Pertengkaran
“Ya seperti itu, aku menyukainya!” teriak Thomas dengan keras memerintah kepada wanita yang sedang sibuk di bawahnya itu.
Thomas langsung saja menarik wanita tersebut dan membaringkannya ke tempat tidur lalu mengubah posisi keduanya. Kini pria bernama Thomas itu berada di atas memimpin permainan, sedangkan Arletta yang menjadi kekasihnya itu membuka kedua kakinya siap menerima Thomas masuk ke dalam dirinya.
“Arghhh!” erang Arletta begitu pria itu menghujamnya dengan keras di bawah sana.
Thomas langsung saja bergerak dengan cepat dan tak memberikan Arletta ruang untuk bersantai. Wanita itu menerima semua yang dilakukan oleh pria itu padanya. Sampai akhirnya keduanya mencapai puncaknya secara bersama dengan berteriak secara bersamaan. Thomas menjatuhkan tubuhnya di atas Arletta dengan napas yang tak beraturan. Begitu juga dengan Arletta yang membalas pelukan Thomas dengan napas yang juga tak beraturan.
“I love you Honey, I love you so much! Terima kasih, aku selalu saja menyukaimu! Kau sangat nikmat,” puji Thomas.
Pria itu mencium bibir Arletta cukup lama sebelum akhirnya Thomas berbaring di samping Arletta dan menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Thomas menarik Arletta ke sisinya dan memeluknya dengan erat. Tubuh keduanya saling menempel satu dengan yang lain memberikan kehangatan. Sudah hampir dua jam keduanya bertarung melakukan hal yang menggilakan setelah satu minggu tak bertemu.
“Hmm,” balas wanita itu dengan gumaman dan memejamkan matanya.
Arletta Sloan Roberts seorang pramugari di maskapai penerbangan milik keluarga Thomas, selain itu keduanya sudah menjalin hubungan cukup lama. Wanita itu sangat lelah karena ia baru saja pulang menjalankan tugasnya selama satu minggu penuh sehingga tak bisa bertemu dengan Thomas. Namun kekasihnya itu berkata sangat merindukannya, maka hal itu membuat Arletta harus menemui Thomas untuk membalas perasaan pria itu.
“Honey,” panggil Thomas pelan.
“Ya?” jawab Arletta masih dengan memejamkan matanya.
“Apa kau tak bisa berhenti bekerja menjadi pramugari? Sebentar lagi kau akan menjadi istriku, kau tak perlu bekerja seperti ini lagi. Kau bisa meninggalkan semuanya dan tetap disisiku saja, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu. Apakah tidak bisa seperti itu saja? Kalau kau mau bekerja bisa di kantor saja bersamaku, kau bisa menjadi sekretarisku supaya kau tak perlu meninggalkanku seperti ini,” kata Thomas untuk kesekian kalinya membuat Arletta membuka matanya dan menghela napasnya panjang. Dengan perlahan Arletta menjaga jarak dengan melepaskan diri dari pelukan Thomas.
“Kita sudah pernah membahasnya, aku pikir kau akan mengerti tapi ternyata tidak,” kata Arletta sambil menatap langit-langit kamar milik Thomas. Pria itu memilih untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.
“Apa alasannya? Kau tak bisa memberikan alasan yang jelas padaku, kenapa kau masih belum mau menikah denganku? Apakah tiga tahun bersama tak cukup bagimu untuk kita saling mengenal? Apa yang kau butuhkan supaya kau bisa yakin untuk menikah denganku?” tanya Thomas dengan menatap Arletta lekat.
“Aku sudah mengatakannya, aku belum siap untuk menikah. Kau pikir menikah itu mudah? Tak cukupkah dengan seperti ini saja? Kenapa harus menikah? Kalau memang harus menikah tak bisakah kau menungguku sampai aku siap untuk itu?” tanya Arletta dengan nada yang tak bersahabat. Wanita itu memilih ikut duduk dan melipat tangannya di depan d**a, Arletta sudah sangat kesal dengan Thomas. Wanita itu berharap bisa senang dan beristirahat saat bertemu dengan Thomas bukan bertengkar seperti ini.
“Tapi sampai kapan aku harus menunggu? Apa kau tak bisa memberitahuku apa yang sebenarnya kau inginkan sampai akhirnya kau siap menikah? Apa kau tak mencintaiku? Apakah itu tak cukup?” tanya Thomas lagi membuat Arletta menghela napas panjang.
“Kau meragukan perasaanku?” tanya Arletta balik membuat Thomas mengusap wajahnya.
“Aku tak tahu, sepertinya hanya aku yang berjuang dihubungan ini. Aku selalu saja berusaha dan menunjukkan perasaanku padamu, tapi kau selalu saja menghindar saat aku membahas hal ini,” kata Thomas dengan pelan. Arletta yang mendengarnya langsung saja turun dari tempat tidur dan memakai kembali pakaiannya. “Kau mau kemana?” tanya Thomas bingung.
“Pulang, untuk apa aku di sini? Bukankah kau yang selalu berjuang? Kau meragukan perasaanku bukan?” sindir Arletta membuat Thomas sedikit panik. Pria itu menghampiri Arletta dan ingin menghentikan Arletta yang sedang memakai baju itu namun Arletta menghindar.
“Aku minta maaf, jangan seperti ini Honey. Aku han—“
“Aku tak akan di sini sekarang jika aku memang tak berjuang untuk hubungan kita. Aku sangat lelah, satu minggu aku bekerja dan baru saja pulang. Kau mengatakan sangat merindukanku, tadinya aku mau pulang ke rumah dan beristirahat karena keinginanmu aku menanggalkan semuanya dan langsung ke tempatmu. Aku berharap akan senang bertemu denganmu dan mendapat penghiburan tapi ternyata aku salah. Kau membuat semuanya menjadi rumit dan kau membuatku sangat kesal. Jadi jangan menghalangiku lagi, aku sangat butuh waktu sendiri saat ini. Mungkin aku juga butuh waktu untuk memikirkan ulang tentang hubungan kita, apakah aku salah?” tanya Arletta membuat Thomas terkejut.
“Apa maksudmu? Kau ingin mengakhiri hubungan kita?” tanya Thomas dengan rahang yang mengeras.
“Mungkin itu jalan terbaik untuk kita?” tanya Arletta dengan tak yakin.
“Apa yang sedang kau katakan? Aku tak mau kita mengakhirinya, aku sangat mencintaimu!” Arletta tak mendengar apa yang dikatakan oleh Thomas, wanita itu menarik kopernya dan pergi dari sana namun Thomas kembali menahannya. “Jangan pergi, tak bisakah kita menyelesaikannya? Tak bisakah kau menginap di sini malam ini?” tanya Thomas membuat Arletta menarik tangannya dengan paksa.
“Jangan menahanku Thomas atau aku akan semakin marah padamu, kau ingin menyesalinya nanti?” ancam Arletta membuat Thomas akhirnya terdiam. Setelah mengatakan itu Arletta melanjutkan perjalanannya untuk pergi dari sana. Sedangkan Thomas hanya bisa menghela napasnya panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar.
“Arghhhh!” teriak pria itu dengan keras saat mendengar Arletta sudah keluar dari apartementnya. Arletta memilih untuk kembali ke apartementnya dan menenangkan diri di sana.
***
“Kau akan pergi berapa lama?” tanya Greesa pada suaminya Ibra Mark Goddard yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sedangkan wanita itu sedang memasukkan barang milik pria itu.
“Tiga hari, kau ingin menitip sesuatu?” tanya Ibra sambil memeluk istrinya itu dari belakang membuat Greesa tertawa lalu menggelengkan kepalanya.
“Aku hanya ingin kau pulang dengan selamat, itu sudah cukup untukku apakah bisa?” tanya Greesa membuat Ibra menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium leher jenjang milik istrinya itu menggoda wanita itu. “Jangan seperti ini, kau akan terlambat nanti,” kata Greesa berusaha menolak walaupun ia sudah tergoda dengan perbuatan suaminya itu.
“Kau akan sangat merindukan sentuhan ini, aku akan pergi apa kau tak mau melakukannya sebelum aku pergi?” tanya Ibra masih dengan menggoda.
“Tidak, karena aku tak mau membuatmu terlambat. Aku akan menunggumu pulang, aku akan bersabar selama tiga hari ini. Aku harap kau bisa langsung pulang dan menemuiku, aku janji akan memberikan hadiah untukmu,” kata Greesa sambil mengedipkan matanya menggoda Ibra membuat pria itu tertawa.
“Aku jadi tak sabar hadiah apa yang kau maksud, aku jadi penasaran. Apa kau tak bisa memberikannya sekarang?” tanya Ibra lagi berusaha menggoda.
“Tidak! Kau harus menunggunya sampai kau pulang, lebih baik kau segera memakai pakaianmu. Sebentar lagi supir akan menjemputmu,” kata Greesa sambil melepaskan pelukannya dari Ibra. Namun sebelum Greesa terlepas dari sisinya, Ibra mencuri ciuman dibibir wanita itu sehingga membuat Greesa tersenyum. Setelah itu barulah Ibra memakai pakaiannya dan Greesa melanjutkan kegiatannya untuk memasukkan pakaian milik Ibra ke dalam koper.
Sebelum pergi Ibra kembali memeluk dan mencium istrinya yang mengantarnya sampai di depan rumah mereka itu. Keduanya seperti tak ingin berpisah, namun Ibra harus tetap pergi untuk bekerja. Pria itu memeluk pinggang istrinya dengan erat sebelum pergi dan menatapnya dengan lekat.
“Jaga dirimu selama aku pergi,” ucap Ibra sebagai pesan untuk sang istri.
“Kau juga, jaga kesehatan. Selamat bekerja di tempat yang baru, aku berharap kau nyaman bekerja di sana. Aku mengandalkanmu,” kata Greesa dengan tersenyum senang.
“Terima kasih, aku akan menghubungimu nanti. Aku pergi,” pamit Ibra. Pria itu langsung saja masuk ke dalam mobil yang menjemputnya, Greesa menunggu sampai mobil yang membawa suaminya itu tak terlihat dari pandangannya. Setelah itu Greesa kembali masuk ke dalam rumahnya.
***
“Bukankah seharusnya kau libur? Bukankah dua hari yang lalu kau baru pulang?” tanya Sofia Ball, sahabat dari Arletta.
“Ya, aku minta pergantian jadwal. Aku sedang tak ingin libur, kebetulan ada yang minta izin jadi aku menggantikannya,” jawab Arletta sambil memakai sepatunya.
“Apa kau sedang bertengkar dengan Thomas?” tanya Sofia yang sangat paham akan hal itu.
“Mungkin,” jawab Arletta seperti tak yakin. Wanita itu tak tahu apakah mereka sedang bertengkar atau ia yang sedang marah pada Thomas saat ini.
“Kenapa? Apa yang membuat kalian bertengkar?” tanya Sofia penasaran.
“Masih dengan permasalahan yang sama, dia terus saja membahas tentang pernikahan,” jawab Arletta sambil mengambil barangnya dari dalam loker.
“Bukankah seharusnya kau senang? Aku pikir setiap wanita akan bahagia saat sang kekasih mengajaknya untuk menikah, apa kurangnya Thomas? Hidupmu akan bahagia, semua orang sangat ingin bisa menikah dengan pria seperti Thomas. Dia sangat baik dan tampan, dia juga sangat kaya. Aku yakin kau tak akan khawatir untuk keturunanmu nanti kalau kau menikah dengannya, kau juga tak perlu bekerja seperti ini apakah aku salah?” tanya Sofia membuat Arletta kesal dan menutup pintu lokernya dengan keras.
“Apa kita harus membahas ini? Aku sangat tak suka dengan pembahasan ini, kau jelas tahu aku tak menginginkan itu semua. Apa kau juga masih tak paham Sofia?” tanya Arletta dengan kesal membuat wanita itu terdiam.
“Maafkan aku,” kata Sofia Ball dengan pelan. “Aku tak akan membahasnya lagi,” lanjut wanita itu membuat Arletta menghela napasnya panjang.
“Maaf kalau aku terlalu kasar, aku benar-benar tak ingin membahasnya. Aku memilih bekerja supaya aku juga tak mengingat hal itu, apa kau bisa untuk tidak membahasnya?” tanya Arletta lagi kali ini dengan nada yang lebih tenang dari sebelumnya.
“Ya, aku tak akan membahasnya. Maafkan aku. Oh ya apa kau sudah tahu bahwa hari ini akan ada pilot baru bergabung dengan kita? Dia yang akan membawa kita hari ini,” kata Sofia sengaja mengalihkan.
“Aku tidak tahu, aku baru diberitahu tentang jadwal penerbangan ini malam ini. Apakah dia memang pilot baru? Maksudku dia benar-benar baru bekerja?” tanya Arletta memperjelas pertanyaannya.
“Sepertinya tidak, aku mendengarnya dia berhenti di masakapai sebelumnya dan baru bergabung dengan kita. Dia sangat tampan, aku melihat fotonya tadi. Tapi dia sudah menikah, sayang sekali,” kata Sofia dengan lesu membuat Arletta tertawa.
“Jika dia belum menikah apakah kau mau mendekatinya?” tanya Arletta sambil berjalan keluar dengan membawa kopernya begitu juga dengan Sofia.
“Sepertinya iya, kau harus lihat dia sangat tampan! Aku saja bisa langsung jatuh hati pada foto pertama,” kata Sofia dengan semangat membuat Arletta tertawa.
“Aku jadi penasaran seperti apa pilot barunya, mungkin kau bisa menggodanya? Tak masalah kalau hanya menggoda sekali, tapi jangan sampai ketahuan,” kata Arletta sambil tertawa membuat Sofia juga ikut tertawa.
“Sepertinya itu ide yang bagus, mungkin aku akan mencobanya. Bukankah itu hal yang biasa? Aku akan memakai caranya, tapi kau tak boleh melakukannya. Kau sudah punya Thomas, jadi kau harus setia padanya. Jangan mencoba menggoda pilot lain, walaupun mereka sangat menginginkanmu. Tapi mereka lebih takut kehilangan pekerjaan, mendekatimu itu sungguh sangat berbahaya. Bagaimana tidak, pacaran dengan pemilik maskapai sungguh mengerikan,” kata Sofia membuat Arletta tertawa dengan keras.
“Apakah semenakutkan itu? Aku jadi ingin mencobanya bagaimana jika berdekatan dengan pilot dan pramugara lain? Apakah akan terasa berbeda?” tanya Arletta penasaran.
“Jangan gila, mereka jelas takut melakukannya bersamamu. Aku tahu hubungan rahasia itu pasti menantang, tapi aku pikir kau tak akan cukup berani melakukannya. Bagaimana kalau Thomas tahu?” tanya Sofia membuat Arletta tertawa.
“Jangan sampai ketahuan, harus bermain aman mungkin?” goda Arletta sambil mengedipkan matanya membuat Sofia tertawa.
“Itu baik, tapi tetap saja kalau itu aku pasti sangat menakutkan.” Arletta tertawa mendengar hal itu namun wanita itu jadi mulai memikirkannya. “Mereka sudah berkumpul, kita harus kesana sekarang!” pekik Sofia saat melihat rekannya sudah berkumpul dan mereka masih berjalan dengan santai.
Keduanya berjalan dengan cepat supaya bisa bergabung dengan yang lainnya untuk melakukan pengarahan. Namun saat Arletta sampai di sana, pandangannya jatuh pada pria yang juga menatapnya sama terkejutnya. Pandangan mereka bertemu dan terbelak kaget, tangan Arletta seketika mengepal dengan keras saat melihat pria yang berada dihadapannya itu.
“Kayaknya itu pilot barunya,” bisik Sofia ditelinga Arletta. Wanita itu sudah tahu bahwa pria yang ada dihadapannya ini benar-benar pilot baru. Namun bagi Arletta pria itu bukanlah orang baru untuknya.