Part 9. Setelah Empat Tahun

1199 Kata
Jessica menatap ke empat bayi itu penuh kebencian. Memang dia menginginkan One night stand dengan seseorang tapi bukan berarti dia mau anak dari hasil One night standnya itu. " Dari mana kamu pendapatkan uang sebanyak itu untuk membiayai persalinanku.." " Urm.. dari card kredit kamu.." jawab gadis itu sedikit takut. " Card kredit?" Ulang Jessica dengan kaget. " Kamu melihat dompet itu.." " Apa dia orangnya.. Aron Scott.." Jessica terus menarik bantal dan di lempar pada adik tirinya. " Pencuri!" " Maafkan aku, Jes.." Jessica kembali memandang ke empat bayi itu, gara gara mereka dia melalui semua ini. " Ingat janji kamu..." Gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum kecil, lalu melihat ke empat bayi itu. ' Lihat saja kamu akan mati atas mencerobohan kamu sendiri, kamu tidak tau sedang berhadapan dengan siapa sekarang..' *** Aron berulang kali melihat rakaman CCTV di bank, sepertinya bukan wanita yang pernah tidur dengannya. Wanita yang tidur dengannya memiliki rambut sebahu, semantara gadis yang tertangkap kamera CCTV itu memiliki rambut panjang. Tangannya laju menekan butang zoom, tapi wajah gadis itu tak jelas, di tambah lagi sedang memakai masker. " Sialan! Aku terlepas lagi.." gerutu Aron. " Atau aku meminta bantuan dari Uncle Bryan saja.." Kemudian dia menggelengkan kepala. " Tidak bisa.. kalau dia memberitahu Mommy bagaimana.." Lama pria itu berdiam diri di dalam ruangan itu memikirkan cara agar tidak bisa menemukan wanita itu. " Tapi bagaimana kalau seandainya Uncle Bryan sudah tahu.. dia kan banyak anak buah berkeluaran disini.. bisa jadi dia sudah tahu.. tapi karena bukan masalahnya dia diam saja.. Uncle Bryan kan seperti itu orangnya.." Aron beranjak dari duduknya, dia masih memikirkan cara menemukan wanita yang sudah satu tahun ini membuat dia penasaran. " Pasti Uncle Bryan sudah tahu tidak ada salahnya meminta bantuan dari dia.." Setelah sekian lama berfikir, akhirnya Aron memutuskan untuk menghubungi pria paruh baya itu. " Ada apa, Aron.." terdengar suara dingin pria paruh baya itu di hujung talian. " Uncle sendirian, atau ada Aunty Tasya.." Brian melirik kearah istrinya yang baru selesai mandi, wanita itu tanpa mengenakan pakaian terus memeluk tubuh suaminya. " Siapa, Bae.." Natasha mencium pipi menjalar ke dagu pria itu. " Sebentar, Sayang.." Brian menahan tangan Natasha yang tanpa di minta memasukkan tangannya ke dalam celana Brian. " Ayolah sebentar saja.." kata Natasya merengek. " Boleh ya.." Brian melihat wanita itu dan menciumnya, lalu membiarkan saja wanita itu melakukan apapun yang dia mau. " Aron?" Aron tak menjawab, Brian melihat layar ponselnya ternyata Aron sudah mematikan talian. " Untung saja.." gumam Aron sambil melangkah keluar dari bank. " Tunggu saja aku pasti akan menemukan kamu.." *** " Mommy!" Teriak seorang anak kecil berusia empat tahun lebih. Wanita berambut sebahu itu menoleh kearah anaknya yang sedang berlari mendekatinya. Dia terus mencium Mommynya agar wanita itu tidak memarahi nanti. Mayleen Wong yang sudah tahu skill dari anaknya hanya tersenyum geli. " Kamu habis dari mana?" " Sebentar ya.." anak itu kembali mencium Mommynya, padahal dia sengaja tak terus menjawab dan malah mencium Mommynya. " Kamu dari mana?" Mayleen mencium bau keringat dari tubuh anaknya. " Aku bau ya.." tanya bocah itu sambil tercengir melihat Mommynya yang seperti menahan nafas. " Kamu menjual rokok lagi.." " Hanya sedikit.." jawab bocah itu. " Sebentar lagi kan aku sekolah, aku harus membeli sepatu yang bagus.." Mayleen terdiam, lalu dia melihat ke belakang anaknya, ada tiga orang bocah yang baru pulang, ketiga juga berkeringatan. " Kau menjual apa hari ini?" Tanya Miki sambil memandang Miko dengan bola mata berwarna birunya. Miko yang sedang memeluk Mommynya mengambil duit dalam saku celananya. " Aku menjual rokok, dan lihat saja.." dia mengira kepingan duit. " Banyak sekali.." kata seorang bocah dengan mata hijaunya. " Kau merampok ya.." " Enak saja.. rokok yang aku jual di beli sama seorang Uncle tinggi.. matanya persis sepertimu biru.." jawab Miko sambil memandang Miki. " Kamu tidak boleh terlalu baik pada orang baru,. Miko.. siapa tahu dia orang jahat.." kata sang ibu menegur. " Dia memang kelihatan baik, tapi Mafia katanya." *** " Tuan mau makan apa hari ini.." tanya Antonio pada bosnya. " Apa tuan mau coklat." " Kau saja yang makan coklat sampai kembung.." jawab Aron kesal. " Kalian belum menemukan wanita itu.." Antonio terdiam, tak lama kemudian dia menggelengkan kepala. " Seharusnya sejak dulu aku meminta bantuan saja dari Uncle Brian.. masalahkan berlalu banyak berahasia.." Antonio hanya diam mendengar keluhan bosnya, dia melirik ketika kearah Aron ketika Aron sedang menatap ponselnya. Aron mendekatkan ponsel di telinganya namun Uncle Bryan tak mengangkat panggilan darinya. " Berhenti di depan.." perintah Aron ketika mereka melewati sebuah supermarket. " Baik tuan.." Antonio menghentikan mobil depan super market. " Kau mau minum apa?" Tanya Aron sambil menoleh kearah Antonio. " Pepsi atau tshingtao beer, tuan..." Jawab Antonio sedikit gugup, tumben sang tuan ingin mentraktirnya. Aron mengangguk mengerti lalu keluar dari mobil, dia masuk ke dalam super market itu. Semantara itu Mayleen membawa keempat anak kembarnya di super market untuk membeli barang dapur. " Cantik sekali.." kata Miko sambil memegang mainan yang di jual di super market tersebut, dia merogoh duit saku celananya. " Tidak bisa, inikan untuk membeli sepatu Jordan.." dia menghela nafas berat. " Miko.." Niko menegur sambil melihat kearah Mommynya sekilas. " Miko.." " Apa kau?" Jawab Miko sambil melihat kearah Niko dengan kesal. Mayleen pura pura kembali sibuk mencari barang yang ingin dia beli. Di usia anaknya yang baru empat tahun lebih di paksa untuk dewasa karena keadaan mereka. Dia melirik Miko yang masih sibuk mengagumi mainan disana, semantara yang tiga orang lagi hanya memandang adik mereka. Mayleen tahu perasaan ke empat bocah itu sama, mereka sama seperti anak anak pada umumnya cepat mengagumi mainan seperti itu dan ingin memilikinya, tapi bedanya anak anaknya tidak pernah meminta, mungkin faham dengan keadaan mereka yang kurang mampu. " Kalian tunggu disini ya.. Mommy mau kesana dulu.." kata Mayleen sambil menjauhi ke empat anaknya. " Miko.. sudah kau membuat Mommy bersedih.." kata Miki sambil menarik tangan Miko untuk berdiri. " Aku hanya memegangnya saja.." jawab Miko sambil melihat seorang anak kecil seperti mereka mengambil mainan yang di pegang Miko tadi. " Beruntung ya dia.." kata Miko perlahan, mainan racing car itu di masukkan terus dalam troli. " Kita juga beruntung ada Mommy yang sangat baik pada kita.." kata Niki sambil tersenyum. " Benar.." kata Niko memberi sokongan. Semantara itu Aron berdiri di depan kulkas Minuman, dia memandang minuman yang di inginkan asisten nya. Tapi tampak sedang berfikir, kemudian dia mengambil minuman lain. Aron sempat menoleh ke belakang dan melihat empat orang bocah disana, tapi Aron tak melihat wajah mereka dengan jelas. Miko melihat kearah Aron namun saat yang sama Aron memutar tubuhnya dan melangkah. " Ayo.." Miko mengalihkan pandangan kearah Mommynya ketika wanita itu datang menghampiri mereka. Aron kembali ke mobil, dia melihat dari kejauhan lagi Antonio tersenyum lebar padanya. " Ini untuk kamu.." Aron mengulurkan satu botol air putih. Antonio melongo seketika, sudah dia duga. " Terima kasih tuan.." " Sama sama, ayo ke markas.." Aron masuk ke dalam mobil. " Besok malam pastikan sudah berhasil mengumpul anak anak jalanan sekitar satu ratus orang.. terus hantar ke New York.." " Baik tuan.." " Kamu yang tangani ya.. aku datang tapi mungkin sedikit lewat, besok aku ingin ke suatu tempat.."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN