Binar mata Maryam menyambut Tibra saat lelaki itu masuk ke ruang rawatnya, lalu senyum mengembang dari bibirnya, dia nampak sangat senang dengan kehadiran dan keberadaan Tibra di sekitarnya. Meski begitu, Tibra hanya memasang wajah datar, dia tidak bisa serta merta bersikap ramah tamah dan hangat pada Maryam. Baginya, Maryam tetap masih seseorang yang asing, yang mendadak datang dalam kehidupannya dan merusak keseimbangan hidupnya selama ini. Tibra masih tidak mengerti bagaimana mungkin Maryam bisa sedemikian hangat menyambutnya, terlihat bahagia hanya karena melihatnya, tetapi tiga puluh tahun yang lalu begitu tega membuangnya di sampah. Apakah waktu tiga puluh tahun bisa merubah pemikiran seorang perempuan yang semula begitu membenci dirinya menjadi seseorang yang menganggap dirinya ad