Part 8. Melahirkan

1192 Kata
Sean sangat senang selama berapa tahun tak bisa bertemu Aron. Sekarang Daddynya membenarkann untuk datang ke Hong Kong. Walaupun Rayyan dan Darren tak dapat menemani, kedua anaknya itu ada urusan masing masing. Sean sampai di apartment Aron, kedatangan pria itu di sana terus di sambut oleh Antonio dengan gembira. Dia merasa ada yang aneh, tapi entahlah, dan semua pertanyaan di kepala terjawab ketika melihat Aron masih bergulung selimut di atas ranjang. " Kau kenapa, Aron.." tanya Sean sambil menempelkan punggung tangan di dahi Aron. Aron kaget melihat kehadiran Sean di sana, tidak ada yang memberitahu bawa Sean akan datang.. " Aku tidak tahu, Sean.. tapi aku merasa ada penyakit serius.." jawab Aron kemudian.. Sean mendekati Aron yang sudah duduk bersila di atas ranjang, lalu menempelkan lagi punggung tangan di kening Aron. " Kau tidak panas tapi wajahmu sangat pucat.." kata Sean. " Kau harus ke doktor.." " Aku tidak mau.." " Kenapa?" " Aku tidak siap menerima kenyataan.. bagaimana kalau benar, aku ada sakit serius.." " Tidak mungkin.. ayo kita ke rumah sakit, aku temani.." Aron terus berbaring. " Aku tidak mau! Aku hanya ingin memakan sesuatu yang dingin.." " Dingin? Ice cream..." " Iya.. ice cream.. ayo Sean.." Aron beranjak dari baringnya. Sean mengikuti Aron dari belakang, kedua orang itu melangkah ke dapur. Di apartment Aron memang tidak ada maid, penjaga baru yang baru saja Mommynya kirim sudah di bully Aron menyebabkan wanita tua itu pergi. " Mana ice cream?" Tanya Sean bingung karena Aron hanya duduk diam. " Ayolah Sean.. kau harus sedikit saja memahamiku.. aku sedang sakit.." " Kau menyuruhku mengambilnya.." tanya Sean yang sudah memahami maksud Aron.. " Tepat sekali.." *** " Kau jangan sesekali memberitahu Daddy.. aku akan memotong lehermu kalau sampai kau berani membuka mulut, Faham.." bentak Jessica. Wanita itu masuk ke dalam kamar saudara tirinya untuk memberi peringatan. " Rahasia ini hanya kau yang tahu, kalau sampai ada orang lain yang tahu.. awas kau!" Jessica menunjuk tepat depan mata saudari tirinya. " Sebaiknya kau kembali saja ke asrama, aku bosan melihat wajahmu terus disini.." Wanita itu keluar dari kamar itu dengan senyuman kepuasan di wajahnya, tidak ada Daddynya di rumah, jadi dia bisa meluahkan semua kekesalannya pada anak tiri Daddynya. *** " Enak sekali.." kata Aron sambil mengelus perutnya. " Kau tahu, Sean baru kali ini aku merasa selera makan ku naik. Sean hanya diam, karena Aron memang dari dulu kuat makan, mungkin Aron baru menyadari sekarang. " Sean, aku masih lapar.." Sean terdiam seketika kemudian mendorong pelan piringnya kearah Aron. " Terima kasih kakak.." " Kau seperti orang hamil Aron kuat sekali makanmu.." kata Sean sambil memandang Aron yang makan seperti orang kelaparan. Aron terdiam seketika, Hamil? Waktu itu mereka melakukan tanpa ada pengaman, mungkinkah wanita itu hamil? " Mana mungkin.." " Apa yang mana mungkin?' tanya Sean sambil menaikkan hujung alisnya. Aron tersenyum, tapi tak mengatakan apapun. " Apa yang kau sembunyikan.." tanya Sean, mereka membesar bersama tentu saja Sean tahu kalau Aron lagi menyembunyikan sesuatu. " Kalau aku menikah di usia muda, apa kamu setuju, Sean.." Sean menaikan hujung alisnya. " Kau sudah ingin menikah.." " Aku hanya bertanya.." jawab Aron pelan. " Tapi Aunty Nata dan Uncle Kim sudah sepakat untuk menjodohkanmu dengan Shea.." Aron menghela nafas." Aku tidak mau . Aku hanya menganggap dia adik.." " Terserah kau saja . Aku ke kamar sebentar.." Aron memandang kepergian Sean di iringi helahan nafas berat. " Aku belum siap cerita pada Sean bukan berarti aku membohongi Sean kan.." Aron melangkah ke kamarnya lalu mengeluarkan semua card banknya, ada yang hilang, pasti wanita itu yang sudah mengambilnya.. Sekarang Aron tinggal menunggu wanita itu mengambil duit di bank. *** Setelah berapa bulan berlalu, gadis berambut panjang itu tampak mengembalikan buku di perpustakaan. " Hey!" Gadis itu menoleh ketika seorang pria menegurnya. " Iya.." " Jessica mana ya? Aku sudah lama tidak melihat dia masuk.." Gadis itu tersenyum kecil, karena memang sejak mengetahui Jessica sedang hamil, wanita itu memilih pergi meninggalkan rumah. " Aku tidak tahu.." " Kalau tidak salah kamu adik tirinya kan.. aku teman dari kecilnya.. namaku Alvin.." " Hello.." gadis itu menyapa dengan mesra. " Aku permisi sebentar ya.." Dia sedikit menjauhi Alvin ketika seseorang menghubunginya. " Hello Jes.." " Kenapa mau berbisik bisik sialan.." bentak Jessica sambil menahan rasa sakit di perutnya. " Ada teman kamu disini Alvin.. dia mencari kamu.." " Aku tidak peduli sekarang kamu ke kost aku, perutku sakit sekali.." " Baik.." Dia buru buru meninggalkan kampus, dia akan ke tempat tinggal Jessica. Gadis itu sampai di satu rumah sederhana, dia terus bergegas masuk mendengar suara Jessica yang sedang berteriak kesakitan.. " Jes.." " Ayo ke rumah sakit, aku sudah tidak tahan lagi, rasanya sangat sakit.." " Baik.." dia terus menghubungi ambulans. " Dengar ya .. ingat janji kamu.." Jessica menunjuk wajah adik tirinya. " Sakit sekali.." Tak lama kemudian ambulans sampai, seorang pria yang bertugas mengangkat Jessica masuk ke dalam ambulans. " Sakit!" Teriak Jessica sambil memegang erat tangan adik tirinya. " Sabar ya!" " Ini semua gara gara kamu, Sudah aku katakan aku tidak mau anak anak ini lahir!" Bentak Jessica sambil mengerang kesakitan. " Pasien akan melahirkan.." kata doktor yang sedang mengintip di bawa Jessica. Jessica masih terus menjerit kesakitan bahkan wanita itu sampai menangis. Tak lama kemudian suara tangisan bayi terdengar, adik tiri Jessica terharu melihat bayi mungil itu. " Kenapa perutku masih sakit.." teriak Jessica, keringat di dahi wanita itu terus mengalir deras. " Masih ada lagi, anaknya kembar.. " kata doktor dengan senyuman sumringah. " Benarkah?" " Sialan! Kenapa harus kembar? Perutku sakit.." teriak Jessica membentak. " Cepat keluarkan.." Doktor yang tadi tersenyum bahagia mendadak bingung dan kaget, ternyata masih ada seorang wanita yang tak bahagia kelahiran seorang bayi. " Siapkan peralatannya.." kata doktor pada nurse setelah mereka sampai di rumah sakit. " Nona silakan membuat p********n di bahagian administrasi.." Gadis itu terpaku, membuat p********n? " Saya tidak ada uang, doktor.." " Kamu tidak bisa melakukan apapun sebelum membuat pembayaran.. kamu harus secepatnya mencari duit, apalagi keadaan Nona Jessica sudah tak sadarkan diri, bisa bahaya untuk bayi dan ibunya.." Gadis itu kembali ke tempat tinggal Jessica untuk mencari duit disana, tidak mungkin Jessica tidak menyimpan untuk kelahiran anaknya. Dia mencari di setiap laci dan almari, namun dia tak menemukan apapun disana. " Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Gumamnya sambil membolak balik bantal di atas ranjang. " Apa ini?" Dia menemukan sebuah black card yang di sembunyikan bawa bantal. Gadis itu tersenyum senang semoga saja di dalam card itu masih ada duit. *** " Makan yang banyak ya..." Kata Aron pada semua anak buah termasuk maid di markas. Banyak yang kebingungan melihat sang tuan tiba tiba mengeluarkan duit untuk traktir mereka. Aron bisa di katakan bos yang paling pelit, segala sesuatu dia sangat perhitungan. Tapi sekarang mereka di traktir tanpa di minta, sesuatu yang langkah menurut anak buahnya. Aron keluar dari ruangan itu masih dengan senyuman lebar di bibirnya, entah kenapa sekarang dia sangat bahagia. Pria itu terhenti melangkah ketika ada sesuatu notifikasi masuk di ponselnya, dia membuka layar ponsel. Dia mengerutkan keningnya melihat ada notifikasi pemberitahuan dari pihak bank. " Inikan account bank aku yang cardnya di ambil wanita itu.." gumamnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN