Daniel melangkahkan kakinya dengan kasar meninggalkan rumah neneknya. Ia urung menemui sang ayah karena ia sudah terlanjur sakit hati atas perlakuan dan ucapan sang nenek. Seorang nenek yang harusnya mengayomi dan mengajarkan kebaikan, ini malah terang-terangan menghina ibunya di depan wajahnya. Daniel melajukan motornya meninggalkan Pariaman. Ia berniat menemui Yumna. Tidak ada satu pun yang peduli dengan gadis itu, pun dirinya selama ini. Namun kali ini batin Danel memberontak. Ia merasa punya tanggung jawab terhadap adiknya itu. “Ada yang bisa dibantu, Bang?” sapa seorang pria. Setiap hari Minggu, Yumna dan Meta diberikan kesempatan libur dan ada staf laki-laki yang lain yang menggantikan pekerjaan Yumna dan Meta. “Yumna ada?” tanya Daniel sesampainya di kantor ekspedisi tempat Yumna