12. Tekanan Orang Tua Grize

1281 Kata
“Dave, kau ....” Mulut Grize terbuka, tetapi dia tidak mampu meneruskan kalimatnya. Dia menatap Dave dengan sorot mata yang rumit. Ada keterkejutan, amarah dan juga kekecewaan. Ternyata Dave tidak bisa diandalkan sama sekali. Pasti ayahnya akan segera menyelesaikan ini dan perjodohan konyol itu mungkin akan benar-benar terjadi. Grize benar-benar ingin meninju wajah Dave sekarang. Kenapa pria itu harus membeberkan kebenarannya?! “Jika kau tahu, lalu kenapa kau masih mau datang ke sini?” tanya Heri pada Dave. Seharusnya jika seseorang tahu bahwa keberadaannya hanya untuk dimanfaatkan orang lain, maka mereka jangan mau menerimanya. Namun, Dave ini berbeda. Grize menghela napas panjang. Rasanya benar-benar ingin mengutuk. Dia sudah berusaha menyenangkan Dave dengan cara menyelamatkannya dari kejaran wanita-wanita lain. Namun, pria itu malah membalasnya dengan cara seperti ini?! Tujuan Grize membawa Dave pulang adalah untuk membatalkan perjodohannya. Bukan untuk membongkar kepura-puraan ini! Tamat sudah riwayatnya. Grize hanya bisa meratapi nasib sialnya. ‘Awas saja kau, Dave! Aku pasti akan membalasmu!’ Dengan raut kesal, Grize menatap ke depan dan melepaskan diri dari Dave. Sepertinya tidak perlu lagi dia melanjutkan kepura-puraannya. Lebih baik dia mengakhiri semuanya sekarang. “Ayah, sebenarnya kami memang tidak—” “Ssstt!” Dave tiba-tiba mengacungkan jari telunjuk untuk menghentikan apa yang akan dikatakan oleh Grize. Tindakannya benar-benar aneh. Kemudian Dave beralih menatap Heri. “Aku menyukainya. Yeah, meskipun baru beberapa hari bertemu,” ucap Dave yang kemungkinan hanya sebuah tipuan semata. “Jadi, kau menyukai Grize dan mau melakukan apa saja yang Grize minta? Termasuk jadi pacar pura-pura seperti sekarang?” Heri bertanya dengan mata menyipit. Dia ingin mengetahui apakah Dave benar-benar serius atau tidak. “Ya, bisa dibilang begitu.” Dave mengangguk dengan tenang. Seolah apa yang dia katakan memang benar adanya. “Uhuk!” Grize tersedak ludahnya sendiri.Dia segera menatap pria di sebelahnya dengan ekspresi tidak percaya. Dia benar-benar tidak menyangka, ternyata Dave akan mengatakan hal seperti itu pada ayahnya. Bahkan, gerak-geriknya terlihat sangat natural. Bukankah ini berarti bahwa Dave sangat mahir berakting? “Kenapa? Apa kau merasa tersentuh?” tanya Dave dengan cukup dalam. Grize langsung memalingkan wajah. Tersentuh apanya?! Pria itu sungguh menjungkirbalikkan emosinya. Beruntung dia bisa menahan diri. Jika tidak, mungkin dia sudah memaki sejak lama. “Hahaha.” Tawa Heri tiba-tiba meledak, membuat Grize cukup tercengang. Kenapa ayahnya malah tertawa? Heri menatap Dave dengan semangat yang tinggi. “Bagus, bagus. Grize pasti beruntung bertemu pria sepertimu.” Dave tersenyum tipis. Sedangkan Grize hanya bisa tersenyum masam. Beruntung bertemu dengan Dave? Dia tidak bisa mengatakan apakah ini keberuntungan atau justru kesialan. Saat itu, Naya akhirnya datang dari dapur dengan membawa minuman dan beberapa cemilan. Dia meletakkan di atas meja lalu tersenyum pada Dave. “Ah, siapa namamu, Nak?” “Dave. Namanya Dave.” Kali ini Grize yang menjawab. “Haiz, sudah kuduga, pasti Dave ini memang bisa diandalkan,” ucap Naya dengan senang. “Jadi Ibu diam-diam mendengar pembicaraan kami?” tanya Grize dengan mata menyipit. “Apa? Tentu saja tidak. Pendengaran ibu kan tajam,” balas Naya yang tidak mau mengakuinya. Padahal apa yang dikatakan Grize memang benar. Dia ingin tahu apa yang dibicarakan mereka. Jadi, dia menguping dari balik tembok. Grize mengerutkan bibirnya, sama sekali tidak percaya dengan ucapan Naya. Sikap ibunya itu memang sudah tidak asing baginya. “Grize, ayo, bantu ibu sebentar di belakang,” ajak Naya sambil berjalan ke arah dapur. Dengan sedikit enggan Grize pun berdiri. Sebelum benar-benar pergi, dia membungkukkan tubuhnya lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Dave. “Jangan bicara sesuatu yang konyol,” desisnya. Dave hanya menatapnya dengan senyum tipis. Sangat tipis dan samar, tetapi Grize tetap melihatnya. Dan ... dia tidak peduli. Dengan malas Grize melanjutkan langkah menyusul ibunya. Setelah tiba di dapur, tiba-tiba ibunya menarik tangannya hingga tiba di dapur. “Ke sini, ke sini,” desak wanita paruh baya itu. Grize mengerutkan kening dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman. Pasti setelah ini ibunya akan berbicara panjang kali lebar yang bahkan keluar dari tema. Benar saja. “Grize, dengarkan ibu.” Naya menarik napasnya dalam-dalam. Setelah itu dia menatap Grize dengan serius. “Dave pasti pria yang dingin di luar tapi hangat di dalam. Pria seperti itu biasanya akan sulit ditaklukkan tapi sekali takluk mereka akan berubah menjadi pria terbaik di dunia. Populasi pria seperti itu hanya ada sekitar 30% dari karakteristik pria di seluruh dunia. Apa kau paham?” Grize berdecak kagum. Dia menepuk kedua telapak tangannya dengan pelan. “Hebat. Kemampuan Ibu sudah meningkat. Apa sekarang Ibu sudah memiliki teman gosip lagi?” Naya terkekeh. “Kau tahu? Ibu memang memiliki tambahan teman gosip selama beberapa hari ini,” ucap Naya dengan bangga. Kemudian dia mendengkus dan memelototi Grize. “Ibu sedang bicara serius sekarang! Jangan mengalihkan pembicaraan!” Grize menghela napas panjang. Kemudian dia berjalan ke arah lain. Di samping dapurnya terdapat kolam persegi yang tidak begitu besar. Isinya tidak banyak, hanya beberapa ekor ikan koi yang sangat cantik. “Lihat aja nanti, Bu,” ucap Grize sambil menatap ikan berwarna oranye yang bergerak lincah di dalam air. “Ibu tidak mau kau bermain-main terus. Kau sendiri yang bilang jika kau sudah dewasa. Kalau begitu bukankah seharusnya kau serius dalam hubungan asmara?” “Bukankah Ibu sudah mendengar apa yang Dave katakan? Kami baru mengenal beberapa hari. Grize juga tahu, Dave tidak sebaik yang Ibu kira. Aku harap Ibu tidak menaruh harapan tinggi padanya.” “Lalu? Atau mungkin kau lebih suka menikah dengan pria pilihan ayahmu?” Grize langsung menggelengkan kepala dengan cepat. Kenapa ibunya terlihat menyebalkan sekali hari ini? “Bukan. Maksudnya ..., maksudnya aku ingin melihat terlebih dahulu apakah Dave benar-benar serius atau tidak,” balas Grize. Dia menganggukkan kepala beberapa kali untuk meyakinkan ibunya. “Hmm.” Naya mempertimbangkan sambil menatap Grize teliti. Pada akhirnya dia mengangguk. “Tapi ibu tidak mau mendengar sikap gatalmu itu lagi. Awas saja kau ....” “Oke.” Grize buru-buru mengangguk. “Kalau begitu, ayo kembali ke depan. Grize juga tidak bisa berlama-lama di sini.” “Kau tidak akan menginap di sini?” tanya Naya. “Padahal kau sudah lama tidak pulang.” “Emm. Mungkin Minggu depan, Bu. Grize akan atur waktunya. Lagi pula Grize tidak membawa mobil sendiri.” “Kalau begitu menginaplah bersama Dave. Ini sudah malam, Grize.” Grize memelotot tidak percaya. Apa-apaan ini? Bagaimana ibunya bisa merekomendasikan Dave untuk menginap? Ya Tuhan, bahkan jika ibunya menyukai Dave bukan berarti pria itu harus menginap di sini. Hubungan mereka ini cuma sandiwara, oke? “Ibu, jangan bercanda,” tolak Grize. “Ibu sama sekali tidak bercanda, Grize. Besok hari Minggu jadi kalian tidak berangkat bekerja, kan?” Grize menatap ibunya dengan serius. “Tidak bisa, Bu. Grize harus kembali ke apartemen. Oke. Minggu depan pasti Grize pulang dan menginap. Tapi bukan sekarang.” Akhirnya Naya menyerah membujuk Grize. Mereka pun kembali ke ruang tamu dan menemui dua pria yang sedang saling berbicara. Grize bisa melihat Heri yang menyukai Dave. Pria tua itu berbicara dengan sangat bersemangat. Sayang sekali, ini tidak akan bertahan lama. Karena setelah mereka meninggalkan rumah ini, kesepakatan itu tidak akan berlaku lagi, pikir Grize. Namun, pikiran itu langsung runtuh ketika ibunya tiba-tiba berkata, “Jika akhir pekan nanti pulang, jangan lupa ajak Dave ke sini juga. Jika tidak, maka ibu tidak akan pernah mengizinkanmu masuk ke rumah lagi!” “Dan ... jangan kau pikir perjodohan itu akan berakhir hanya karena kau membawa Dave ke sini,” imbuh Heri. Eskpresi wajah Grize berubah menjadi kaku. “Kalau begitu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin dijodohkan, Ayah ....” Grize merengek frustrasi. “Sebelum aku melihatmu menikah, perjodohan itu masih bisa dilakukan kapan saja.” Grize menggigit bibirnya penuh keresahan. Ini sama saja dia sedang dipaksa untuk menikah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN