Aron terbangun dari tidurnya, dia melihat ke samping sambil tersenyum lebar.
Ternyata begini rasanya melakukan hubungan seks, pria itu memegang perutnya yang berbunyi.
" Aku harus membeli sarapan dulu.." gumamnya sambil memakai celananya.
Aron keluar dari mobil, sebenarnya wilayah itu masih termasuk wilayah Daddynya, karena itu Aron tak takut berada disana, sekalipun tidur semalaman disana.
Pria itu melangkah meninggalkan Jessica, dia tahu wanita itu lelah setelah kegiatan mereka tadi malam.
Aron masih tak berhenti tersenyum sejak tadi, dia benar benar bahagia.. bahagia tentu saja karena wanita yang tak di kenalinya itu.
" Apa yang kau lihat?" Tanya Aron pada seorang pria yang memperhatikannya dengan aneh.
" Tuan baru habis apa?"
" Sebagai sesama dewasa, aku rasa kau tidak perlu bertanya seperti itu, sok polos.."
" Baik tuan... Maaf ya.."
" Burger, Coca cola dan air ok putih dua botol.." kata Aron sambil mengeluarkan dompet dalam saku celananya.
Pria itu memperhatikan dompet Aron, dan pandangan matanya tak lepas dari identitas dalam dompet pria itu.
Aron yang sebenarnya menyadari hanya diam,
Dia memang ada dua dompet, satu lagi dia tinggalkan dalam mobil.
" Terima kasih.." Aron yang hanya memakai celana panjang tanpa baju meninggalkan warung itu.
Dia kembali ke mobil, sekarang pasti wanita itu sudah tak mabuk lagi.
Aron akan menanyakan lagi nama wanita itu, kalau sampai wanita itu hamil, dia akan tanggungjawab.
Dia membuka mobil dengan senyuman lebar, namun senyuman itu hilang ketika dia tak menemukan wanita itu disana.
" Mana dia?" Gumamnya.
Aron terus melihat sekitar, tapi tak menemukan wanita itu, apa dia sudah lama pergi?
" Sial! Aku tidak tahu nama dia lagi.." gerutu Aron, dia mengotak ngatik keyboard ponselnya.
" Hello, apa kalian melihat ada wanita yang baru lewat disana.."
" Tidak ada, tuan.."
Aron terus mematikan talian, dia menghela nafas panjang.
Kenapa wanita itu pergi tidak memberitahunya?
***
Jessica sampai dirumahnya, seperti biasa dia paling muak melihat kebahagiaan Daddy dan istri barunya itu.
Wanita itu terus melangkah ke kamar, dia menutup pintu sedikit keras karena kesal.
Dia duduk di hujung ranjang, fikirannya terus tertuju pada pria itu .. Aron?
" Jadi benar dia adalah mafia.." gumam wanita itu pelan. " Aku tidak menyangka sebenarnya.."
Dia sempat membuka dompet Aron dan melihat identitas pria itu di dalam dompet.
" Jes.."
Jessica terperanjat kaget, ketika tiba tiba Daddynya masuk ke dalam kamarnya.
" Ada apa?" Tanya Jessica dengan ketus.
" Kamu dari mana saja, tidak pulang semalaman.."
" Aku rasa itu bukan urusan Daddy lagi, urus saja istri baru Daddy.."
Pria itu menggeram, detik kemudian satu tamparan hebat mendarat di pipi Jessica.
" Biar bagaimanapun dia adalah ibu kamu.."
Jessica memandang tajam pada Daddynya sambil memegang pipinya.
" Ibu yang tidak aku inginkan.." jawab wanita itu dengan bibir bergetar. " Aku tidak mau dia menjadi ibuku.."
" Jes.." pria paruh baya itu seakan sadar apa yang dia lakukan, dia telah membuat anak gadisnya kecewa.
" Daddy menikah dengannya bahkan tanpa meminta persetujuan dari aku.."
Pria paruh baya itu masih terdiam, mungkin memang salahnya menikah dengan wanita lain tanpa sepengetuan anaknya.
" Daddy fikir bagaimana perasaanku setelah mengetahuinya.."
" Sudahlah... Yang sudah berlalu, biarkan saja.. yang terpenting sekarang kita memulakan hidup baru.."
" Memulakan hidup baru?" Jessica tersenyum sinis. " Daddy saja yang memulakan hidup baru dengannya.. aku tidak mau.."
" Jes.."
" Sebaiknya Daddy keluar dari kamarku.. aku tidak mau mendengar apapun tentang wanita itu, bukannya Daddy menikah dengannya tanpa sepengetuanku? Sekarang mulakan saja hidup baru dengannya tanpa melibatkan aku.."
***
Setelah satu bulan berlalu.. Aron mengurut pelipisnya karena masih tak menemukan keberadaan wanita itu.
" Sial! Seharusnya aku tahu nama gadis itu .." gerutunya.
" Tuan.." asisten Aron masuk ke dalam ruang kerja bosnya. " Ada berita baik.."
" Benarkah? Apakah wanita itu sudah di temukan.."
" Belum tuan.. Tapi nyonya Natalie sudah mengirim penjaga baru untuk tuan.."
Aron yang sempat senang kembali mengeluh.
" Kamu boleh keluar.."
" Baik tuan.."
" Sebenarnya apa yang membuat wanita itu pergi begitu saja.." Aron menggigit jarinya sendiri.
Semantara itu Jessica masih belum bangun meskipun sudah mau sore.
Dia merasa tak sehat dan dan kepalanya terasa sangat sakit.
" Jes.." seorang gadis seumuran dengan Jessica masuk ke dalam kamar itu. " Daddy memanggil kamu untuk minum petang.." Gadis menyentuh kaki Jessica.
" Pergi sialan!"
" Argh!" Gadis itu terpelanting akibat dari tendangan itu.
" Jes.. aku ingin berbaik dengan kamu, sudah satu bulan aku disini tapi kita masih belum sempat bicara berdua.." dia berusaha memamerkan senyuman lebarnya.
" Kita bisa menjadi— Argh!"
Jessica menarik rambut gadis itu lalu di tampar dengan kuat. " Pergi kamu dari sini.. kamu fikir aku sudi berbaik denganmu.."
" Jes aku hanya.—"
" Keluar!" Teriak Jessica, dia memandang saudara tirinya itu dengan marah.
" Jes.." gadis itu menghampiri Jessica yang sedang memegang kepalanya.
" Pergi kamu!" Jessica menolak, tapi kemudian dia kehilangan ke seimbang lalu pingsan.
" Jessica!"
***
Gadis dengan dress berwarna purple itu mondar mandir depan kamar Jessica di rawat, sesekali dia memperbaiki kaca matanya.
Sebenarnya apa yang membuat Jessica sampai pingsan? Apa wanita itu ada penyakit serius?
" Nona.."
Gadis itu terus menoleh kearah doktor yang memanggilnya.
" Bagaimana keadaan Jessica.."
Doktor itu tersenyum lalu menghulurkan tangan kearah gadis itu.
" Ada apa, doktor.." tanyanya sambil menjabat tangan doktor dengan wajah kebingungan.
" Selamat ya.. kakak anda sedang hamil dua minggu.."
" Hamil?"
Doktor mengangguk sambil tersenyum lebar.
" Kalau begitu saya pergi.."
Gadis itu tak mampu menjawab, dan membiarkan saja doktor itu pergi.
" Jessica hamil? Hamil dengan siapa?"
***
Aron memanggil asisten ke ruangannya, pria yang seumuran dengan Aron itu masuk ke ruangan bosnya.
" Ada apa, tuan.."
" Begini.." kata Aron sambil tersenyum lebar membuat sang asisten kebingungan.
" Tolong carikan aku mangga mudah.."
" Untuk apa tuan.."
" Untuk melempar kepalamu.." jawab Aron dengan enteng. " Cari cepat, aku benar benar ingin makan mangga sekarang.."
Sang asisten, Antonio masih kebingungan tapi tak bertanya lagi, dia meminta diri untuk mencarikan Aron mangga.
" Ada apa denganku sebenarnya.. " pria itu memegang lehernya.
Sejurus kemudian dia pergi ke toilet, dia tiba tiba ingin muntah.
Antonio kembali ke ruang kerja bosnya dengan senyuman sumringah, dia sudah membawa mangga yang di inginkan bosnya.
" Tuan?"
" Aku di toilet.." jawab Aron, dia mendengar Antonio memanggilnya karena pintu toilet tak di tutup sepenuhnya.
" Ini mangga yang tuan minta.." Antonio memandang Aron yang duduk di bawa guyuran air shower.
Aron mengangguk. " Siapkan.."
" Baik, tuan..."
Aron beranjak dari duduknya, pria itu mengambil handuk setelah selesai membuka semua pakaian di tubuhnya.
" Tuan.. ini dia mangganya silakan makan.." Antonio menaruh mangga dalam mangkuk yang sudah sedia di potong.
" Hey! Kamu kemana kamu? Ayo duduk.."
" Ada apa tuan.." tanya Antonio sambil duduk di kerusi di depan Aron.
Aron menolak mangkuk perlahan ke depan Antonio. " Ayo di makan.."
" Apa?"
" Kamu menolak.." tanya Aron dengan wajah seriusnya. " Kamu kan tahu aku tidak suka makan yang asam, aku hanya suka makan coklat.."
" Terus kenapa tuan menyuruh saya mencari mangga mudah kalau tuan tidak mau memakannya.."
" Kan ada kamu yang bisa menolongku untuk memakannya.." jawab Aron dengan enteng.
" Tapi tuan —"
" Aku tahu kamu suka makan mangga mudah." Dengan wajah tak bersalah Aron terus menyuapi asisten Antonio.
Aron tersenyum melihat wajah Antonio yang tiba tiba kusut Antonio karena masam.
" Bagaimana rasanya enak?"