Jessica Albert terus mengamati penampilan Aron mendengar kata mafia keluar dari bibir pria itu.
Yang benar saja seorang mafia, pria itu terlihat sangat friendly mana ada mafia friendly.
" Aku serius.. " kata Aron sambil tersenyum lebar.
" Ya baiklah mafia.." jawab gadis itu masih tak percaya.
" Kamu mau ke mana, masih terlalu awal kalau kita pulang.." kata Aron sambil tercengir.
" Ke mana saja.."
Aron kaget mendengar jawaban gadis itu, dia terus menyisir rambutnya dengan jari jemarinya.
" Ayo.. pakai mobil aku saja.." Aron menunjuk ke arah mobilnya.
" Kita bercinta okay.." kata Aron ketika masuk ke dalam mobil, Aron hanya berniat bercanda saja.
Gadis itu melirik kearah Aron, dia tak terlihat takut.
" Berani tidak.."
" Punyamu besar tidak.." gadis itu berkata dengan ekspresi wajah mengejek.
" Apa kamu ingin merasakan.." tanya Aron, pria itu menghentikan mobilnya di tepian pantai.
" Kamu serius.." gadis itu melihat kearah Aron, pria itu menoleh ke arahnya dengan wajah serius.
" Takut?"
" Tidak.." jawab Jessica cepat. " Ayo kita lakukan.."
" Sebentar.." kata Aron, dia melihat ke ponselnya, ada yang menghubunginya.
" Iya Daddy.."
" Kamu di mana?"
" Aku sedang ada urusan Daddy, soal pembelian wine untuk di club sudah aku discuss besok akan rasmi berkerja sama dengan gay itu.."
Aaron tertawa di hujung talian. " Dia menggoda kamu.."
" Hm.." Aron hanya berdeham kecil..
" Baiklah, terima kasih anak Daddy yang paling tampan.."
Aron melihat ke layar ponselnya, Daddynya sudah mematikan talian.
" Daddy kamu.."
" Iya.." jawab Aron sambil tersenyum.
" Kamu sepertinya cukup rapat dengan Daddymu.."
" Iya harus.." jawab Aron tanpa menyadari perubahan di wajah gadis itu..
" Kamu beruntung.."
Aron menoleh kearah gadis itu mendengar suara sedihnya.
" Kamu tidak ada Daddy.."
" Aku ada Daddy tapi dia lebih peduli pada istri barunya.."
Aron diam, dia menyandarkan tubuhnya di jok mobil sambil menatap gadis itu.
" Berapa usia kamu.."
" Lapan belas tahun.." jawab Jessica..
" Boleh sudah berarti.." Aron tersenyum jail pada gadis itu.
" Kalau kamu.."
" Sembilan belas.." Aron membawa kedua tangan di kepalanya. " Sudah bisa menjadi seorang Daddy dari anak kita.."
" Kamu ada wine.." kata Jessica tak fokus dengan ucapan Aron, dia melihat ke jok belakang.
Jessica terus mengambil dua botol, dia berikan pada Aron yang satu.
" Di buka dong.." Jessica meminta bantuan dari Aron.
" Baik sayang.." Aron mengedipkan mata lalu mengambil botol wine dari tangan Jessica.
" Kamu tampan juga.." kata Jessica sambil menerima wine yang di hulurkan Aron..
" Baru tahu? Kamu melihat ke mana saja dari tadi.." jawab Aron, dia meneguk wine..
" Kamu ada kekasih?"
Aron melihat gadis itu sambil tersenyum.
" Kamu boleh jadi selingkuhanku kalau kamu mau.."
" Enak saja.." Jessica memukul lengan pria itu dengan geram.
Aron tertawa. " Tidak, aku masih single kok, kamu tidak usah khawatir.."
Jessica mengangguk kepala, dia tak begitu percaya apa lagi Aron adalah pria tampan.
Aron menaruh wine, pria itu menghela nafas panjang melihat botol wine itu, dia jadi teringat pada teman temannya yang berada di New York.
Mereka sudah lama tidak bertemu, bahkan sudah jarang bertanya kabar.
Pria itu menoleh melihat wine miliknya yang sudah di ambil Jessica..
Gadis itu terus meneguk dengan rakus, kalau seperti itu cara Jessica minum, maka dia akan cepat mabuk.
" Sudah.." Aron merebut botol wine dari tangan Jessica..
" Jangan gila kamu.. bagaimana kalau Daddy kamu tahu.."
Jessica tersenyum getar, mana mungkin Daddynya akan peduli..
Daddynya sekarang pasti lagi sibuk dengan istri barunya, mereka kan baru saja menikah.
Gadis itu meneguk minuman lagi, dia tak peduli sekalipun Aron melarangnya..
" Berikan.." teriak Jessica ketika Aron sudah berhasil merebut botol wine dari tangannya..
" Kamu sudah mabuk.." kata Aron, dia mengusap wajah gadis itu dengan lembut.
" Tidurlah....aku akan menghantar kamu pulang.." kata Aron.
Pria itu sudah bersedia menghidupkan mobil, tapi Jessica terus menahannya.
" Hey apa yang kamu lakukan.."
Jessica mengambil kunci mobil. " Kita disini saja dulu.."
Aron meneguk salivanya, gadis itu sedang menggodanya.
" Hey!" Kedua mata Aron membulat ketika tiba tiba Jessica naik ke pangkuan Aron.
" Kamu mau apa?" Tanya Aron walaupun dia sudah tahu apa yang di inginkan gadis itu.
" Aku masih perjaka, kamu jangan macam macam.." Aron menyilangkan kedua tangan di d**a.
" Aku juga masih virgin.." kata gadis itu di depan bibir Aron.
" Yakin tidak mau.." Jessica mengelus d**a pria itu sambil tersenyum nakal.
" Ayo kita lakukan.."
Aron meneguk salivanya dengan kasar, apa dia sedang bermimpi sekarang.
" Ayolah.. kamu jangan terlalu banyak fikir.." Jessica mengecup bibir Aron.
Pria itu mematung merasakan bibir gadis itu mengecup bibirnya.
Awalnya Jessica hanya menempelkan saja, tapi tak lama kemudian dia mulai melakukan pergerakan.
Aron masih diam, tangan gadis itu sudah menyentuh tubuhnya.
" Ayo di buka.." Jessica membuka jas Aron, Aron yang seperti di hipnotis menurut saja.
" Kamu serius ingin melakukannya?" Tanya Aron memastikan.
" Kenapa kamu takut?" Gadis itu bertanya balik sambil menatap mata Aron.
" Aku pria, mana mungkin aku menolak tapi kamu, apa kamu sudah pernah melakukan ini.."
" Aku mau.." Jessica menyentuh leher pria itu sambil memberi kecupan di sana.
Aron memegang erat pahanya ketika Jessica mengecup lehernya menjalar ke telinga.
" Kenapa kamu hanya diam?" Tanya Jessica sambil memegang tengkuk Aron.
" Sebaiknya kita pulang saja, aku tidak ingin merosak anak gadis orang.."
Jessica menggerutu, gadis itu melepaskan kaos dari tubuhnya.
" Kamu jangan gila.."
Gadis itu yang seolah tak mendengar apapun membuka tali bra dari belakang.
" Bagaimana.." tanya Jessica, dia melihat binar mata pria itu sudah berubah.
' Salah ini, apa kata Daddy kalau sampai dia tahu.." fikir Aron.
Gadis itu sedikit mengangkat tubuhnya untuk melepaskan celana panjangnya.
" Apa aku tidak cukup menggoda.." tanya Jessica sambil melepaskan butang kemeja pria itu satu persatu.
" Ayo katakan.."
Aron sampai menahan nafas ketika Jessica mengecup dadanya.
" Kamu seperti seorang gay saja.." Jessica tertawa nakal, dia menarik tengkuk Aron dan mencium pria itu..
Gadis itu membuka mata saat merasakan tangan hangat Aron memeluk pinggangnya.
Dia mendongak ke atas ketika Aron meninggalkan kecupan di lehernya.
Pria itu menarik pinggang Jessica sehingga benar benar menempel padanya.
" Aah!"
Seluruh tubuh Aron meremang mendengar desahan lolos dari bibir gadis itu.
Dia terus menghisap d**a gadis itu, lalu berpindah ke sebelah.
" Sebentar.." Aron sedikit merendahkan jok mobil.
Jessica menatap wajah pria itu yang sudah memerah, dia terlihat sudah tak sabaran.
Aron membuka resleting celananya, lalu menarik paha Jessica.
Dia menggigit dagu gadis itu, tangannya bermain di bawa gadis itu.
Suara desahan Jessica tak dapat dia tahan, gadis itu menjambak rambut Aron.
Aron menghisap d**a gadis itu saat dia merasakan tubuh Jessica bergetar.
" Aah!" Jessica mendadak lemas, dia mencengkam bahu Aron dengan kuat.
" Bagaimana kita teruskan? Atau pulang saja.." tanya Aron.
" Teruskan.." jawab Jessica cepat.
" Baiklah.. jangan menangis ya.." Aron memperbaiki posisi Jessica di atas pangkuannya.
Jessica hanya diam, dia harus memberi sedikit pelajaran pada Daddynya yang sudah berani menikah lagi tanpa persetujuan darinya.
" Argh!"
" Tahan sebentar.." kata Aron, dia mencium gadis itu lagi.
" Sakit.."
" Iya.. aku tahu, sebentar ya aku check di google dulu.."
" Check di google? Gila kamu ya.. apa yang kamu check.."
" Cara melakukan agar tidak sakit.."
Jessica melongo, apa pria itu bercanda.
" Tidak ada.. perempuan yang baru pertama kali melakukannya memang sakit.." Aron menaruh ponselnya..
" Kamu tahan ya.."
Jessica menatap pria itu dengan tajam, dia ingin sekali mencakar wajah tenang pria itu.
" Kita lanjut.." Aron mencium tengkuk Jessica menjalar ke bibir gadis itu.
Jessica merintih kesakitan tapi tertahan oleh bibir Aron.
" Argh!" Aron menggigit bibirnya sambil memejamkan mata, dia sudah berhasil memasuki gadis itu.
Jessica mencoba sesuaikan diri, Aron melihat tangan gadis itu memegang lengannya..
" Aku sudah bisa bergerak.." tanya Aron, gadis itu sudah terdiam.