Masalah

1894 Kata
“Honey, kau mau kemana?” tanya Thomas saat Arletta memilih tangga darurat untuk wanita itu turun ke bawah. Begitu acara inti selesai dan Arletta pamit dengan yang lainnya untuk pulang terlebih dahulu. Thomas tahu bahwa kekasihnya sedang marah padanya. “Honey, tunggu,” kata Thomas yang berusaha mengejar Arletta yang turun dengan begitu cepat. “Kau tak perlu mengikutiku!” teriak Arletta sambil berlari, namun Thomas tak mendengarkan dan terus mengejar Arletta. Sampai akhirnya Thomas berhasil menahan Arletta, wanita itu memakai sepatu hak tinggi sehingga membuatnya susah untuk berlari dengan cepat. “Tunggu, jangan marah seperti ini. Aku benar-benar tak tahu apapun tentang ini, aku juga sama terkejutnya dengan apa yang dilakukan Daddy tadi. Aku benar-benar tak tahu, kau harus percaya padaku Honey,” mohon Thomas sambil menggenggam tangan Arletta. Namun wanita itu berusaha untuk melepaskan diri sehingga Thomas menyerah. “Kau bohong, tak mungkin kau tak tahu apa-apa. Bagaimana bisa orangtuamu tahu tentang pernikahan, kalau bukan kau yang membukakan pada mereka. Kau sengaja memakai cara ini supaya aku tak menolakmu bukan? Aku sudah menolakmu berkali-kali, maka itu kau memakai cara ini supaya aku tak lagi menolak. Karena kalau menolak akan membuatku malu serta keluargamu, apakah aku salah? Kau menjebakku seperti ini, bagaimana bisa aku percaya padamu?” tanya Arletta dengan sarkas. “Tapi aku memang tak pernah mengatakan apapun pada mereka. Mommy pernah bertanya padaku, kenapa kita tidak menikah saja. Hubungan kita sudah cukup lama dan mereka meminta kita untuk menikah, Mommy hanya pernah membahas itu. Aku tak pernah mengatakan hal yang lainnya, aku juga tak tahu kenapa Daddy seperti itu. Tolong percaya padaku, honey,” mohon Thomas membuat Arletta tertawa mengejek. “Kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya, kau bilang akan menungguku. Tapi lihat apa yang terjadi sekarang? Aku harus bagaimana supaya kau bisa paham? Apa yang harus ku katakan supaya kau bisa mengerti? Kau benar-benar tak mencintaiku, karena kau melakukan hal ini padaku,” kata Arletta yang masih tak percaya dengan Thomas. “Tapi aku benar-benar tak melakukan apapun, aku berani bersumpah untuk itu. Aku akan bisa nanti dengan Daddy mengenai ini, aku akan memberitahumu nanti. Tolong percaya padaku, aku yang akan menyelesaikan semuanya,” mohon Thomas lagi membuat Arletta menghela napasnya panjang. “Aku tak tahu harus percaya padamua atau tidak, aku tak tahu harus gimana lagi. Bagaimana jika rekan-rekanku bertanya tentang itu, apa yang harus ku katakan? Aku benar-benar tak tahu,” kata Arletta dengan kesal. “Aku ingin bertanya sesuatu padamu dan kuharap kau bisa jujur dan dapat membeirtahuku jawabanmu,” kata Thomas dengan serius. “Apa?” tanya Arletta. “Kau masih memikirkan banyak hal untuk menerimaku, kau mengatakan belum siap untuk menikah denganku. Aku benar-benar tak tahu apa yang menjadi alasanmu, apakah sebenarnya kau masih tak yakin denganku?” tanya Thomas dengan pelan membuat Arletta menatap pria itu dengan lekat. “Jika aku jawab iya apakah kau akan bisa paham dan mencoba mengertiku?” tanya Arletta membuat Thomas terkejut. Pria itu pikir Arletta akan memberikannya jawaban yang lain, tak pernah terpikirkan olehnya jika Arletta akan menjawab seperti itu. “Kau tak bisa memberikanku jawaban ternyata,” ejek Arletta. Wanita itu langsung saja pergi dari sana meninggalkan Thomas yang masih terdiam dengan jawaban Arletta. *** Arletta keluar dari kamar mandi dengan cepat saat mendengar suara bel yang dari tadi mengganggunya. Wanita itu meletakkan handuk kecil yang dipakainya untuk menyeka wajahnya di atas sofa lalu membuka pintu tersebut. Begitu terbuka Arletta terkejut saat melihat ternyata Ibra yang sedang datang. “Kau mau apa?” tanya Arletta tak suka saat melihat Ibra. Pria itu mendorong Arletta agar Ibra bisa masuk ke dalam, Arletta menghela napasnya panjang dengan sikap pria itu. “Apa maumu?” tanya Arletta lagi karena tak menemukan jawaban apapun dari Ibra. “Apa benar kau akan menikah dengan pria itu?” tanya Ibra tak suka dan menatap Arletta dengan lekat. “Apa urusanmu dengan itu?” tanya Arletta balik dengan tak suka. “Jelas itu menjadi urusanku karena itu tentangmu. Apapun itu tentangmu akan menjadi urusanku, aku tak akan pernah mau kau menikah dengannya. Jadi tolong jangan menikah dengannya, karena aku tak akan pernah setuju,” tegas Ibra membuat Arletta tertawa. “Kau siapa sehingga melarangku untuk tak menikah dengannya? Kau bukan siapa-siapaku, kau tak berhak melarangku untuk menikah dengan siapapun. Kau juga sudah menikah, apa aku pernah ikut campur untuk itu?” tanya Arletta tak mau kalah. “Aku mencintaimu dan aku tahu kau juga masih mencintaiku! Jadi jangan menikah dengannya karena aku sudah menikah! Aku janji akan berpisah dengannya untuk bisa hidup denganmu! Kau harus menungguku! Kau harus percaya padaku Baby, jadi jangan pernah menikah dengannya. Tapi kalau kau tetap memaksa untuk menikah dengannya akan kupastikan aku akan menggagalkannya dan akan membuka semua rahasia tentang kita padanya,” ancam Ibra membuat Arletta tertawa mengejek. “Kau mengancamku?” tanya Arletta. “Ya, aku mengancammu. Aku tak akan membiarkanmu menikah dengannya, aku tak akan kehilanganmu lagi untuk kedua kalinya. Aku akan membutikkannya padamu, kalau aku layak. Jadi kau harus menungguku sampai aku bisa berpisah dengannya,” tegas Ibra dan Arletta menggelengkan kepalanya sambil mengejek. “Kau benar-benar gila, kau tak waras Ibra. Kau harus sadar dengan apa yang kau katakan barusan, lebih baik kau pergi. Aku tak mau bertengkar denganmu, aku ingin sendiri. Jangan mendesakku seperti ini, aku mau istirahat,” kata Arletta sambil mendorong Ibra. Namun pria itu tak mendengarkan. “Aku akan tetap di sini sampai aku mendapat jawaban, jadi tolong jawab aku. Apa benar kau akan menikah dengannya? Apa kau sangat mencintainya sehingga kau memikirkan hal itu? Kau yang mengatakan padaku untuk jangan menikah jika tidak mencintai pasangannya, lalu apa yang kau lakukan? Aku tahu kau tak punya perasaan sebesar itu padanya, jadi kenapa kau harus menikah dengannya? Jangan ikat dirimu dengan pernikahan bodoh itu, apa yang kau harapkan dari pernikahan itu? Bagaimana bisa kau bahagia bersama dengannya?” tanya Ibra lagi membuat Arletta berteriak. Ibra terkejut dengan Arletta yang berteriak lalu duduk di lantai dengan menutup kedua telinganya. Ibra mendekat dan terkejut saat melihat Arletta sudah menangis. “Tolong pergi, tinggalkan aku sendiri,” mohon Arletta. “Tidak, aku tak akan meninggalkanmu sendiri dengan keadaan seperti ini. Maafkan aku Baby, maaf sudah berkata kasar dan mendesakmu. Aku minta maaf,” bujuk Ibra. Lalu pria itu memeluk Arletta dengan erat untuk menenangkan Arletta. Ibra tahu jika Arletta merasa nyaman dipeluk saat sedang menangis. Maka Ibra tak lagi memaksa wanita itu, Ibra membiarkan Arletta menangis sampai wanita itu merasa lega. Setelah selesai Arletta perlahan tidur di dalam pelukan Ibra. Pria itu membawa Arletta masuk ke dalam kamar dan membaringkannya dengan perlahan. Setelah memastikan Arletta tertidur dengan pulas, Ibra menyelimuti wanita itu dan segera pergi dari sana. Ibra tak mau mengganggu Arletta, kini pria itu membiarkannya beristirahat dengan tenang. Wajah Arletta terlihat kelelahan, maka itu Ibra tak mau mengganggu. Besok keduanya akan bekerja karena ada jadwal penerbangan. *** Arletta terbangun dari tidurnya saat alarmnya sudah berbunyi. Kepalanya terasa sakit karena menangis, namun ia harus tetap bagun karena mempunyai jadwal terbang. Wanita itu mematikan alarmnya dan melihat handphonenya. Biasanya akan ada pesan dari Thomas, namun kini pria itu tidak mengirimkan pesan apapun padanya. Arletta jadi mengingat Ibra yang datang tadi malam namun tak ada di sampingnya. Wanita itu segera turun dari tempat tidur dan mencari sosok pria itu di apartementnya, namun sudah mencari kemana-mana Arletta tak menemukannya. Tak punya waktu lebih banyak lagi akhirnya Arletta menyiapkan dirinya untuk pergi sebelum supir yang akan menjemputnya datang. Tadi malam Arletta sudah menyusun barangnya. Sesampainya di bandara, Arletta baru melihat timnya. Kali ini Arletta kembali satu tim dengan Ibra yang menjadi kapten dalam penerbangan mereka. Disaat pengarahan mata keduanya bertemu dan Ibra hanya tersenyum kecil, namun tidak dengan Arletta. Setelah pengarahan selesai satu persatu sudah mulai masuk ke dalam pesawat. “Bagaimana tidurmu, apakah enak?” tanya Ibra tiba-tiba berdiri di samping Arletta. Wanita itu sedang berjalan sendirian dan Ibra segera menghampiri wanita itu. “Ya, jam berapa kau pulang tadi malam?” tanya Arletta. “Tak lama setelah kau tidur,” jawab Ibra cepat. “Aku pikir kau akan menginap, aku mencarimu,” kata Arletta dengan jujur. Ibra yang mendengar hal itu tertawa. “Apa kau menginginkanku ada di sana? Bukankah kau yang meminta untuk ditinggalkan sendiri? Aku tak ingin meninggalkanmu, hanya saja aku mengingat permintaanmu. Maka itu aku memilih untuk pulang. Apakah keadaanmu kini lebih baik?” tanya Ibra khawatir, Arletta tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. “Sedikit lebih baik dibandingkan sebelumnya, terima kasih,” ucap Arletta tulus. Ibra tersenyum dan melihat keadaan sekitar lalu menggenggam tangan Arletta membuat wanita itu terkejut. Arletta melihat keadaan sekitar dan berusaha melepaskan tangannya. “Sebentar saja,” pinta Ibra. Maka Arletta akhirnya memilih membiarkan, setelah merasa cukup Ibra melepaskan tangannya membuat keduanya tersenyum dan pandangan mereka bertemu. “Terima kasih Baby,” ucap Ibra sambil mengedipkan matanya. “Selamat bekerja,” kata Arletta sambil tersenyum. “Terima kasih, aku menemukan tempat yang baik untuk bisa kita kunjungi nanti. Apa kau mau pergi denganku?” tanya Ibra membuat Arletta mengernyitkan keningnya bingung. “Benarkah? Apakah tempatnya sangat bagus?” tanya Arletta dan Ibra menganggukkan kepalanya. “Apa aku pernah mengecewakanmu tentang hal itu?” tanya Ibra membuat Arletta tertawa. “Baiklah, kau bisa memberitahuku nanti kita bisa bertemu di mana. Aku harap kau memang memilih tempat yang baik,” kata Arletta. “Aku akan berjalan lebih dahulu, sampai bertemu nanti.” Setelah mengatakan itu Arletta mempercepat langkahnya dan meninggalkan Ibra agar tidak ketahuan dengan yang lainnya. Namun keduanya sama-sama tersenyum penuh arti. Begitu masuk ke dalam pesawat dan mulai menyiapkan beberapa hal, rekan kerjanya sedang berada di belakang dan Arletta yang baru datang dibuat terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba. “Apa kau benar ingin menikah dengan Pak Thomas?” tanya salah satu pramugari yang saat ini satu tim dengannya. “Kenapa? Apakah aku harus menjawabmu?” tanya Arletta tak suka. “Kami mendengar berita bahagia itu tadi malam. Kami ingin mendengarnya langsung darimu, apakah itu benar atau tidak apakah salah?” tanya pramugari tersebut membuat Arletta menghela napasnya panjang. “Kita lihat saja nanti,” jawab Arletta cuek. “Apa kalian sudah mendengar bahwa ada kasus perselingkuhan lagi yang terungkap? Kali ini mereka sedang di sidang dan dinonaktifkan untuk sementara,” kata salah satu rekan kerja Arletta yang lain. “Benarkah? Siapa?” tanya yang lainnya. “Salah satu pilot juga dengan pramugari junior, pilotnya sudah mempunyai keluarga. Maka itu istrinya tidak terima, istrinya yang mengungkapkan. Kalau mau selingkuh jangan sama yang sudah menikah, bisa dengan yang belum menikah bukan?” tanya rekan kerja Arletta yang lain sambil tertawa. “Suami orang itu lebih menantang dan menarik. Lebih enak sama suami orang, katanya begitu. Makanya lebih banyak yang selingkuh dengan suami atau istri orang, tapi katanya ini bukan kasus yang pertama. Sebelumnya dengan orang yang sama juga pernah melakukan hal itu,” kata yang lainnya lagi. “Sebaiknya jangan pernah bermain-main dengan suami orang, bahaya walaupun katanya sensasinya berbeda. Tapi tetap aja jangan, kayak tidak ada pria lain saja. Terlihat lebih rendahan tidak? Kenapa? Karena merusak keluarga orang dan anak-anaknya juga bukan?” Arletta yang mendengar hal itu hanya bisa diam saja. Mendengar hal itu membuat Arletta merasa aneh, mengingat hubungan saat ini dengan Ibra. Pria itu juga sudah menikah dan Arletta bingung dengan hubungan mereka saat ini. Arletta memilih menjauh dari sana dan tidak mendengarkan perkataan rekan-rekannya yang lain. Namun Arletta tak bisa berbohong jika pikirannya memikirkan hal itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN