“Mana kenal gue.”
“Itu loh si Keyra.”
“Oooh… terus-terus?”
“Ya… belum lama ini, aku tidak sengaja mencelakai dia….”
“Mencelakai gimana sih maksudnya?”
“Ya begitu lah pokoknya… aku mencaci makinya lalu menjambak rambutnya, tidak sendiri sih… sama Bella juga….”
“Cuma itu doang kan? Terus kenapa lo sampe segitunya?”
“Bukan gitu masalahnya… pas terakhir, aku dorong atau tendang dia gitu aku juga udah lupa… tapi secara tidak sengaja kepalanya itu terbentur sama ujung meja. Jadinya dia pingsan terus aku juga liat kalau kepalanya bocor. Karena takut disalahin, aku langsung bawa Bella keluar dari aula sekolah 2 deh,”
“Bocor? Terus gimana keadaan dia sekarang?” tanya Zello lagi.
“Aku tentu tidak tahu, tapi semenjak kejadian itu… dia belum masuk sekolah sampai sekarang, dan aku juga tidak tau siapa yang bawa dia dari aula itu,” jawab Viola yang semakin terlihat mengantuk.
“Jadi… itu yang bikin lo kepikiran?”
“Iya… aku takut dituntut… kalo sampai dia ngadu ke orang tuanya bisa fatal.”
“Ah… benar juga ya.”
“Iyaa… hoaamm….”
“Kamu kenapa lagi?” tanya Zello sok heran.
“Ngantuk banget, kepalaku tiba-tiba aja pusing,” jawab Viola dengan kondisinya yang sudah semakin kacau.
“Ah begi—”
Drrtt… getar ponsel Zello yang ternyata dari sang mama. Dengan gembira, akhirnya Zello pun mengangkat panggilan tersebut.
“Zello, kamu bisa pulang sekarang?” tanya sang mama dengan nada cemas.
“Memang ada apa ma?” tanya balik Zello dengan dahi mengernyit heran.
“Ada yang mau mama omongin,” jawab Zellin.
“Oke ma, Zello akan pulang sekarang,” balas Zello lalu langsung memutuskan sambungan telepon. Zello menghela nafas lega saat melirik Viola yang sudah tertidur pulas. Akhirnya ia pun membopong wanita tersebut keluar dari club untuk memberhentikan taksi.
“Pak, tolong antar ke alamat ini ya… jika bapak berani macam-macam, saya bisa lapor polisi ya… karena saya bisa melacak mobil bapak nantinya,” ucap Zello pada sang supir taksi.
“I—iya mas, kalau begitu saya jalan sekarang,” balas supir tersebut takut lalu langsung masuk ke dalam mobil dan membawa Viola pergi ke alamat yang tertera pada secarik kertas yang ia terima dari Zello.
“Huh, lega rasanya,” ujar Zello lalu masuk kembali ke club tersebut untuk membayar sekaligus mengambil kamera dan recorder yang sengaja ia taruh di tempat tersembunyi.
***
Setelah sampai di depan rumah, Zello bergegas keluar dari mobil dan masuk ke dalam. Di ruang tamu, kini terdapat Selain yang tampak mencemaskan suatu hal. Zello yang khawatir pun langsung menghampiri sang mama.
“Ada apa ma?” tanya Zello pada sang mama.
“Zello, apa kamu tadi bertemu Keyzia saat di jalan?” tanya balik Zellin yang membuat Zello mengernyit heran. Mengapa sang mama bisa seperti ini?
“T—tidak ma, memangnya kenapa?” bohong Zello yang sangat terpaksa.
“Ibunya, Kania tadi menelpon mama sambil menangis,” balas Zellin jujur.
“Ada apa dengan Keyzia ma?” tanya Zello yang kini semakin dibuat khawatir akan kondisi Keyzia saat ini.
“Trauma nya kambuh lagi, ibunya kini sangat terpukul Zello, mama tidak tega melihat Kania yang seperti itu,” jawab sang mama yang terlihat juga sangat sedih mengenai itu.
“Trauma? Apa yang terjadi pada Keyzia sebenarnya saat ini ma? Tolong jelaskan lebih detail,” pinta Zello yang panik sendiri.
“Mama juga tidak tau Zello, tapi yang mama tau… jika luka itu sudah terbuka, Keyzia akan mengurung diri di kamar dan bertingkah layaknya orang yang sudah hilang akal. Untuk itu, Kania menelpon mama guna memberitahukan bahwa besok dan beberapa pertemuan ke depan, kamu tidak perlu datang,” ujar Zellin yang membuat mata Zello pun terbelalak mendengarnya.
“Apa? Kenapa bisa seperti itu mama? Apa perlu di bawa ke dokter saja?” tanya Zello yang semakin gencar bertanya.
“Mama tidak mengetahui dengan jelas mengenai itu, yang bisa kita lakukan hanya berdoa agar kondisi Keyzia membaik nantinya,” Jawab Zellin yang membuat Zello semakin frustasi mendengarnya. Sungguh, ia sangat ingin menemui Keyzia saat ini juga.
“Masuklah ke kamar, ini sudah malam, kamu harus beristirahat,” ujar sang mama menyuruh Zello untuk masuk ke kamarnya.
“Iya ma,” balas Zello menurut, lalu langsung masuk ke kamarnya sendiri untuk tidur.
***
Keesokan harinya, Kini Zello dengan terburu-burunya bergegas untuk keluar rumah dengan membawa tas berisi buku-bukunya. Zellin yang melihat Zello turun dari tangga dengan tergesa-gesa seperti itu pun dibuat bingung.
“Zello, kamu mau kemana buru-buru begitu? Bawa tas juga lagi,” tanya Zellin heran.
“Mau ke rumah Keyzia ma, Zello berangkat dulu ya,” jawab Zello lalu langsung menyalimi tangan Zellin dan bergegas pergi keluar rumah.
“Zello kan semalam mama sudah bilang! Jangan ke rumah Keyzia dulu!” ujar Zellin sengaja mengeraskan suaranya agar Zello dapan mendengar ucapannya.
“Tenang aja mama!” balas Zello ketika sudah di luar rumah. Ia, langsung masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju rumah Keyzia.
***
Setelah sampai di rumah Keyzia, Zello pun langsung mengetuk pintu rumah tersebut. Dan tak lama, pintu pun terbuka yang menampakkan wajah kaget Kania saat melihat Zello.
“Ada apa Zello? Bukankah semalam tante sudah memberitahukan mamamu?” tanya Kania pada Zello.
“Sudah tante, tapi Zello ingin mencoba,” jawab Zello dengan cengiran khas miliknya.
“Maaf Zello, tapi kondisi Keyzia saat ini sedang tidak memungkinkan. Lebih baik kamu pergi sekarang ya,” ujar Kania yang berniat menutup pintu kembali namun ditahan oleh Zello.
“Saya mohon tante,” balas Zello dengan wajah seriusnya menatap wajah cemas milik Kania.
“Tapi—”
“Percayakan sama saya,” potong Zello meyakinkan Kania.
“B—baiklah, silahkan masuk,” balas Kania pada akhirnya mempersilahkan Zello untuk masuk ke dalam.
“Zello langsung ke kamar saja boleh tante?” tanya Zello meminta izin.
“Boleh tapi—”
“Tidak apa-apa tante, percayakan pada Zello,” potong Zello guna meyakinkan Kania kembali.
“Baiklah, tapi tante sarankan agar kamu tidak kaget melihat kondisi Keyzia nanti,” ujar Kania mengingatkan.
“Tidak masalah tante, kalau begitu Zello ke atas dulu,” balas Zello lalu segera naik ke lantai 2 menuju kamar Keyzia.
Saat ia sampai di depan kamar sang murid, Zello mendengar suara-suara ocehan yang diiringi oleh tangisan pilu. Zello yang mendengar dibuat meringis sendiri. Apa itu karena semua omongan Viola semalam? Pikir Zello. Tidak ingin berlama lagi, Zello pun langsung mengetuk pintu kamar. Tak ada respon, Zello pun memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar.
“Keyzia…,” panggil Zello pada Keyzia yang tengah duduk di atas ranjang sambil menutup kedua telinga serta menekuk kedua lututnya sendiri. Jujur saja, Zello sempat kaget saat melihat kondisi Keyzia yang terlihat sangat kacau saat ini. Rambutnya yang acak-acakan, pandangannya yang kosong, serta raut wajahnya yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.