Ayo kita keluar, Baby," kata Kak Dewa setelah aku salat magrib. Ia mengenakan tank top hitam garis-garis dengan bawahan jins yang sobek di beberapa bagian, paha, lutut, dan bawah lutut. Rambut sebahunya ia ikat belakang dan kaca mata hitam gelap bertengger di kepalanya. Dengan sebelah tindik di telinga kiri yang sesekali mengerlip terbiad lampu, membuatnya jadi seperti preman pasar. Aku menggelengkan kepala melihat penampilannya. Kak Dewa mengerling. "Kenapa, Baby? Memandangku berlama-lama seperti itu ...." Ia menelengkan kepalanya, lalu senyum lebar merebak di bibirnya. "Apa kamu baru menyadari bahwa suamimu ini amat tampan?" Kembali ia mengerling menggoda. Ya ampun, pede banget. Kulepas mukena lalu melipatnya perlahan. Ia membuntuti langkahku. "Kak Dewa nggak sgalat dulu?" Ia tertegun