Tidak Bisa Marah

1279 Kata

Restoran elegan di pusat kota dipenuhi dengan suara percakapan pelan dan denting peralatan makan. Lampu kristal menggantung rendah, memancarkan cahaya hangat yang memantul di permukaan meja marmer. Aku, Zein, dan Rendi sedang duduk bersama dengan salah satu pemilik perusahaan yang sedang melirik perusahaanku. Sama seperti dua perusahaan sebelumnya yang digaet Bima, mereka menawarkan kerja sama lebih dulu hingga berakhir diserobot oleh lelaki yang tak kukenal itu. Malam ini, kami berkumpul untuk makan malam dengan obrolan santai. Aku permisi ke toilet sementara yang lain masih asyik bicara. Zein ingin mengantarku, tapi aku menolak karena letaknya juga tidak jauh dari tempat kami duduk. Setelah merapikan penampilanku, aku keluar dari toilet seraya merapikan rambutku. Aku tersentak saat tan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN