Suasana begitu hening, hanya denting sendok dan garpu yang mengenai piring terdengar sesekali saat Maryam makan bersama Tibra. Lelaki itu selalu bersikap seolah tidak ada siapapun selain dirinya, dan dia hanya bertanya atau berkata pada Maryam jika ada suatu hal yang penting. Meski merasa tidak terlalu nyaman, tetapi Maryam berusaha memahami bahwa Tibra memang tidak mengharapkan kehadirannya sejak awal. Dering ponsel nyaring terdengar dari kamar Tibra dan lelaki itu beranjak, berjalan menuju kamar, menutup pintu kamarnya rapat, seolah takut Maryam mendengar percakapannya dengan seseorang yang menelponnya. Maryam sudah biasa tidak dianggap keberadaannya, jadi dia tetap duduk tenang menghabiskan makan malamnya. "Akhirnya lo angkat telpon gue." Suara Hazel terdengar. "Kenapa?" "Well, n