Oleh-oleh Pesanan Ibu

1290 Kata

Aku terkekeh geli mendengar pembelaan Zein. Dia bilang benar-benar hanya menemani tidurku saat menyelinap masuk ke kamarku waktu itu. Perkara ukuran bra itu dia pun tidak menganggap sebagai suatu keistimewaan karena dia merasa sesak sendiri sepanjang malam menahan hasrat yang harus dia tahan sendiri. “Lagi pula kamu ‘kan tahu bagaimana hebohnya kita di atas ranjang. Tidak mungkin Mas membersamaimu saat kamu sedang tidur dan kamu tidak sadar." Aku mengulum senyumku. "Jangan tertawa kamu, Mas tidak terima kamu tuduh," rajuknya. Aku bergelayut manja di lengannya seraya meminta maaf padanya. "Tidak, Zee, kamu harus dihukum." "Mas ...!" Kini aku pula yang merajuk, pasalnya dia selalu menghukum yang iya-iya hingga aku kewalahan. “Ya sudah kalau tidak mau maafkan,” rajukku. Zein terkekeh ser

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN