Membantu Orang yang Melahirkan

1399 Kata
Di sisi lain. Polisi akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian para penjahat yang menjebak para dokter. Sayangnya bos penjahat itu melarikan diri melalui terowongan bawah tanah. Sejumlah dokter yang ditawan berhasil diselamatkan, penggerebekan itu menjadi berita besar karena melibatkan sejumlah dokter dari salah satu rumah sakit besar. Keluarga Hira histeris saat mendengar kabar beberapa dokter ditemukan tewas. “Hira! Hira.” Bunda Hira menangis histeris, ketika tidak menemukan Hira diantara dokter yang dirawat. “Bunda tenanglah, Hira pasti selamat.” Leo membujuk sang Ibunda agar tenang. Ia baru ingat kalau tadi pagi Adnan bertanya tentang kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan dari rumah sakit. Lelaki yang berprofesi sebagai pengacara itu , buru-buru menelepon Adnan kan tetapi ponsel Adnan tidak aktif. Hira anak yang beruntung sebab kedua kakak laki-lakinya saat perhatian padanya, saat Hira dikabarkan hilang mereka semua melakukan cara untuk menemukan sang adik. Leo meminta bantuan seorang polisi untuk membantu menemukan keberadaan Hira. Para dokter mengalami penganiayaan, wajah dan tubuh mereka terluka . Leo dan Damar kakak laki-laki Hira tidak bisa menyembunyikan kepanikan, ia menutup mulut menahan tangisan. Tidak sanggup membayangkan kalau saja adik tercinta mengalami seperti yang mereka alami. Tetapi sebagai kakak laki-laki tertua ia akan bersikap. 'Apa Hira juga disiksa seperti ini? ' “Apa kabar tentang keberadaan Adikku Pak?” tanya Damar pada seorang dokter. “Coba tanyakan pada polisi yang bertugas di sana Pak,” usul seorang dokter. “Damar menghampiri anak buah Gio. “Apa ada kabar dengan dokter Hira Pak?” “Anggota kami masih menyisir ruangan itu Pak, ada banyak mayat yang disimpan di sana, kami kesulitan mengidentifikasi.” “Ma-mayat ….”Tubuh Damar nyaris tumbang ke belakang mendengar kata mayat. “Iya, mereka ditumpuk dalam satu tempat, anggota kami sedang bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini.” Perkataan dokter ternyata didengar keluarga Hira, bahkan ibunya pingsan, ketika mendengar mayat ditumpuk dalam satu ruangan. “Kalau aku tahu putri kesayanganku akan mengalami hal seperti ini lebih baik dia tidak pulang ke Indonesia,” tangis Rena sebelum pingsan. Zafar beringsut di lantai, “ tolong selamatkan putriku, tolong selamatkan,” ucapnya berulang-ulang. Keluarga Hira begitu terpukul atas menghilangnya Hira. Leo dan Damar terus berusaha mencari informasi di tempat kejadian Mereka tidak tahu kalau Hira diselamatkan Adnan, walaupun ia harus kehilangan kehormatan, harga yang sangat mahal dibayar untuk bisa selamat dari Ditempat lain. Adnan dan Hira sudah makan dan berganti pakaian, orang-orang di kampung memperlakukan Hira dengan baik. Saat Hira duduk di kursi kayu di teras rumah, Adnan datang, “Mari kita bicara sebelum pulang.” Hira hanya menoleh sekilas, “mau bicara apa?” Entah ini rencana Adnan, tetapi ia masih membujuk Hira menikah dengan daLih Hira sudah kehilangan kesuciannya. “Aku bisa menjelaskan pada keluargamu tentang apa yang sudah kita alami. Aku akan bertanggung jawab karena telah merusak kehormatanmu. " “Jangan katakan apapun atas apa yang terjadi diantara kita berdua. Aku bisa mengatasi sendiri,” potong Hira. Adnan terdiam, tadinya ia sempat berpikir kalau Hira akan setuju menikah. Ternyata dokter cantik itu menolaknya. “Kenapa? Bukannya kamu ngomong tadi kalau aku merusak masa depanmu?” “Lupakan saja, aku tidak akan meminta apa –apa darimu.” Hira mengalihkan wajahnya ke tempat lain. Perubahan sikap Hira dan semua penolakannya darinya membuat Adnan semakin penasaran. Ia tidak pernah menduga kalau gadis yang tergila-gila padanya sejak dulu bisa melupakannya, bahkan bersikap tidak peduli . “Aku bisa bertanggung jawab jika kamu mau,” tawar Adnan lagi. “Tidak, aku tidak akan meminta apa-apa darimu.” “Apa kamu ingin Dikto menikahimu?” sindir Adnan dengan tatapan sinis. Hira muak membahas hal itu dengan Adnan, tetapi ia terlalu malas untuk berdebat, “ Kamu pulang duluan saja aku akan meminta keluargaku menjemputku besok ke sini.” Mendengar hal itu Adnan tersenyum kecut, “apa itu balasan untuk penyelamatan yang aku lakukan?” “Terimakasih,” sahut Hira dengan raut wajah kesal. Adnan merasa apa yang dilakukan tidak dihargai sama Hira, “kita datang bersama itu artinya kita juga pulang bersama juga.” Adnan melepaskan kemeja yang dipakai memperlihatkan tato besar di punggungnya, melihat karya seni di punggung lelaki itu Hira malas melihatnya, ia memilih melihat bintang di langit. Adnan menyalahkan sebatang rokok menghembuskan asapnya ke udara, mencium bau rokok kepala Hira langsung terasa pusing. Ia berdiri, “Baiklah selamat malam.” Adnan ikut berdiri, “Apa aku membuatmu tidak nyaman.” Ia membuang rokok yang dipegang. ‘Kalau bisa jujur iya, kamu bukan lelaki idamanku lagi, aku menyesal pernah jatuh cinta pada lelaki berandalan seperti kamu’ Hira membatin, ia berpikir penjahat yang menyekap mereka tapi pagi ada hubungannya dengan Adnan, tapi Hira tidak ingin membahas apa lagi mengingatnya, ia ingin melupakan semua kejadian buruk itu agar ia bisa tetap hidup. “Tidak, aku akan istirahat.” Saat ia berdiri sepasang suami istri yang hendak pulang ke Jakarta menawarkan tumpangan. “Ikut saja dengan mobil kami kebetulan kami mau ke rumah sakit.” Hira dan Adnan sama-sama menoleh ke dalam mobil. Seorang wanita hamil dan anak kecil tersenyum ramah. “Baiklah.” Adnan tidak menolak. Tapi Hira ragu selain sudah malam gerimis juga turun, itu artinya jalanan akan licin saat mereka turun pulang. Ia tidak mau satu mobil dengan Adnan. “Saya besok pagi saja, Pak Adnan mungkin akan pulang bersama kalian.” “Besok pagi, belum tentu ada mobil. Kenapa kamu tidak ikut pulang saja.” Adnan menarik tangannya mengajaknya ikut pulang. Sebenarnya ia semakin kesal karena Adnan selalu memaksa, tapi Hira tidak ingin berdebat di depan banyak orang. Ia memilih ikut pulang. * Apa yang ditakutkan Hira benar, saat mobil baru saja meninggalkan desa, hujan turun dengan sangat deras. Jalanan licin, saat jalan berguncang tiba-tiba wanita hamil itu meringis memegang perut. “Aduh.” Hira yang saat itu memangku anak kecil, menoleh kesamping. “Mbak, tidak apa-apa? “Perutku tiba-tiba sangat sakit.” “Ibu kenapa?” Suami yang memegang kemudi ikut panik. “Berapa usia kandungannya?” Hira sangat cemas melihat ibu hamil itu kesakitan. “Sembilan bulan. Perkiraan dokter masih dua minggu.” “Prediksi dokter terkadang melenceng, bisa lebih cepat dari perkiraan.” Hira meraba perut, wanita itu sedang mengalami kontraksi . Teriakan kesakitan dari ibu hamil itu membuat mereka semua panik. “Biarkan saya membantu, saya seorang dokter,” ucap Hira, wajah suaminya langsung lega mendengar Hira dokter. “Kita hentikan mobilnya, ketubannya pecah,” pinta Hira . Suasana makin panik karena anak laki-laki mereka ikut menangis melihat ibunya menangis. “Bapak pindah ke belakang biar saya yang ambil kemudi.” Adnan membuka pintu dan berlari ke pintu kemudi, hujan semakin deras menambah ketegangan di dalam mobil. Anak kecil menjerit semakin keras. Hira membantu wanita itu bersalin. “Tolong hentikan mobilnya, bisa bantu anak ini , dia sangat ketakutan,” pintah Hira. Adnan dengan pakaian basah kuyup pindah ke belakang lagi. Namun anak itu bukannya berhenti malah semakin menangis keras. Sementara ibu hamil itu kesakitan berusaha mengejan anak yang akan ia dilahirkan. Tidak ada yang lebih menegangkan daripada membantu seorang ibu bersalin di tengah hujan deras dan ditengah tangisan anak kecil. “Pak, bagaimana kalau teman saya yang membantuku dan bapak yang menggendong anak bapak,” ujar Hira, kepalanya ingin meledak mendenag teriakan anak yang menangis tersebut, “Baik Dokter lakukan yang terbaik, Aku percaya padamu.” Hira meminta Adnan memegang kaki ibu hamil itu, tapi Adnan menolak., “ini perjuangan hidup dan mati, kalau kita tidak melakukannya dengan cepat ibu dan anak ini dalam bahaya. Ketubannya sudah pecah kalau itu sampai habis akan semakin sulit bayinya keluar. Jadi tolong bantu,” ucap Hira. Adnan mengusap dahinya yang basah. “Apa yang harus aku lakukan?” Hira meminta mendorong sebelah kaki ibu hamil tersebut. “Berusahalah lebih keras lagi Bu, dalam hitungan ketiga kita lakukan bersama-sama dorong dengan kuat. Butuh perjuangan keras untuk Hira membantu wanita itu melahirkan, pakainya basah bukan karena hujan melainkan keringat. Sekitar setengah jam berjuang bersama-sama. Adnan tidak berani melihat pemandangan yang mengerikan di depan matanya. Ia merelakan tangannya dijadikan pelampiasan sama wanita itu, dicakar , digigit tidak masalah bagiannya. Saat wanita itu mengeluarkan semua tenaganya Adnan seolah-olah ikut melahirkan, ia mengeluarkan suara, tetapi matanya tetap tertutup. “Dorong! Dorong sedikit lagi kepalanya sudah terlihat.” Adnan membuka mata, ia nyaris pingsan melihat genangan darah di jok mobil sekaligus menyaksikan pemandangan yang luar bisa, dari lubang sekecil itu bisa keluar kepala segede bola. Sang pencipta memang luar biasa. Setelah berjuang lama akhirnya lahir seorang bayi perempuan mungil Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN