Bab 8. Rahasia Besar Antonio

1001 Kata
"Kamu gak penasaran, Nyonya Isabella yang terhormat?" tanya Mutia menatap tajam wajah Isabella. Sementara wanita itu sontak menahan langkah kakinya tanpa memutar badan. Kedua tangannya pun nampak mengepal dengan kedua mata terpejam. Andai tidak ada yang harus ia jaga di sini, mungkin sudah ia hantam habis-habisan wanita bernama Mutia itu. Lagi dan lagi, Isabella mencoba untuk menahan diri. Ia berusaha untuk bersikap tenang, menekan emosinya dalam-dalam dan ingin tetap bersikap elegan dalam menghadapi selingkuhan dari suaminya ini. Bella kembali membuka kedua matanya seraya memutar badan lalu melayangkan senyuman sinis. "Tidak, aku tak penasaran sama sekali. Takdir manusia itu sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Aku keguguran mungkin karena Tuhan belum memberi aku kepercayaan buat punya keturunan." "Kalau itu disengaja, gimana?" Mutia kembali bertanya, masih dengan senyuman yang sama. "Maka aku hanya perlu berdoa sama Tuhan, semoga orang yang telah berbuat seperti itu kepadaku mendapatkan balasan yang setimpal," jawab Bella santai meski sebenarnya ingin rasanya ia merobek mulut wanita tidak tahu diri itu. "Apa kamu tau, doa orang yang teraniaya itu cepat terkabul. Dia cuma perlu menunggu azab Tuhan." "Suamimu, dia yang membuat kamu keguguran," sahut Mutia, seraya menatap lekat wajah Bella tidak sabar ingin melihat seperti apa reaksinya. Bella seketika berjalan mendekati Mutia, tatapan matanya kian tajam dalam menatap wajah selingkuh dari suaminya itu. Sepertinya, kesabaran seorang Bella benar-benar telah habis terkikis karena Mutia tidak henti-hentinya memprovokasi dirinya. Wanita itu seketika menghentikan langkahnya tepat di depan tubuh Mutia. "Jangan sembarangan ngomong, Jalaang murahan. Apa kau mau aku meminta suamiku buat meninggalkan kamu dan anak haram-mu itu, hah?" tegas Bella penuh penekanan. "Apa kau mau wajah kau ini aku pampang di media sosial biar penggemarku tau bahwa kau selingkuhan suamiku?" Mutia diam seribu bahasa balas menatap wajah Bella. "Kau tau sendiri seperti apa netizen negara tercinta kita ini, Mutia. Kau akan jadi bahan bulian, bahkan buat keluar rumah pun kau akan dihantui ketakutan, karena apa?" Bella menahan ucapannya seraya menatap tubuh Mutia dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Karena kau hanya pelakor, jadi pelakor itu tak perlu cantik, tak tau malu dan murahan aja udah cukup ko. Aku heran, kenapa suamiku bisa tertarik sama kamu, emangnya dia gak bisa apa cari selingkuhan yang lebih cantik dari aku? CK! CK! CK! Aku baru tau ternyata serendah itu selera si Antoni." Bella diam-diam mengepalkan kedua tangannya seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Lagi dan lagi, niatnya untuk memprovokasi wanita ini gagal total. Seharusnya Bella yang marah besar di sini, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Emosinya sendiri yang tersulut, telapak tangannya seketika melayang dan hendak mendarat di wajah cantik seorang Isabella, beruntung Ryan datang di waktu yang tepat. Pria itu menahan pergelangan tangannya di udara membuat Mutia sontak menoleh dan menatap wajahnya. "Siapa kamu, hah?" bentaknya penuh emosi. "Lepasin aku!" Ryan dengan ekspresi wajah datar seperti biasa seketika menghempaskan pergelangan tangan Mutia kasar lalu berdiri tepat di depan majikannya. Kedua matanya nampak tajam mengintimidasi. "Jangan-jangan kamu selingkuhannya si Bella?" tanya Mutia seraya tersenyum kecut. "Ternyata bukan suamimu aja yang berselingkuh, tapi kamu juga? Hahahaha! Mana dia cakep banget lagi." "Hati-hati Anda kalau bicara, saya tak akan segan merobek mulut kotor Anda ini," pinta Ryan datar. "Saya bodyguard Nyonya Bella. Tak ada satupun orang yang bisa menyentuh apalagi menyakiti dia." "Bodyguard? Hahahaha! Sejak kapan kamu punya bodyguard, Bella? Mana ada pengawal secakep ini? Aku gak percaya." Mutia seketika tertawa nyaring. Telapak tangan Ryan tiba-tiba bergerak naik mencengkram satu sisi bahu Mutia keras dan bertenaga. Wanita itu sontak merapatkan bibirnya seraya memekik kesakitan. "Argh! Sakit, b******k! Kamu berani sama perempuan?" tanya Mutia mulai ketakutan. "Saya tak pandang bulu, tak peduli laki-laki atau perempuan, saya akan habisi orang yang berusaha mencelakai majikan saya," jawab Ryan datar. "Bahkan lalat pun tak boleh mendekatinya. Termasuk Anda." "Maksud kamu, aku ini lalat?" "Anggap saja begitu, Anda lalat yang selalu menempeli daging busuk dan menggerogotinya." "b******k!" umpat Mutia kesal seraya menepis kasar telapak tangan sang bodyguard. Wanita itu pun menatap wajah Ryan dan Isabella secara bergantian lalu berjalan melintasi mereka begitu saja. Bella seketika terduduk lemas di atas sofa sesaat setelah wanita bernama Mutia itu keluar dari kediamannya, tatapan matanya nampak kosong menatap lurus ke depan. Bola matanya pun mulai memerah dan berair, meskipun ia segera menyekanya sesaat sebelum buliran bening itu sempat bergulir membasahi wajahnya. Sedangkan Ryan hanya bisa menghela napas panjang lalu berjongkok tepat di depan wanita itu. "Apa Anda baik-baik aja, Nyonya?" tanyanya seraya mengusap sisa air mata yang tersisa di sudut mata seorang Bella. "Tidak, aku tak baik-baik aja, Ryan," jawab Bella lemah dan bergetar. "Wanita mana yang akan tetap baik-baik aja setelah mengetahui bahwa penyebab aku keguguran adalah suamiku sendiri." "Anda pernah hamil?" Bella tersenyum dipaksakan sebelum akhirnya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Lagi-lagi Ryan menghela napas panjang seraya menatap penuh rasa iba wajah Isabella. "Apa Anda mau kita pergi ke suatu tempat? Atau Anda mau kita nginep di hotel kayak semalam? Sepertinya, Anda butuh menenangkan diri, Nyonya." "Besok aku ada syuting film, kalau aku nginep di hotel, aku takut pengen mabuk lagi kayak semalam," jawab Bella tersenyum simpul. "Baiklah kalau begitu, lebih baik sekarang Anda istirahat. Muka Anda pucet banget, Nyonya." Bella menganggukkan kepala seraya berdiri tegak. Wanita itu pun hendak berjalan meninggalkan ruangan mewah bernuansa putih itu dengan tubuh lemas dan pikirkan tidak karuan. Hal yang paling menyakitkan setelah ia mengetahui perselingkuhan suaminya adalah, fakta bahwa keguguran yang menimpanya dua tahun yang lalu adalah perbuatan yang disengaja dan dilakukan oleh suaminya sendiri. Wanita itu tiba-tiba saja hilang keseimbangan membuat tubuhnya seketika hendak tumbang, beruntung Ryan dengan sigap segera meraih pinggang sang majikan lalu membawa ke dalam dekapannya. "Hati-hati, Nyonya," ucap Ryan telapak tangannya nampak melingkar kuat di pinggang Isabella. Sedangkan Bella seketika menghela napas panjang seraya melepaskan lingkaran tangan sang bodyguard. "Aku baik-baik aja, Ryan. Kamu benar, sepertinya aku butuh istirahat," jawabnya dengan wajah datar. Wanita itu pun melanjutkan langkahnya dengan sangat hati-hati. Namun, langkah seorang Bella seketika terhenti saat mendengar suara yang sangat ia kenal terdengar lantang menyerukan namanya. "Siapa laki-laki ini, Isabella? Kamu main serong di belakang Mas?" tanya Antoni terdengar murka. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN