Saat ia sampai di depan kamar sang murid, Zello mendengar suara-suara ocehan yang diiringi oleh tangisan pilu. Zello yang mendengar dibuat meringis sendiri. Apa itu karena semua omongan Viola semalam? Pikir Zello. Tidak ingin berlama lagi, Zello pun langsung mengetuk pintu kamar. Tak ada respon, Zello pun memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar.
“Keyzia…,” panggil Zello pada Keyzia yang tengah duduk di atas ranjang sambil menutup kedua telinga serta menekuk kedua lututnya sendiri. Jujur saja, Zello sempat kaget saat melihat kondisi Keyzia yang terlihat sangat kacau saat ini. Rambutnya yang acak-acakan, pandangannya yang kosong, serta raut wajahnya yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.
“Keyzia…,” panggil Zello lagi yang kini semakin mendekat membuat Keyzia pun sontak menoleh dengan panik.
“P—pergi! J—jangan mendekat!” pekik Keyzia menatap nyalang Zello.
“Keyzia, ini aku Zello,” ujar Zello yang tak gentar. Ia tetap mendekat ke arah Keyzia. Bahkan, kini ia sudah duduk tepat di samping gadis yang tengah panik hebat itu.
“T—tolong! Aku mohon jangan! Jangan sentuh aku!!” jerit Keyzia sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan erat.
“Keyzia….”
“Aku mohon… tolong jangan sentuh aku… aku benar-benar minta maaf….”
“Keyz—”
“Pergi! Dasar kamu baj*ngan tua m***m! Jangan coba-coba kau melecehkan aku! Atau kau akan mendapat balasan dari ayahku!” ujar Keyzia menatap Zello penuh dengan kebencian.
“Akkhhh!! S—sakitt!! Kumohon hentikan!!”
“Hentikan kumohon lepaskan aku sekarang juga!!”
Melihat sekaligus mendengar reaksi dan perkataan Keyzia, membuat Zello pun hilang akal. Entah, tapi saat ini ia merasa seperti melihat sekaligus mendengar rekaan ulang peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Zello yang tak tega pun akhirnya dengan nekat memeluk tubuh gadis tersebut yang membuat sang empunya semakin menjadi-jadi.
“Aaaaa!!! Sakitt!!! Ahhh… Lepaskan akuu!! Aakkhhh itu sakitt!! Hentikan kumohon hentikan! Tolongghh!!” jerit Keyzia yang berontak dalam dekapan Zello.
“Aku menolongmu Keyzia, aku di sini… jangan takut, ini aku,” ujar Zello yang semakin mempererat pelukan.
“Tolong… tolong aku… kumohon tolong aku….” lirih Keyzia yang sudah mulai melemas.
“Aku di sini Keyzia… aku menolongmu, kembalilah… ini bukan masa lalu,” ujar Zello yang entah membuat Keyzia tersentak sejenak. Lalu, ia pun langsung merasakan balasan pelukan dari Keyzia.
“Z—Zello…,” panggil Keyzia dengan suara bergetar.
“Keyzia?! Syukurlah…,” balas Zello menghembuskan nafas leganya. Ia mengusap rambut Keyzia dengan lembut, sesekali mengecup puncak kepala gadis tersebut.
“Aku takut Zello… aku takut…,” lirih Keyzia yang semakin membenamkan wajahnya di d**a bidang milik Zello.
“Tenanglah Keyzia… aku selalu di sini bersamamu,” ujar Zello berusaha menenangkan Keyzia yang masih saja menangis.
“Zello… hiks… aku… hikss—”
“Sshh… lebih baik sekarang kamu tidur ya, aku tahu pasti kamu sangat lelah sejak tadi,” potong Zello sambil membaringkan tubuh Keyzia. Tak lupa, ia pun juga menyelimuti gadis tersebut agar tidak kedinginan.
“Hiks… Zello…,” lirih Keyzia saat Zello menghapus jejak air mata yang tersisa di pipi dan sudut matanya.
“Tidurlah dengan nyenyak,” ujar Zello sambil terus mengelus puncak kepala Keyzia dengan lembut. Tak sadar, sedari tadi seseorang memperhatikan mereka dari celah-celah pintu kamar yang terbuka.
***
Saat ini, Zello tengah berada di ruang tamu rumah Keyzia bersama dengan Kania. Tentu saja, keduanya memang tengah membicarakan gadis cantik itu yang masih tertidur di kamarnya.
“Jadi, kamu akan tetap menunggu Keyzia hingga ia bangun nanti?” tanya Kania pada Zello.
“Iya tante, tidak masalah kok,” jawab Zello yang tampak sangat yakin.
“Ah… baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong, apakah kamu tadi memeluk Keyzia?” tanya Kania yang sukses membuat Zello melotot kaget.
“M—maaf tante Zello gk ber—”
“Tidak apa-apa Zello, tante hanya bertanya… tidak perlu panik seperti itu. Tante malah senang karena Keyzia tidak pingsan saat dipeluk olehmu. Sejak Keyzia mendapat phobia seperti itu, sampai sekarang tante juga masih belum menyentuh dia barang sedikitpun. Maka dari itu tante senang akhirnya Keyzia bisa dipeluk seperti itu, walaupun mungkin hanya dengan kamu saja,” potong Kania dengan senyum tulus yang menghiasi wajahnya.
“Mungkin itu hanya kebetulan tante, Keyzia belum tentu bisa Zello sentuh lagi saat ia bangun nanti,” ujar Zello yang juga tak yakin bahwa Keyzia akan tetap bisa disentuh olehnya nanti.
“Ah… begitu ya,” balas Kania dengan raut wajahnya yang sedikit berubah.
“Tante tidak perlu khawatir ya, Zello janji akan menyembuhkan Keyzia hingga ia bisa disentuh oleh tante dan orang lain lagi,” ujar Zello yang membuat kening Kania pun berkerut tak paham.
“Bagaimana caranya?” tanya Kania bingung.
“Zello akan berusaha mencoba menyentuh Keyzia perlahan demi perlahan hingga ia terbiasa nantinya. Mudah-mudahan terapi yang Zello berikan benar-benar ampuh,” jawab Zello dengan wajah seriusnya.
“Kamu sangat jenius Zello… baiklah kalau begitu Keyzia tante percayakan sepenuhnya denganmu,” ucap Kania dengan wajah senangnya.
“Terima kasih tante,” balas Zello dengan senyum khas miliknya.
Selepas itu, kini Zello pun tengah berada di dalam kamar Keyzia yang tentunya guna menunggu gadis cantik itu bangun dari tidurnya. Namun entah karena Zello semalam kurang tidur, atau karena hal lainnya, kini lama kelamaan ia pun tak sadar tertidur di atas karpet dengan posisi meringkuk.
Tak lama kemudian, Keyzia pun terbangun dari tidurnya dan dibuat kaget saat melihat tubuh Zello yang tengah tertidur di lantai seperti itu. Ia pun segera duduk di atas kasur sambil memperhatikan wajah sang guru yang tengah tertidur pulas.
“Apa dia menungguku tidur?” tanya Keyzia pada dirinya sendiri. Seketika, ia pun mengingat saat Zello merengkuh tubuhnya ke dalam dekapan hangat pria itu. Selintas, ia berpikir sejenak, bagaimana bisa ia tidak pingsan? Apakah itu hanya kebetulan saja? Atau ada alasan lain?
“Um, lebih baik sekarang aku memberinya selimut terlebih dahulu,” gumam Keyzia lalu mulai melangkahkan kakinya menuju lemari untuk mengambil selimut. Setelah itu, ia pun langsung menghampiri Zello berniat untuk memakaikan selimut tersebut. Namun, saat ia tengah menyelimuti tubuh Zello, tiba-tiba saja sang empunya pun terbangun.
“Keyzia?” panggil Zelo memastikan dengan suara khasnya yang baru saja terbangun dari tidur ayamnya.
“I—iya,” balas Keyzia lalu segera menjauhkan diri dari Zello dengan pipi yang merona merah.
“Akhirnya kamu bangun juga,” ujar Zello yang kini beranjak duduk.
“M—maaf sudah merepotkan,” balas Keyzia dengan kepala tertunduk. Sungguh, saat ini ia memang benar-benar merasa bersalah pada Zello.
“Bukan masalah bagiku kalau soal itu, maaf juga sudah ketiduran,” ujar Zello lalu menggapai tas ranselnya yang berisi buku-buku.
“Tidak apa, ngomong-ngomong… apa bapak akan tetap mengajarku sekarang?” tanya Keyzia pada Zello.