"Jadi gimana dong" Ayana mencurukkan wajah dibantal.
Bela duduk disisi Ayana, mengibas kuteks merah yang baru dipasang agar cepat kering.
"Bilang saja, kamu sudah di DO dari kampus".
"DO??? Daniel pasti menaruh curiga, jika saya mengatakan mendadak seperti itu". Ayana mulai pusing, memikirkan nasibnya.
"Ya, mau gimana lagi, kenapa harus UI menjadi pilihan kamu, padahal kampus di Jakarta itu banyak".
"Ya mana saya tau, hanya UI yang ada di pikiran saya waktu itu Bel".
"Yaudah deh, Bilang aja kamu emang di DO dari kampus, karena enggak bayar uang semester, bereskan".
"Iya sih" Ayana melepaskan ikatan rambutnya. Rambut itu Ia biarkan tergerai.
Ponsel milik Ayana berbunyi, "ibu negara calling". Ayana dengan cepat menekan tombol hijau.
"Iya ma".
"Kamu ada dimana Aya".
"Aya ada di rumah Bela ma, ada apa ma?" Ayana memposisikan kesamping memeluk guling.
"Syukurlah kalau begitu, kamu sehat-sehat aja kan, kapan pulang?".
"Ma, Aya baru saja sampai Jakarta beberapa hari yang lalu, masa udah ditanyain kapan pulang".
"Satu bulan itu lama Aya, mama cuma ijinin kamu sebentar saja disana".
"Yah, mama enggak asyik, Aya mau liburan ke Bali, Jogja, lombok kapan lagi Aya ke Indonesia ma? Aya sudah 5 tahun enggak ke Indonesia ma".
"Iya, mama tahu, tapi kamu harus hati-hati ya disana, cepat pulang".
"Iya mama".
"Ingat mama, hanya ngijin kamu sebulan Aya".
"Iya mama, dah mama"
Ayana memutuskan sambungan telfon. Ayana menaruh ponsel itu kembali. Ia mengambil majalah Fame yang tergeletak dan dibukanya satu persatu lembaran majalah itu. Ayana menatap satu per satu model berwajah cantik menghiasi setiap halaman, memamerkan, baju, sepatu, dan tas. Bela ikut nimbrung, menatap majalah yang dibuka Ayana. Bela menunjuk salah satu sampul model, model itu tersenyum sambil memegang tas cantik dan berkelas.
"Kamu tahu ini siapa?" Tanya Bela.
"Tau kok, ini Safira. Salah satu finalis Asian Top Model itu kan".
Bela lalu menegakkan sampul majalah itu, "iya benar sekali, Safira ini salah satu mantan Daniel".
"Yang bener...!!!".
"Iya, kamu baru tau? Makanya saya bilang, kalau kamu berhasil merebut hati Daniel itu hebat. Masalahnya tampang kamu level teri, enggak ada bagus-bagusnya, mantan saja sudah begini cantiknya".
Bela lalu membolak-balik halaman majalah Fame, lalu di perlihatkan sebuah halaman, model tertawa memamerkan jam tangan brand terkenal.
"Kamu tau ini siapa?" tanya Bela lagi.
"Tau kok" Ayana mulai menegakkan tubuh, menghadap Bela.
"Siapa?".
"Aurelia, tahun kemaren finalis putri Indonesia, perwakilan Jawa Tengah itu kan".
"Nah, itu tepat sekali, biar kamu jauh disana, ternyata kamu mengikuti perkembangan yang ada di Indonesia".
"Ya, iyalah Indonesia, bangga kali jadi warga negara Indonesia".
Bela tertawa menatap Ayana, kini jemarinya menunjuk wajah Aurelia, "kamu tahu? Aurelia ini salah satu mantan Daniel juga".
Ayana melotot tidak percaya, "yang benar aja, sumpah saya masih tidak percaya Bela. Apa yang mereka lihat dari Daniel? Daniel jorok begitu, itu enggak mungkin".
"Halah, kamu baru tau ini aja, belum yang lain. Saya sudah bilang mantan Daniel itu top model semua".
"Ya, saya masih enggak nyangka aja Bel, emang Daniel kerja apa, hingga wanita-wanita cantik itu bertekuk lutut gitu?".
Bela mengedikkan bahu, "setau saya, Daniel arsitek gitu deh di Melbourne, tapi denger-denger dia bolak-balik Melbourne-Dubai".
"Owh begitu, keren dong".
"Ya, begitu deh, keren tapi berengsek".
"Jadi dia selama ini tinggal dimana?".
"Melbourne".
"Lah, dia ke Indonesia ngapain?".
"Kamu lupa? Kemarin kita jebak dia buat pulang, buat tanggung jawab atas kehamilan aku. Mau enggak mau dia pasti pulang lah, dan setelah dia ada di Jakarta, kita berbelok skenario menjadi kamu peran utamanya".
"Ya, ya, demi Louis Vuitton".
"Jadi, jika kamu bisa merebut hati Daniel itu hebat Aya, setahu saya level Daniel high class .
"Tidak ada yang tidak mungkin" Ayana mengibaskan rambut. Lalu melangkah meninggalkan Bela. Bela tertawa, mengejar Ayana.
****
Ayana meraih remote, mencari-cari saluran Tv. Ayana menjatuhkan salah satu program Tv music. Ayana meningkatkan volume Tv, karena salah satu lagu favoritnya diputar. Ayana membuka lemari es, mengambil buah jeruk, dibuka secara perlahan sambil mengunyah daging jeruk.
Ayana menoleh kearah sumber suara di balik pintu. Daniel tersenyum dan lalu melangkah melewatinya. Ayana membiarkan Daniel begitu saja. Ayana menatap layar Tv, bersenandung mengikuti alur music yang sudah dihafalnya luar kepala.
"Ayana, kamu tidak masak hari ini" tanya Daniel, kini telah duduk disampingnya.
"Saya tidak bisa masak".
"Kita delivery saja ya" Ayana memberi saran.
Daniel memaklumi, anak pejabat itu sangat manja. Daniel yakini, Ayana tidak pernah sekalipun menyentuh dapur. Lihat saja setiap hari Ayana hanya memakan buah dan buah, tidak pernah sekalipun memegang teflon dan sodet.
"Saya saja yang masak".
"Kamu bisa masak?" Tanya Ayana. Ayana membuang kulit jeruk di tong sampah.
"Bisa lah".
"Kamu dari mana tadi".
"Kenapa?" Tanya Daniel, lalu beranjak dari sofa, menuju dapur.
"Ya datang-datang, Tampang kamu kusut begitu, putus sama pacar?".
"Sok tahu kamu".
"Saya nebak aja kali" Ayana menegakkan tubuh, menatap Daniel, mengeluarkan isi kulkas.
"Besok saya akan pulang ke Melbourne" ucap Daniel.
"Melbourne?" Ucap Ayana menggantung.
"Iya, saya ada urusan disana?" Daniel mulai memotong-motong bawang bombay.
"Kamu mau lari tanggung jawab?" Ucap Ayana.
"Tidak, saya hanya ada urusan disana".
"Berapa lama?" Ayana mengambil gelas dan melangkah menuju lemari es, diambilnya botol dan menuangkan air itu didalam gelas.
"Beberapa hari saja".
"Kalau begitu, kasih saya uang untuk saya hidup beberapa hari kedepan" Ayana meneguk air itu.
Daniel melirik Ayana, "oke, akan saya transfer nanti".
"Terima kasih".
******