Setelah mendengar suara tembakan Adnan mengendap-endap dan masuk ke sana. Saat ia tiba ia melihat pemandangan yang tidak biasa, para dokter dijadikan objek mainan sama kepala penjahat tersebut.
Hira ketakutan tetapi otaknya masih bisa bekerja, ia membuka bolpoin dan menuangkan tinta pena ke tangannya lalu mengoleskannya ke wajahnya rambut dan pakaiannya. Dengan begitu ia beberapa kali dilewati karena wajahnya terlihat kotor.
“Aku belum puas,” keluh lelaki tua tersebut saat melihat dokter muda yang digilir itu pingsan, boa penjahat itu tidak merasakan kepuasan. Anak buahnya berjalan ke arah Hira.
Ditengah ketakutannya Hira memohon agar dikirim penolong, ternyata permohonan kecilnya di dengar. Tiba-tiba seseorang muncul menyelamatkannya hidupnya.
“Biar saya yang melakukannya,” ucap seseorang, tubuh Hira bergetar bahkan untuk menoleh yang punya suara ia tidak punya kekuatan lagi. Adnan berjalan melepaskan jubah dokter dan melepaskan pakaian satu persatu, tubuh kekarnya dan tato yang terukir di tubuhnya memperlihatkan kesan sangar.
“Siapa kamu?” tanya lelaki itu menatap Adnan.
“Saya dokter yang akan melakukan pertunjukkan yang bisa membangkitkan semangatmu sebagai seorang lelaki.”
Adnan mendekati tubuh Hira, mata bulat wanita cantik itu melotot menatap Adnan yang tidak mengenakan pakaian, ia terlihat seperti patung yunani dengan pahatan tubuh yang terlihat begitu kokoh, melihat sosok penolong di depan matanya ingin rasanya ia berteriak histeris.
“A-apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Hira menatap pria di depannya dengan tatapan benci.
‘Kenapa harus lelaki yang paling aku benci datang menolongku …? Tidak … Tidak! Lebih baik aku mati’ Naira menolak.
“Lakukan bersamaku agar kamu selamat,” bisik Adnan.
“Ka-kamu gila? Lebih baik aku mati. Apa ini rencana busukmu untuk mendapatkanku?” tanya Hira dengan suara bergetar.
“Mereka tidak akan membunuh Hira … menjadikanmu badut mainan. Kamu pilih. Melakukannya dengan pria besar di sana atau denganku? Dia akan menyiksamu sampai pingsan seperti rekanmu.”
Adnan mendekat sambil berbisik, “Aku akan melakukannya hati-hati.”
“Aku tidak mau Adnan,” ucap Hira terisak-isak.
“Kamu bagian dari mereka,” tuduh Hira menatap Adnan dengan tatapan begis.
“Berhenti menuduhku, aku hanya berusaha menolongmu.”
Saat pria besar itu mendekat Adnan dengan cepat mengangkat tubuh Naira mendudukkannya di sebuah kursi .
“Kamu harus percaya padaku dan menuruti apa yang aku lakukan, kita hanya perlu mengulur waktu, sebelum polisi datang,” ucap Adnan, belum sempat menyahut Adnan meraih dagu Hira mengecup bibir Naira sembari bicara. “Kamu harus mengikuti apa yang aku katakan.”
“Aku tidak bisa. Biarkan mereka membunuhku, daripada ,melakukannya denganmu.”
“Apa kamu lebih memilih lelaki jahat itu menyentuh tubuhmu dari pada lelaki yang kamu kenal?”
Naira tidak punya pilihan lain, walau membenci Adnan, tetapi ia memilih percaya dan menurutinya.
Adnan melakukan gaya bercinta yang erotis seperti sebuah pertunjukkan seni musikal dengan tubuh besarnya ia mengangkat tubuh naked Hira ke atas lalu menggendongnya dan merentangkan kakinya dengan lebar gerakan yang dilakukan Adnan seakan mematahkan semua tulang-tulang Hira . Antara , takut, malu, sakit ia tidak bisa membedakanya ia hanya ingin hidup dan keluar dari tempat tersebut, pertunjukan erotis yang dilakukan Adnan mirip seperti drama musikal ala Yunani. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan rasa sakit yang dialaminya, ia hanya menjerit meringis dan berteriak.
Ternyata suara kesakitan Hira memberi kepuasan tersendiri pada kepala Mafia. Kepala mafia memiliki kelainan yang disebut masokis dimana ia hanya ingin menonton orang melakukan gaya bercinta ekstrim dan dia merasa puas.
"Teruslah berteriak dan dia akan senang, " Pinta Kalian.
"Kamu gila? Aku memang sakit! " Sahut Hira marah.
Adnan tidak sampai di sana ia sengaja melukai tangan nya ke paku agar mengeluarkan cairan merah. Tetes darah itu ia arahkan ke pangkal kaki Hira.
Wanita cantik itu tidak mengerti apa yang dilakukan Adnan. Ia hanya pasrah saat Adnan memutar dan membolak-balikkan tubuhnya. Tubuhnya bagai sebuah bantal guling. Adnan ingin memberi kepuasan yang lebih tinggi pada Bos mafia tersebut. Karena biasanya orang yang kelainan seperti itu akan mendapatkan kepuasan jika objek yang ditonton kesakitan dan semakin terpuaskan jika melihatnya berdarah-darah. Itulah yang dicoba dilakukan Adnan.
Lelaki bertubuh besar itu terus saja memainkan tubuh Hira. Saat wanita cantik itu menutup mata Adnan meminta membuka mata dan meminta manatap matanya dengan lekat dengan begitu pertunjukan akan semakin menarik.
“Aku mohon jangan lakukan,” lirih Hira menahan tangisan saat tangan Adnan menyentuh bagian bawahnya .
“Kita harus melakukanya untuk menuntaskan pertunjukkan, jika aku tidak melakukannya pria besar itu yang akan melakukannya, karena begitulah peraturanya,” bisik Adnan.
Hira melihat lelaki tua itu memerintahkan pengawalnya yang bertubuh besar untuk mendekat, Hira panik ia tidak mau pria besar itu menusuk tubuhnya.
“Dia datang,” ucap Hira panik.
Dengan gerakan kilat Adnan membalikan tubuh Naira dan melakukannya dengan cepat, Hira menjerit kesakitan karena itu pertama kalinya ia melakukannya, cairan merah menetes deras membanjiri kakinya. Adnan terkejut karena Hira masih perawan, tadinya ia berpikir gadis yang dia panggil gadis manja sudah pernah melakukannya, itulah sebabnya ia melukai tangannya tadi.
Teriakan kesakitan itu membuat pria tua itu mendapatkan kepuasan, pria tua itu duduk di kursi dengan tubuh menggelinjang menikmati puncak kepuasannya. Saat anak buahnya lengang mengurus bos mereka. Kesempatan itu digunakan Adnan . Setelah melakukannya beberapa kali ia menarik tubuhnya dan memilih menyelamatkan Hira. Menarik tangan Hira membawa lari dari sana. Untungnya ia mendapatkan kunci mobil yang dipakai dokter. Adnan buru-buru mengenakan pakai dengan asal, lalu menginjak pedal gas membawa mobil menjauh dari sana.
Naira menangis sejadi-jadinya.
“Diamlah, pakai ini saja.” Ia memberikan jubah dokter yang digantung di jok mobil. Setelah berhasil kabur Adnan menghentikan mobilnya di pinggir hutan, ia dan Naira mengenakan pakain seadanya. Mobil yang dikendarai Adnan mengalami pecah ban. Mau tidak mau mereka berjalan membawa barang-barang yang bisa digunakan, saat sedang berjalan ia mendengar mobil penjahat itu mengejar.
Adnan mendorong mobil itu sampai jatuh ke dalam jurang, para penjahat berpikir mereka mengalami kecelakaan.
Keduanya berhenti untuk istirahat, Hira masih terus mengusap ujung matanya menyingkirkan air yang terus mengalir. Adnan juga tidak tahu harus mengatakan apa-apa.
“Aku terpaksa melakukannya.”
“Aku tidak mana yang harus aku percaya. Aku hanya mengutuk kebodohan diriku, kamu benar aku orang bodoh yang mudah dibohongi, kalau saja aku menyelidiki latar belakang organisasi itu semua ini tidak akan terjadi padaku,” ujar Hira ia kembali menangis. Adnan hanya diam