Mungkin karena rumorsnya seperti itu. Jadi tolong selidiki sama Anda ya,” pinta Rusdi pada pak Mahmud. Tak mungkin minta tolong Gilbert karena susah mendekati orang dari semua kalangan. Kalau pak Mahmud kan memang selalu berhubungan dengan mereka. “Iya Pak, saya akan buat rekamannya tentang orang-orang yang mendengar cerita Wati.” jawab pak Mahmud dengan cepat. “Kalau bisa sore ini sudah saya dapatkan, sehingga saya bisa tahu hasilnya,” kata Rusdi kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN