Aku akan Bertanggung Jawab

1128 Kata
Hira tidak punya tenaga lagi untuk berdebat, bahkan tidak punya harga diri lagi di depan laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya. Hira berpikir sudah perempuan bekas pakai Adnan, lelaki yang sangat ia benci dalam hidupnya. Setelah keduanya berganti pakaian, Hira dan Adnan melanjutkan perjalanan untuk menemukan perkampungan yang bisa menolong mereka berdua. Kini, wanita cantik itu tidak banyak bicara lebih banyak menangis dengan diam, tubuh dan harga diri yang dijaga selama ini hilang begitu saja, tapi menyesal tidak ada gunanya. “Kita istirahat disini dulu, aku akan cari makanan untuk kita.” Adnan meletakkan tas ransel bawaannya di atas batu di dekat sungai. Hira juga meletakkan tas bawaannya. Adnan menggunakan pisau operasi milik dr, Sinta sebagai ujung tombak untuk mendapatkan ikan. Beruntung Alam berpihak pada keduanya, Adnan mendapatkan beberapa ikan besar untuk mengganjal perut. Dalam ransel ia juga menemukan korek dan menggunakan alkohol untuk menyalakan api. Suasana begitu hening Adnan tidak banyak bicara begitu juga dengan Hira mereka melakukan semuanya dengan diam, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. ‘Bagaimana aku menjelaskan pada Bunda kalau putri kebangaannya sudah rusak. Mana mungkin Sean mau menikah dengan wanita rusak sepertiku. Kenapa jadi seperti ini … ya ampun dosa apa yang sudah aku perbuat. Kenapa hidupku selalu mengalami kesialan’ Hira melamun menatap dalam kobaran api yang membakar ikan yang mereka tangkap. Adnan melirik wajah Hira yang terus melamun, ia hanya bisa menghela napas. “Maaf kalau aku tadi menyakitimu. Aku bisa bertanggung jawab kalau kamu mau,” ujar Adnan. Inilah yang diharapkan pria itu darinya, mendapatkan Hira jadi miliknya. Namun reaksi dokter cantik itu di luar dugaan. Hira menolak menikah dengannya. "Tidak perlu, kamu tidak harus melakukannya.” Adnan terdiam, wanita yang dulu ia usir dari hidupnya tidak mengharapkan dirinya lagi, bahkan membenci dirinya. Dulu mereka teman, lalu berubah jadi lelaki idaman Hira bahkan menobatkan pria tampan itu sebagai cinta pertamanya. Namun beberapa tahun kemudian saat mereka beranjak remaja pria idaman berganti jadi pria yang paling ia benci, sekarang … bagi Hira Adnan hanya orang asing. “Ini makanlah, agar kamu kuat untuk jalan.” Adnan meletakkan ikan bakar itu diatas daun, lalu ia memakannya dengan diam. Perubahan sikap Hira membuat Adnan merasa bersalah. Ia mendengus kesal. “Apa sebaiknya aku tidak melakukanya tadi? Apa seharusnya pria asing itu yang melakukannya padamu? Kamu membuatku tampak bodoh Hira, aku melakukan itu demi menyelamatkanmu,” ucap Adnan menjelaskan seolah-olah dirinya tidak salah. “Aku tidak menyalahkanmu, kenapa kamu marah?” Adnan melemparkan ikan bakar yang dipegang, “dari tadi kamu hanya diam dan terus menangis.” “Lalu apa aku harus tertawa? Aku kesakitan Adnan, aku belum pernah melakukan itu. Walau kamu menuduh sebagai lumput liar, nyatanya aku selalu menjaga tubuhku,” beber Hira Adnan berdiri. “Aku melakukannya dengan terpaksa.” “Aku tau, aku hanya kesakitan dan tubuhku meriang makanya aku diam.” Gadis cantik itu mengusap air di wajahnya yang terus mengalir deras. Adnan mendekat, ia meraba kening Hira ternyata demam, pria bertubuh tinggi itu duduk di samping Hira ia menarik kepalanya ke dadanya, “ istirahatlah kamu demam.” “Tidak perlu, aku bisa di sini.” Ia meletakkan kepalanya di sisi batu dan menutup mata.Hira menolak tapi pria bertampang dingin itu memaksa untuk istirahat, Hira akhirnya setuju, ia tertidur pulas setelah minum obat peredah panas. Sama-sama kelelahan Adnan juga tertidur, pria itu terbangun saat sesuatu menyenggol kakinya saat ia membuka mata sekelompok Babi hutan menatapnya dengan mata berbinar, dan sebagian lagi babi liar itu memakan sisa-sisa ikan yang mereka bakar. Adnan bergerak perlahan ia menarik kakinya yang terlentang tadi. Adnan menepuk-nepuk wajah Hira meminta bangun, wanita cantik itu kaget saat mereka dikerubungi babi hutan. “Apa yang mereka inginkan?” tanya Hira ketakutan. “Aku tidak tahu, mungkin mereka pikir kita menyimpan makanan dalam tas.” Adnan melempar tas ransel dan meminta Hira naik keatas batu, setelah binatang berkaki empat itu puas mengacak-acak tas ransel, akhirnya mereka pergi tidak menemukan makanan di sana. Hari semakin sore Adnan dan Hira masih terjebak dalam hutan, tidak ingin bermalam di sana. Keduanya memutuskan tetap berjalan mengikuti aliran sungai, berharap menemukan orang yang bisa membantu . Tiba-tiba Hira berhenti . “Ada apa?” “Aku ingin pipis.” Mendengar hal itu Adnan memperlihatkan raut wajah kesal. “Kalau kamu ingin kencing ya tinggal kencing Hira, apa harus minta ijin padaku. Bukan waktunya untuk manja, kita terjebak di hutan,” ujar Adnan. Hira masih diam, sebagai seorang dokter ia sudah tahu apa yang terjadi. ‘Oh, ini pasti sangat perih, bisakah aku tidak berteriak. Ini akan sangat memalukan’ Ia terus menimang semua yang akan terjadi. Bagi orang yang sudah merasakan, pasti sudah paham bagaimana rasa perihnya jika terkena air apalagi air seni. “Mungkin nanti saja. " “Kencing, tinggal kencing kenapa harus jadi masalah , di sini tidak ada orang,” ujar Adnan. ‘Dia tidak tahu atau memang pura-pura tidak tahu? Apa dia tidak berpikir kalau aku akan kesakitan setelah dia merobeknya, dasar lelaki egois, dia tahu enak saja’ Hira berdecak kesal dalam hati. Adnan merentangkan tangannya meminta Hira berpegangan padanya, karena masih kesal Hira menolak. Adnan berjalan menjauh saat ingin melompat batu. Hira terjatuh karena batunya licin. Hira menangis kesakitan memegang kaki. “Aku sudah katakan tai untuk pegang tanganku, kamu keras kepala”. Adnan duduk jongkok di depannya memintanya naik punggungnya. “Naiklah cepat sebelum aku berubah pikiran.” Hira terpaksa naik punggung Adnan, pria itu menggendongnya , baru berapa lama Hira tidak tahan lagi, ia membuka kran miliknya. “Tolong turunkan aku bentar aku ingin pipis,” ujar Hira memohon, kali ini pria itu tidak menolak. Ia menurunkan Hira di belakang batu, saat ia jongkok penderitaan itu dimulai, Hira sampai meringis sambil menggigit bibir sampai berdarah menahan luka robek di bagian intinya,rasa perih di bagian bawahnya membuatnya menderita. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Adnan saat Hira berdiri. “Ini sangat perih.” Hira menangis sambil menjepit pangkal pahanya. Adnan terpaku seperti orang bodoh ia tidak tahu harus mengatakan. “Kamu manja bangat,” ujar Adnan. Mendengar kata manja dari mulut Adnan , Hira rasanya ingin menendang pria itu sampai pingsan, tetapi ia berpikir ulang tidak ingin ditinggalkan dalam hutan, tetapi ia bersumpah dalam hati kalau ia tidak akan menjauh dari Adnan selamanya. “Aku akan menggendongmu lagi.” Keduanya kembali dalam diam, Hira mengusap bibirnya yang berdarah. Dalam hati ia bersumpah tidak akan mau menikah dengan Adnan, walaupun mahkota berharganya direnggut oleh Adnan. Ada banyak hal yang dipikirkan agar bisa jauh dari laki-laki arogan tersebut. Setelah saling diam, akhirnya mereka tiba di suatu tempat. Keduanya menemukan sebuah perkampungan. Beruntung warga setempat baik dan mau menolong Adnan dan Hira, memberi mereka makan dan meminjamkan ponsel.Namun dalam otak Hira ia ingin pulang sendiri tidak ingin bergantung pada Adnan. Ia menoleh ke sekeliling mencari peluang untuk pulang sendiri tanpa Adnan. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN