Kota Padang, kediaman Adrian. Adrian baru saja melangkahkan kakinya masuk ke teras rumahnya. Ia sangat lega sekaligus berdebar. Lega karena ia sudah menemukan Yumna dan memastikan kalau keadaan Yumna baik-baik saja. Namun ia juga berdebar karena takut kalau-kalau sang ibu tidak mau menerima keadaan Yumna apa adanya. “Assalamu’alaikum …,” ucap Adrian, ramah. “Wa’alaikumussalam … Masyaa Allah, Rian, kamu sudah pulang?” Epi menyambut kedatangan putranya dengan wajah merona. “Ini, Rian bawain mama oleh-oleh. Adrian belikan mama galamai, ripik balado dan karak kaliang. Mama suka semua ini’kan?” tanya Adrian seraya memberikan sebuah kantong belanjaan pada sang ibu. “Masyaa Allah, banyak sekali, Nak. Tapi bukan ini yang terpenting bagi mama. Mama itu butuh kabar tentang Yumna. Bagaimana, kam