Bella sontak menoleh dan menatap wajah suaminya. "Siapa yang main serong sih, Mas? Dia itu bodyguard aku," jawab Bella santai, meskipun ada banyak hal yang tengah ia tahan.
Sementara Ryan, pria itu segera membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Antoni, meski sebenarnya ingin rasanya ia menghantam wajahnya habis-habisan. Bagaimana bisa pria itu berteriak menuduh sementara dia sendiri orang yang sebenarnya berselingkuh di sini? Ryan kembali berdiri tegak dengan wajah datar dan dingin seperti biasa.
"Bodyguard? Sejak kamu kamu punya pengawal, Isabella? Kenapa gak bilang dulu sama Mas?" tanya Antoni menatap Ryan dari ujung kaki hingga ujung rambut seraya tersenyum sinis.
Ia akui, wajah tampan pria itu mengalahkan ketampanan yang ia miliki. Tubuh sang bodyguard pun berbanding terbalik dengannya di mana perawakan Ryan begitu kekar, bahunya bahkan terlihat tegap dan gagah. Sementara dirinya? Antoni seketika mengusap perutnya yang membulat akibat lemak yang menumpuk.
"Udah deh, gak usah lebai, Mas. Aku lelah, aku mau istirahat," ucap Bella malas seraya memutar bola mata kesal.
"Tunggu dulu, Sayang. Mas belum selesai ngomong," pinta Antoni seraya berjalan menghampiri istrinya. "Emangnya kenapa harus pake bodyguard segala? Apa kamu diteror sama seseorang? Atau, kamu dibuntuti sama salah satu penggemar fanatik kamu?"
Bukannya menjawab pertanyaan suaminya. Yang dilakukan oleh Bella adalah menatap wajah Antoni tajam penuh rasa dendam. Andai saja membunuh itu tidak haram, mungkin sudah ia habisi nyawa suaminya ini.
"Kenapa kamu tega mengkhianati aku, Mas? Kenapa kamu tega membunuh bayi kita? Kenapa kamu malah memilih punya anak dari wanita lain dibandingkan dari aku istri kamu sendiri?" batin Bella dengan kedua mata berkaca-kaca.
Ya, wanita itu hanya sanggup menanyakan semua itu di dalam hatinya. Bukan karena ia tidak berani, tapi ada sesuatu yang sedang ia tuju. Dirinya tidak ingin melepaskan statusnya sebagai Nyonya Antoni dengan tangan kosong. Ia akan merebut harta suaminya sebelum akhirnya menceraikan pria itu.
"Kenapa kamu diam aja, Sayang?" tanya Antoni terlihat begitu memuakkan. "Kalau kamu butuh pengawal, seharusnya kamu bilang dong sama Mas, Mas pasti cariin pengawal yang cocok buat kamu."
Bella tersenyum tipis seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Kamu 'kan sibuk, Mas. Mana ada waktu buat aku, apalagi cariin aku pengawal."
Antoni tiba-tiba menatap sinis wajah Ryan. "Kamu! Kenapa kamu masih di situ, astaga? Kamu mau nguping pembicaraan kami? Dasar gak sopan?" bentaknya penuh emosi.
"Saya permisi," sahut Ryan dengan ekspresi wajah seperti biasa lalu berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan.
Bella tiba-tiba saja mengikuti Ryan membuat Antoni seketika merasa heran. "Kamu mau ke mana, Sayang?" tanyanya seraya meraih pergelangan tangan sang istri.
"Aku lupa kalau hari ini aku masih ada jadwal syuting, Mas," jawab Bella beralasan.
"Syuting?"
Bella menganggukkan kepalanya dengan wajah datar.
"Manager kamu mana? Ko syuting gak bareng sama dia?"
"Dia udah duluan ke lokasi, Mas," jawab Bella. "Aku pergi dulu, ya."
Bella hendak melanjutkan langkahnya. Namun, wanita itu seketika menahan gerakan kakinya saat tubuhnya tiba-tiba saja dipeluk dari arah belakang. Kedua tangan Antoni nampak melingkar di perut istrinya seraya menyandarkan kepadanya di pundak sang istri.
"Mas kangen sama kamu, Sayang. Kamu itu terlalu sibuk, layani Mas sebentar aja. Mas kangen goyangan kamu lho," bisik Antoni, hembusan napasnya terasa dingin membasuh permukaan telinga seorang Isabella.
Bella sontak memejamkan kedua matanya dengan telapak tangan mengepal. Rasanya benar-benar jijik mendengar Antoni mengatakan prihal dilayani. Bukankah pria itu sudah puas dilayani oleh selingkuhannya? Batin Isabella meradang tanpa menimpali ucapan suaminya.
"Ke kamar dulu sebentar, yu. Bentar aja." Antoni kembali berbisik seraya mengecup leher Isabella lembut.
Bella seketika memutar badan seraya melepaskan lingkaran tangan suaminya. Ekspresi wajahnya pun berubah dalam hitungan detik saja, Isabella adalah artis yang memiliki kemampuan akting yang luar biasa. Berpura-pura bahagia adalah keahliannya.
"Aku gak lama ko, Mas! Lagian, masa tengah hari ini mau bercocok tanam? Gak enak, cuaca lagi panas-panasnya," jawab Bella seraya tersenyum lebar. "Emangnya kamu gak ngantor?"
"Sekarang 'kan hari Minggu, Sayang!"
Bella tersenyum hambar. "Benar juga," ucapnya singkat.
"Ayolah, Sayang. Bentar aja," rengek Antoni dengan nada suara manja.
Dahulu, rengekan suaminya itu membuatnya gemas hingga tak bisa menolak apapun yang dia minta, tapi yang ia rasakan saat ini adalah hal yang sebaliknya. Jangankan merasa gemas, yang ada tenggorokannya tiba-tiba terasa mual, rasanya ingin muntah mendengar suara Antoni merengek membuatnya kembali mengingat saat pria itu sedang bercinta bersama wanita bernama Mutia.
"Aku buru-buru, Mas. Aku pergi dulu, ya," jawab Bella segera berbalik lalu berjalan meninggalkan suaminya dengan tergesa-gesa.
Ryan yang tengah menghisap tembakau seraya menyandarkan punggungnya di mobil, segera membuang apa yang tengah ia genggam. Dengan sigap, pria itu bergegas membukakan pintu mobil untuk sang majikan lalu kembali menutupnya setelah memastikan Isabella duduk dengan nyaman di dalamnya tanpa bertanya apapun. Ryan berlari ke arah samping lalu melakukan hal yang sama seperti Isabella.
"Kita mau ke mana, Nyonya?" tanya Ryan seraya menyalakan mesin mobil.
"Jalan aja dulu," jawab Bella tanpa menoleh.
Ryan mengangguk patuh seraya melakukan apa yang diperintahkan oleh sang majikan. Mobil BMW berwarna hitam itu perlahan meninggalkan halaman sebelum akhirnya melesat di jalanan.
Keheningan benar-benar tercipta, Bella diam seribu bahasa seraya menatap keluar jendela melayangkan tatapan kosong. Otaknya mulai dipenuhi dengan ingatan yang menyakitkan di mana Antoni tengah bercinta dengan w************n itu. Suara Mutia yang mengatakan bahwa suaminya sengaja membuatnya keguguran pun kembali terngiang-ngiang di telinganya.
"Dasar b******k!" umpat Bella membuat Ryan sontak menatap wajahnya dari pantulan kaca spion yang berada di dalam mobil.
"Apa Anda baik-baik aja, Nyonya?" tanya Ryan kembali menatap lurus ke depan.
"Berhenti bertanya seperti itu sama aku, Ryan. Kamu tau sendiri kalau keadaan aku tak baik-baik aja," jawab Bella dingin. "Buat apa kamu menanyakan hal yang udah jelas jawabannya?"
Ryan menghela napas panjang tanpa bertanya apapun lagi. Telapak tangannya bergerak memutar stir mobil seraya menatap lurus ke depan. Suara ponsel yang bergetar seketika mengejutkan Bella yang tengah melamun. Wanita itu merogoh tas miliknya lalu meraih ponsel dari dalam sana. Bella seketika menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya mengangkat sambungan telpon.
"Halo, ada apa lagi, Mas?" tanya Bella malas.
"Mas minta kamu balik lagi ke rumah sekarang juga, Isabella," samar-samar terdengar suara Antoni di dalam sambungan telpon. "Kenapa kamu diem aja, Bella?"
Isabella seketika mengerutkan kening tanpa menimpali ucapan suaminya.
"Kenapa kamu diem aja setelah mengetahui perselingkuhan Mas?"
Bella memejamkan kedua matanya seraya memijit pelipis wajahnya yang tiba-tiba saja terasa pusing.
"Balik sekarang juga, Isabella. Mas tunggu kamu di rumah dalam waktu 15 menit."
"Tak ada yang perlu kita bicarakan, Mas. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau sama selingkuhan kamu itu."
"Pokoknya Mas gak mau tau, kamu pulang sekarang juga."
"Maaf, aku tak bisa menuruti keinginan kamu, Mas Antoni. Izinkan aku menenangkan diri sebentar, hatiku terlalu sakit setelah mengetahui pengkhianatan kamu, tapi kamu tak perlu menyesali perbuatan kamu, Mas. Tak perlu juga kamu minta maaf sama aku, kamu bebas melakukan apapun bersama w************n itu."
Bersambung