Bab 20. Candu

986 Kata
"Apa?" Isabella seketika berdiri tegak dengan kedua mata membulat. "Jadi orang yang lagi dicari sama suamiku itu, kamu?" Ryan hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah santai. "Kenapa kamu masih di sini, Ryan? Seharusnya kamu lari selagi ada kesempatan," tegas Bella penuh penekanan. "Kalau si b******k itu sama nemuin kamu, gimana?" Isabella benar-benar merasa terkejut sekaligus takut. Bagaimana jika Antoni mengetahui bahwa orang yang sedang dia cari ada di rumah ini? Bagaimana jika Antoni benar-benar menghabisi Ryan? Lantas, apa yang akan terjadi dengannya? Apa ia juga akan kehilangan nyawa sama halnya seperti sang bodyguard? Bella tiba-tiba saja berjalan mendekat lalu meraih telapak tangan Ryan Prayoga dan membawanya berdiri lalu hendak berjalan. "Kita pergi dari sini sekarang juga, Ryan. Jangan sampai Antoni tau kamu ada di sini. Aku gak mau kamu sampai terluka." "Anda tenang aja, Nyonya. Saya gak akan terluka apalagi sampai kehilangan nyawa saya," jawab Ryan seraya menggenggam erat telapak tangan sang majikan. "Kalau saya pergi, bagaimana dengan Anda? Bukannya Anda meminta saya untuk selalu melindungi Anda?" "Tenang, kamu minta aku buat tenang?" tanya Bella masih dengan suara lantang. "Bagaimana aku bisa tenang setelah tau bahwa nyawa kamu lagi terancam, Ryan? Kalau kamu sampai kenapa-napa, aku yang akan--" Ryan tiba-tiba saja memeluk tubuh Isabella erat membuat wanita itu sontak menahan ucapannya. Kedua matanya pun semakin membulat tanpa membalas pelukan sang bodyguard. Rasanya aneh, benar-benar aneh. Ia pun tidak paham apa makna dari pelukan yang sebenarnya terasa hangat dan nyaman itu. Tubuh Bella serasa kaku, begitupun dengan kedua tangannya yang terasa kelu untuk digerakkan. Wanita itu benar-benar bergeming tanpa membalas pelukan seorang Ryan. "Anda tak usah mengkhawatirkan saya, Nyonya. Saya tak akan pergi sebelum memastikan Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan dan berpisah dengan suami Anda secara baik-baik," ucap Ryan. "Saya akan selalu ada di sini melindungi Anda." Bella seketika mengurai pelukan. "Tapi kalau suamiku tau kamu ada di sini, bisa gawat, Ryan. Dia pasti akan--" "Tidak, Nyonya. Suami Anda tak tau seperti apa wajah saya." "Kamu yakin suamiku gak tau wajah kamu, orang yang lagi dia cari?" "Kalau dia tau, mungkin dia udah ngehabisi saya dari kemarin, Nyonya." Bella diam seribu bahasa seraya menatap lekat wajah Ryan Prayoga. Bola matanya nampak memerah lengkap dengan buliran bening yang memenuhi kelopaknya. Ryan sudah seperti candu baginya, padahal mereka belum lama ini bertemu. Ia mulai ketergantungan dengan pria itu, rasanya tak sanggup jika akhirnya Ryan pergi meninggalkannya sendiri. Telapak tangan seorang Ryan tiba-tiba saja bergerak naik mengusap buliran bening yang hendak berjatuhan dari sudut mata Isabella. Pria itu melayangkan senyuman yang begitu menawan membuat jantung seorang Isabella seketika berdetak sangat kencang. Sayangnya, pria itu tetap saja pria gemulai di matanya. "Jangan menangis lagi, Nyonya. Sudah berapa banyak air mata yang Anda tumpahkan karena suami Anda itu," lemah Ryan. "Nggak, aku gak nangisi si b******k itu," rengek Bella manja. "Lalu?" Ryan seketika mengerutkan kening. "Apa Anda mengkhawatirkan saya? Anda takut suami Anda benar-benar akan menghabisi saya?" Bella menggelengkan kepalanya dengan bahu yang berguncang. "Terus, kenapa Anda menangis, Nyonya Isabella?" "Gara-gara kamu." "Hah?" "Kenapa pria tampan, baik, dan jujur seperti kamu harus jadi boti sih? Kamu jahat, Ryan. Kamu lebih jahat dari suamiku." Bukannya menanggapi ucapan sang majikan, Ryan seketika mendekatkan wajahnya kemudian mengecup bibir mungil Isabella membuat wanita itu seketika merasa terkejut tentu saja. Kedua mata Isabella seketika membulat, tapi ia segera menutup pelupuk matanya tatkala kenyalnya bibir seorang Ryan terasa hangat menyentuh permukaan bibirnya. Entah apa yang ada dipikiran seorang Ryan, pria itu benar-benar hilang kendali dan sudah tidak dapat lagi menahannya. Ryan menyesap bibir mungil Isabella dengan kedua mata terpejam sempurna. "Saya laki-laki normal, Nyonya. Maaf karena saya udah membohongi, Anda," lirihnya pelan sesaat setelah ia melepaskan tautan bibirnya. Bella seketika memukul d**a bidang seorang Ryan Prayogo keras dan bertenaga secara berkali-kali. Suara isakan pun lirih terdengar seakan tengah melepaskan berbagai rasa yang tidak mampu ia ucapkan dengan kata-kata, antara rasa lega, kecewa juga berbagai rasa lainnya yang akan ia muntahkan saat itu juga. "Kamu b******k, Ryan. Jahat, b******n gila, aku benci sama kamu," rengeknya lemah dan bergetar. "Tega sekali kamu ngebohongi aku, tega sekali kamu membodohi aku, dasar kurang ajar." Ryan kembali memeluk erat tubuh Isabella seraya tersenyum lebar. Berbeda dari sebelumnya, kali ini wanita itu balas memeluk tubuh kekar seorang Ryan Prayoga. Tangis Bella bahkan seketika pecah benar-benar merasa lega bahwa pria itu tidak seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya. Ryan pria perkasa. Lantas, apakah Isabella benar-benar telah jatuh cinta kepadanya? Atau, apa yang ia ucapakan sebelumnya hanyalah sebuah candaan semata? Bisa jadi, rasa candunya kepada pria itu hanyalah pelampiasan atas rasa kecewa dan hanya untuk mengobati dahaganya akan kasih sayang dari seorang laki-laki. Entahlah, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang tahu pasti. Yang jelas, Isabella benar-benar menggantungkan hidupnya kepada pria bernama Ryan Prayoga. "Sekali lagi saya mohon maaf, Nyonya. Saya terpaksa membohongi Anda karena saya tak mau membuat Anda tak nyaman. Anda punya suami, saya tak ingin--" "Sttt! Jangan banyak omong, aku gak butuh permohonan maaf kamu, Ryan," sela Bella seraya meletakan satu jarinya di bibir seorang Ryan. Ryan tersenyum manis lalu menurunkan jemari lentik wanita itu. Bibirnya pun kembali mendarat sempurna di bibir artis yang terkenal dengan kecantikannya. Ciuman mereka bahkan lebih panas dari sebelumnya, keduanya benar-benar larut dalam rasa nikmat juga benar-benar memuntahkan apa yang sudah selama ini mereka tahan. Bella melingkarkan kedua tangannya di leher Ryan, sementara pergelangan tangan Ryan melingkar kuat di pinggang ramping seorang Isabella. Kedua kaki mereka pun perlahan bergerak mundur seraya saling menyesap bibir satu sama lain. Bella menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan bibir yang masih saling ditautkan erat. Hal yang sama pun dilakukan oleh Ryan. Keduanya benar-benar hilang kendali. Apakah mereka benar-benar akan melakukannya di sana? Mengobati rasa hausnya akan nikmatnya bercinta? Yang jelas, hasrat keduanya benar-benar sudah naik kepermukaan dan sulit untuk dikendalikan. Baik Bella maupun Ryan Prayoga mulai mendambakan hal yang lebih dari sekedar berciuman saja. "Lakukan sekarang, Ryan. Aku udah gak tahan," rengek Bella, tatapan matanya begitu sayu dalam menatap wajah sang bodyguard. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN