Bab 21. Pria Perkasa

1055 Kata
Isabella benar-benar terbuai dengan kenikmatan yang disuguhkan oleh sang bodyguard. Jiwanya yang memang haus akan belaian seakan terobati, padahal mereka baru sebatas berciuman, tapi ia sudah dibuat melayang dan mulai mendambakan sesuatu yang lebih dari itu. Sebagai seorang wanita normal tentu saja ia mendambakan kenikmatan surga dunia yang sudah lama tidak ia dapatkan dari suaminya. Meskipun ia tahu sendiri bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Ryan yang berada di atas raga Isabella seketika melepaskan tautan bibirnya, pria itu menatap sayu wajah Isabella dengan napas yang tersengal-sengal. "Kenapa berhenti, Ryan? Tunjukkan padaku kalau kamu benar-benar pria perkasa," tanya Isabella, gairahnya sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan. "Ini salah, Nyonya. Tak seharusnya kita melakukan hal ini," jawab Ryan, mencoba untuk menahan diri. "'Kan kamu sendiri yang memulai. Apa kamu mau berhenti sekarang? Tega kamu!" decak Isabella seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Maafkan saya, Nyonya. Saya--" "Sttt! Jangan minta maaf terus, kebiasaan banget sih, dikit-dikit minta maaf, dikit-dikit minta maaf. Bosen tau dengernya," sela Bella seraya meletakan jarinya di bibir Ryan Prayoga. "Tapi, Nyonya--" Ryan lagi-lagi menahan ucapannya karena Isabella tiba-tiba saja memutar tubuh Ryan begitu saja hingga keadaan pun seketika berbalik. Wanita itu berada tepat di atas tubuh kekar sang bodyguard. Entah dari mana ia mendapatkan kekuatan sebesar itu hingga membuat Ryan tak mampu menahan gerakannya yang secepat kilat. Bella menatap d**a bidang yang masih tersembunyi dibalik kemeja berwarna putih yang dikenakan oleh pria itu. Telapak tangannya perlahan mulai bergerak hendak membuka kancingnya tanpa rasa sungkan. "Jangan sekarang, Nyonya. Saya takut Anda menyesal," pinta Ryan menahan gerakan tangan Isabella. "Menyesal? Apa kamu benar-benar mau meninggalkan aku?" tanya Isabella menatap lekat wajah Ryan. "Setelah urusan saya selesai, saya harus kembali ke kampung halaman saya. Saya harus memperbaiki kerusakan yang dibuat sama suami Anda di sana," jawab Ryan. "Apa Anda tak keberatan melepas karir Anda dan ikut saya ke kampung?" Bella diam seribu bahasa. Wanita itu pun seketika bangkit lalu duduk tegak dengan wajah masam. Jika harus memilih untuk melepaskan karirnya sebagai seorang artis, wanita itu tidak dapat memberi jawaban. Ryan melakukan hal yang sama dengan Isabella. Ia duduk tepat di samping wanita itu lalu meraih dan menggenggam telapak tangannya kemudian mengecupnya lembut dan penuh kasih sayang. "Jujur, saya jatuh cinta sama Anda, Nyonya, tapi status Anda masih istri orang. Apa pantas jika kita melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman? Maaf, bukannya saya munafik, tapi saya tak mau berbuat hal yang akan merugikan Anda nantinya." "Kenapa? Suamiku juga selingkuh," jawab Bella sinis. "Dia aja boleh selingkuh, kenapa aku gak boleh?" "Anda yakin gak akan menyesal?" Bella seketika menoleh dan menatap wajah Ryan. "Buktikan kalau kamu benar-benar pria perkasa, Ryan. Atau jangan-jangan, kamu menolak karena kamu beneran boti, pria gemulai yang gak tertarik sama kemolekan tubuh aku ini?" Ryan seketika tertawa nyaring seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Astaga, Nyonya. Apa yang seperti itu butuh pembuktian segala?" "Tentu saja," jawab Isabella."Kenapa, kamu takut?" "Tidak, saya tak takut." Bella tersenyum lebar lalu bangkit kemudian duduk di atas pangkuan Ryan. Kedua matanya nampak menatap wajah Ryan dengan tatapan mata genit. Jika sudah seperti ini, apakah Ryan masih akan menolak? Pria itu menghela napas panjang lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping seorang Isabella. "Apa Anda tau, tak ada kucing yang menolak dikasih ikan segar." Ryan seketika bangkit bersama tubuh Isabella di dalam gendongannya. Bella sontak melingkarkan kedua tangannya di leher Ryan seraya tersenyum ceria. Pria itu melangkah menuju kamar lalu masuk ke dalam sana dengan gairah yang menggebu-gebu. Tubuh Bella perlahan mulai dibaringkan di atas ranjang. Kedua mata mereka pun saling bertemu menatap wajah masing-masing dengan tatapan mata yang sama yaitu, sama-sama mendambakan sesuatu yang akan membuat jiwa keduanya melayang. "Lakukan sekarang, Ryan. Buktikan sama aku kalau kamu benar-benar perkasa," lirih Bella, dadanya terlihat naik turun, gairahnya benar-benar tidak dapat lagi ia tahan. "Saya ngelakuin ini bukan karena saya ingin membuktikan bahwa saya laki-laki perkasa, tapi karena saya ingin mengikat hati Anda, Nyonya," jawab Ryan, telapak tangannya perlahan mulai bergerak mengusap kedua sisi wajah Isabella sebelum akhirnya menyatukan bibir mereka sebagai pembukaan. *** Empat jam kemudian, matahari mulai menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang keemasan nampak menghiasi langit timur terlihat begitu indah di pandang mata. Sinarnya yang hangat mulai menyelusup masuk melalui celah jendela di mana tirainya sedikit terbuka. Bella seketika mengedipkan pelupuk matanya pelan saat sinar matahari terasa hangat membasuh permukaan wajahnya. Wanita itu menarik pelupuk matanya pelan kemudian tersenyum ringan saat melihat wajah tampan seorang Ryan masih terlelap tepat di sampingnya. Bella mengecup bibir pria itu membuat Ryan seketika terjaga. "Good morning, my bodyguard," sapa Bella tersenyum ceria. "Good morning, Nyonya," jawab Ryan melayangkan senyuman yang sama. "Ish! Jangan panggil aku Nyonya dong. Apa setelah mengikat hatiku semalam, kamu masih akan memanggil aku dengan sebutan Nyonya? Dasar!" decak Bella seraya mengerucutkan bibirnya sedemikan rupa. "Terus, saya harus memanggil Anda dengan sebutan apa?" "Bella, cukup panggil aku dengan sebutan Be-lla. Oke?" Ryan tersenyum ringan lalu memeluk tubuh polos seorang Isabella. "Baiklah, saya akan memanggil Anda dengan sebutan Bella, tapi saya hanya akan melakukan hal itu saat kita lagi berdua aja. Ingat, Anda harus tetap menjaga nama baik Anda sebagai seorang artis, oke?" "Astaga, aku lupa!" decak Bella seketika bangkit. "Ada apa, Be-lla?" tanya Ryan, memanggil nama wanita itu masih terasa canggung untuknya. "Hari ini aku ada syuting penting, si Sisil pasti ngereog nih." "Ngereog?" "Nyap-nyap!" "Nyap-nyap?" Ryan mengulangi ucapan Bella dengan kening yang dikerutkan. "Si Sisil itu cerewetnya minta ampun, bisa habis aku kena omel kalau sampe telat datang ke tempat syuting." Bella meraih pakaian miliknya yang tergeletak sembarang lalu mengenakannya dengan tergesa-gesa. "Btw, kamu beneran pria perkasa ternyata. Sekarang aku gak akan manggil kamu boti lagi." Wajah Ryan seketika memerah, mengingat betapa perkasanya ia semalam membuatnya merasa malu. Jujur, ini pertama kalinya ia bercinta dengan seorang wanita. Meskipun apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan, tapi Ryan tidak menyesalinya. Ia berjanji di dalam hatinya bahwa dirinya akan melindungi dan menjaga wanita itu dengan segenap jiwa dan raga sampai ia menghalalkan status mereka suatu saat nanti. "Cepat siap-siap, aku tunggu kamu di luar 30 menit lagi, oke?" pinta Bella bergegas keluar dari dalam kamar dengan terburu-buru hingga ia berdiri tepat di depan pintu. Bella hendak memutar kunci, tapi ia terpaksa menahan gerakan tangannya saat mendengar suara lantang seorang wanita menyerukan namanya dari luar sana. "Bella, buka pintunya. Aku tau kamu ada di dalam!" Isabella seketika bergeming dengan kening yang dikerutkan. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN