Bab.4 Marcello dan sifat pembangkangannya

913 Kata
  *Happy Reading dan semoga suka*   Bab-3   ###   Tok tok tok!   tok tok tok!   Seorang wanita dengan kisaran usia 48 tahun dengan penampilan yang terlihat elegan dan mewah tampak sibuk mengetuk pintu kamar putra semata wayangnya. Raut kekesalan terpancar begitu jelas diwajahnya yang anggun.   "Marcello, bangun Marcello! Ini sudah sangat siang!" ucapnya yang tak ada tanggapan sama sekali dari seseorang di dalam sana. Ia pun menghela nafas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan. Hampir setiap pagi ia harus seperti ini, membangunkan putra semata wayangnya yang selalu bertingkah seenaknya. Menguji kesabarannya setiap waktu.   "Marcel, mama akan menunggumu di ruang makan. Kita sarapan sama-sama. Oke?" Wanita yang di kenal dengan nama Della itu akhirnya memutuskan untuk pergi dan menunggu putranya di meja makan saja. Ia pun gegas turun ke lantai bawah dengan perasaan sedikit kecewa lantaran Marcello selalu bersikap seperti ini kepadanya.   Sedangkan di dalam kamar Marcello sedikitpun tidak terusik dengan suara ibunya. Ia malah asyik bergelung dengan selimut sesekali menggeliat kesana kemari di peraduan empuknya. Sebetulnya Marcello sudah bangun sejak tadi. Namun, Marcello memilih tak menanggapi panggilan sang ibu yang setiap pagi meneriakinya di jam yang sama.   Bola matanya tampak bergerak-gerak di balik kelopak mata yang tertutup. Cahaya matahari yang menembus jendela kamarnya bahkan tak di hiraukan sama sekali. Ruangan tidur yang di dominan berwarna abu-abu tersebut juga terlihat begitu hangat lantaran terisi dengan sinar mentari.   'Marcel cepatlah turun! Apa kau tidak akan berangkat kuliah?' Suara sang ibu kembali terdengar dari bawah sana.   Sontak membuat mata anak laki-lakinya terbuka dengan lebar lalu menyibakkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya yang bertelanjang d**a. Membuang nafasnya dengan kasar Marcello lantas gegas bangkit dari tidurnya.   "Ck!" Berdecak kesal sambil menatap lurus ke arah pintu yang tertutup. Hangatnya cahaya matahari langsung menyentuh kulit Marcel.   Kemudian dengan malas ia pun memilih untuk segera bangun dan langsung menuju ke kamar mandi.   Marcello menyelesaikan ritual mandinya dengan cepat. Ia juga segera berganti baju. Memilih mengenakan pakaian casual seperti biasanya. Hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih polos dan di lapisi dengan kemeja kotak-kotak berwarna hitam. Sedang untuk bawahan, Marcello memilih memakai jeans panjang.   Beberapa menit kemudian Marcell pun turun ke lantai bawah setelah memastikan penampilannya. Ia bisa melihat sang ibu yang sudah sejak tadi duduk dengan perasaan kesal, menunggunya yang tak kunjung datang.   Dengan gerakan sedikit kasar Marcello menarik kursi lalu mendaratkan tubuhnya di sana tanpa sedikit pun menyapa Della. Ia menyambar segelas s**u hangat yang ada di meja lalu meminumnya sampai isinya berkurang menjadi setengah. Diletakkannya kembali gelas tersebut kemudian Marcello mengambil sepotong sandwich lalu menggigitnya.   Della yang menyaksikan semua tingkah Marcello hanya bisa menghela nafas sambil menggelengkan kepala. Ia sudah biasa mendapat sikap seperti itu dari putra semata wayangnya.   "Morning," Adel memilih untuk mengalah. Menyapa sang putra seraya meminum teh hangat miliknya, kendati tak ada balasan dari putranya tersebut. Marcello hanya meliriknya sekilas sambil asyik mengunyah sandwich yang ada di dalam mulutnya.   Deheman samar terdengar dari mulut Della. Ia terlihat ingin menyampaikan sesuatu kepada putra kesayangannya itu.   "Siang ini kau harus menemui guru les baru. Mama sudah mencarikan yang terbaik untukmu. Jadi, mama harap kerja samanya," Della menjeda sejenak ucapannya, "Kali ini kau harus mau dibimbing oleh guru itu. Jangan sampai kau mengecewakan mama dan kakekmu lagi. Kau harus ingat jika kita ini dari keluarga terpandang. Sebentar lagi kau juga memasuki semester akhir. Mama hanya ingin melihat kau lulus dengan nilai terbaik dan bisa meneruskan perusahaan kakekmu. Itu saja." pungkasnya dengan tegas. Dari nada bicaranya terdengar begitu otoriter dan sedikit menekan.   Della selalu berharap Marcello bisa lulus dengan nilai terbaik dan bisa meneruskan bisnis-bisnis keluarganya. Tanpa ia sadari jika Marcello tidak terlalu berminat akan hal itu.   Mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari mulut sang mama sontak Marcello melempar tatapan jengah ke arah wanita yang sudah melahirkannya. Lagi-lagi Marcello harus menuruti keinginan dari sang Mama.   "Marcello," panggil Della.   Marcello memutar bola matanya malas. "Marcel dengar, Ma. Marcel juga tidak pernah lupa dengan semua yang Mama katakan. Mama tidak perlu khawatir! Dan, ya, harusnya Mama tidak perlu repot-repot mencarikan Marcel guru les lagi. Marcel yakin dengan kemampuan Marcel. Tidak seperti Mama yang tidak pernah yakin dengan putra sendiri." Tukasnya tegas lalu meninggalkan Della begitu saja yang tampak begitu syok setelah mendengar penuturan sang anak.   Netra Della menatap nanar punggung Marcello yang perlahan menjauh dan menghilang di balik pintu.   "Anak itu. Kenapa dia sangat keras kepala dan tidak mau menuruti. Padahal aku hanya ingin memberi yang terbaik," gumam Della dengan perasaan kecewa. Marcello kecil sudah berubah menjadi anak yang pembangkang.   Sebagai orang tua tunggal Della hanya ingin memberikan yang terbaik kepada Marcello. Namun, tanpa ia sadari jika cara yang ia tempuh itu sangatlah salah. Mungkin karena perceraiannya dengan sang suami sepuluh tahun yang lalu. Membuat Marcello tumbuh menjadi anak broken home.   Andai saja suaminya tidak berselingkuh dan memilih hidup bersama selingkuhannya. Marcello tidak akan pernah menjadi seperti sekarang ini. Perceraian orang tua membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan Marcello.   Tak hanya Marcello, Della pun hingga saat ini enggan menikah lagi lantaran masih trauma dengan kehidupan rumah tangganya di masa lalu. Memilih hidup dan membesarkan Marcello sendiri tanpa didampingi sang suami.   Beruntung Della masih memiliki ayah yang selalu mendukungnya. Selain kaya, ayah Della yaitu kakek dari Marcello merupakan pengusaha yang sangat terkenal dan sukses. Beliau lah yang menjadi sumber kekuatan Della untuk bertahan sampai sejauh ini.   "Mau tidak mau kau harus menurut, Marcel. Mama ingin kau cepat lulus, maka dari itu mama mencarikan mu guru pembimbing yang terbaik." gumam Della, "Aku tidak ingin dia seperti mantan suamiku yang b******k itu." tambahnya lagi dengan sorot mata kebencian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN